Share

Misteri Sammy

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2025-01-05 20:38:41

Setelah dua jam perjalanan udara, Aira dan Mira sampai juga di Jakarta. Wildan sudah menunggu di terminal kedatangan.

"Mau langsung pulang atau mampir dulu?" tawar Wildan saat kendaraan yang mereka tumpangi mulai bergerak meninggalkan area parkir bandara.

"Pulang saja, deh. Besok saja main ke rumah Papa Bayu," sahut Aira.

"Oke!" Wildan memutar kemudi, melajukan mobil dalam kecepatan sedang hingga tiba di kediaman Kartika.

Tampak sang ibu telah menunggu di halaman depan, bermaksud untuk menyambut kedatangan Aira.

"Ne ... ne ... ne!" seru Enzo antusias tatkala Wildan membantunya turun.

"Kangen nenek, ya?" Wildan tergelak melihat tingkah lucu keponakan yang seumuran dengan putrinya itu.

"Iyyah!" sahut Enzo, seolah tahu apa yang dibicarakan Wildan.

"Sayang!" sambut Kartika. Dia langsung berlari menghambur ke arah Wildan, dan merebut Enzo dari gendongan.

Sementara Aira sibuk membawa barang-barangnya. Dia berniat masuk ke kamar untuk mengistirahatkan kaki.

Namun, sebisa mungkin Aira menye
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janda Tapi Perawan   Bertambahnya Satu Anggota Keluarga

    Dari balik dinding penyekat antara ruang tamu dan ruang tengah, Sinta dan Wildan menguping di sana. Kebetulan, Enzo dan sepupunya, Ratri, sama-sama tertidur setelah mandi. "Anak siapa yang dibawa Jati itu?" bisik Sinta pada suaminya. Dia agak terlambat datang, sehingga tak mengetahui percakapan awal. "Itu anak tetangga apartemen Aira dulu," jawab Wildan lirih. "Kenapa sampai diajak kemari oleh Jati?" tanya Sinta lagi. "Sst! Dengarkan dulu!" Wildan langsung membungkam lembut bibir istrinya, lalu memberikan isyarat agar Sinta memasang telinga lebar-lebar demi menangkap penjelasan Jati yang samar terdengar. "Sedang apa kalian di sini! Bukannya menjaga anak-anak!" hardik Mira seraya menepuk pundak Wildan dan Sinta secara bergantian. "Sstt!" Serempak, Wildan dan Sinta menempelkan telunjuk pada bibir. "Ck! Tidak sopan!" gerutu Mira sembari berdecak kesal. Meskipun demikian, dia turut mendengarkan percakapan di ruang tamu tersebut. "Apartemen yang pernah kamu tempati bersama

    Last Updated : 2025-01-05
  • Janda Tapi Perawan   Pesan

    "Ada hubungan apa antara Sammy dengan petugas dari Dinas Sosial?" tanya Aira penasaran. Jati yang awalnya hendak berpamitan pulang, kini harus menunda niatnya. Ada Aira yang tak sabar mendengar cerita Sammy. "Sammy tak punya siapapun, hanya kakek neneknya saja. Jadi, saat mereka meninggal, Sammy sebatang kara. Hal itulah yang membuat pemerintah negara bagian merasa perlu untuk memasukkan Sammy ke tempat tinggal sementara di bawah naungan Dinas Sosial," jelas Jati. "Beruntung, kakek dan nenek Sammy sangatlah cerdik. Sebelum kejadian naas itu, mereka membuat surat kuasa pada Catherine untuk menjadi wali Sammy," lanjutnya. "Lalu?" "Catherine merasa tak mampu, sehingga dia melimpahkannya padaku. Sammy sempat tinggal di rumahku selama dua bulan. Kemudian, Senja sakit dan seperti inilah yang kamu lihat sekarang," tutur Jati. "Sammy tidak keberatan kan, tinggal di sini?" Aira mengalihkan perhatiannya pada bocah yang asyik melemparkan makanan ikan ke kolam. "Aku sangat menyukai A

    Last Updated : 2025-01-06
  • Janda Tapi Perawan   Bayangan Hitam

    Aira tercenung di balkon kamar yang ditempati oleh Sammy. Tadi, ekor matanya menangkap sekelebat sosok yang tampak begitu mirip dengan Manggala. "Ah, mana mungkin dia ...." Aira menggumam pada diri sendiri. "Aku tidak mungkin melihat hantu. Hantu itu tidak ada. Orang mati tidak akan hidup lagi." Ibu muda itu terus bergumam sampai tiba di kamarnya sendiri. Dilihatnya Enzo yang lelap tertidur di ranjang bayi berukuran besar, mengingat balita itu sebentar lagi sudah berusia dua tahun. Aira tersenyum memperhatikan wajah damai putranya. Mata, hidung, bibir, bahkan bentuk wajah, semuanya begitu mirip Manggala. "Bayangkan kalau papamu masih hidup, Nak. Dia pasti akan sangat bahagia," ucap Aira pilu. Terus hanyut dalam bayangan Manggala, tiba-tiba Aira teringat akan nama pria yang sempat disebut oleh Sammy. Merasa penasaran, dirinya pun bangkit meraih laptop yang tergeletak di meja sudut dekat balkon. Lincah jemarinya mengetikkan. sesuatu pada keyboard. Mata bulat itu seketika terb

    Last Updated : 2025-01-08
  • Janda Tapi Perawan   Percintaan Malam

    "Manggala ...." Aira diam terpaku. Pikirannya mendadak kosong. Padahal, dia sudah mengetahui dari sang tante bahwa suaminya masih hidup. Namun, Aira sama sekali tak menyangka bahwa dia akan bertemu saat ini juga dengan sosok suaminya. "Iya, Sayang. Kamu baik-baik saja, kan?" Manggala tersenyum begitu manis. Dia maju mendekat sambil mengulurkan tangan, hendak menyentuh pipi wanita yang teramat dia cintai itu. Sayangnya, Aira refleks melangkah mundur. Dia masih dalam tahap terkejut dan tak percaya. Setahun lamanya Aira mengira jika dirinya benar-benar telah ditinggalkan oleh Manggala. Selama itu pula, yang tertanam di otaknya adalah sang suami meninggal dan Aira menjadi janda. "Sayang, kenapa?" Sorot mata Manggala memelas, menatap penuh harap pada wanita yang masih menjadi istrinya itu. "Aku tidak percaya ini." Aira menggeleng lemah. "Ka-kamu sudah mati," desisnya dengan suara bergetar. "Hei." Manggala tampak keberatan. "Ini aku. Aku masih di sini. Maaf, jika selama ini kamu

    Last Updated : 2025-01-09
  • Janda Tapi Perawan   Tragis

    “Aku menikahi wanita itu secara siri. Beberapa minggu setelah kita menikah.” Ucapan tenang sang suami bagaikan petir yang langsung menyambar tubuh Aira. “Menikah?” tanya wanita itu dengan suara gemetar. Jati sudah tak pulang dua hari. Pria itu beralasan menginap ke luar kota untuk menyelesaikan masalah bisnis. Tapi, Aira malah mendapat kabar bahwa pria itu menghabiskan waktunya dengan wanita lain di hotel. Dan begitu dikonfrontasi, Jati justru mengaku bahwa sudah menikahi wanita itu? Bagaimana bisa? “Senja dan aku sudah berpacaran sejak lama, tapi Ibu tidak setuju dan justru memaksaku menikah denganmu. Aku tak ingin mengecewakan Ibu, sehingga aku terpaksa menyetujui. Tapi, aku juga tak bisa meninggalkan Senja begitu saja,” ungkap Jati, "aku sangat mencintainya." Deg! “Brengsek kamu, Kak,” geram Aira. Tangannya terkepal dengan seluruh tubuh bergetar. “Kamu tidak ingin mengecewakan Ibu, tapi kamu hancurkan hidupku. Begitukah?” “Aku minta maaf, Ra. Aku memang salah,” ucap Jat

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Sisi Manggala

    Manggala Naradipta, nama pria yang berhasil dirusak hatinya oleh Aira. Sosok dan penampilannya masih tetap sama sejak terakhir mereka bertemu, bahkan sekarang jauh lebih tampan. Bedanya, kini tak ada lagi sorot mata penuh cinta yang dilayangkan oleh pria itu, melainkan tatapan tajam penuh kebencian. Aira tahu bahwa Manggala sama terkejutnya dengan dia. Dapat dilihat dari pupil mata gelap pria itu yang melebar. Alis sedikit tebal dan rapi yang terangkat, serta bibir tipis kemerahan yang setengah terbuka saat melihat Aira masuk ke ruangan, lalu berdiri tepat di mejanya. "Helen, tinggalkan kami berdua," titah Manggala pada sang sekretaris. "Baik, Sir." Wanita bernama Helen itu sigap menuruti apa kata bosnya. Dia bergegas keluar dari ruang kerja Manggala, kemudian menutup pintu rapat-rapat. Keringat dingin mengucur deras dari dahi Aira, menyadari bahwa kini dirinya hanya berdua dengan Manggala. "Apa-apaan ini?" desis Manggala tak suka. "Sejak kapan kamu ganti nama menjadi Lauren Smit

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Pembalasan Dimulai

    Pukul delapan tepat, Aira sudah berada di dalam ruangan Manggala. Hawa dingin begitu terasa, membuat wanita pemilik tubuh ramping itu tegang. Ditambah sorot mata Manggala yang tajam dan tak bersahabat. "Hari ini aku ingin melihat secara langsung hasil jepretanmu," ujar Manggala datar. "Boleh, saya siap!" sahut Aira yakin seraya menunjuk ransel yang berisi peralatan fotografi. "Oke!" Manggala bangkit dari kursi kebesaran, kemudian mengarahkan Aira masuk ke lift. "Studio di lantai dua." Aira mengangguk, mengikuti langkah sang atasan yang juga mantan kekasihnya. Tanpa sadar, jika gerak laku dua orang itu mendapat perhatian tak biasa dari Helen, sang sekretaris. "Anda yang akan turun sendiri, Sir?" tanya Helen, setengah tak percaya. "Kenapa tidak?" jawab Manggala tanpa menoleh kepada Helen. Setibanya di lantai yang dituju, Manggala mengarahkan Aira ke sebuah ruangan bernuansa putih yang Aira ketahui sebagai studio. Suasana sibuk begitu terasa. Banyak kru berlalu lalang, samb

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Terpana

    Aira malu tak terkira. Dia kini menjadi bahan tertawaan Manggala dan anak buahnya. Seandainya bisa, dia ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi. Tak terasa, air mata Aira menetes. Basah di pipi, juga area tubuh bagian bawahnya, membuat gadis cantik itu semakin tak nyaman.Melihat hal itu, Manggala menghela napas panjang. Dia merasa sedikit keterlaluan dalam memperlakukan Aira. Hingga tanpa pikir panjang, Manggala langsung melepas blazer, lalu memasangkannya di pinggang ramping sang mantan kekasih."Ayo, bersihkan dirimu dulu," ajak Manggala seraya menarik tangan Aira dan menuntunnya masuk ke toilet wanita. "Tunggu sebentar di sini. Akan kusuruh Helen membawakan baju ganti untukmu!"Tanpa menunggu tanggapan Aira, Manggala bergegas meninggalkan sang mantan kekasih. Tak berselang lama, pria tampan berambut gondrong itu kembali. "Pakailah!" titah Manggala seraya menyodorkan paperbag coklat kepada Aira. "Masukkan pakaian kotormu di paperbag ini." Aira mengangguk sambil memaksakan senyum.

    Last Updated : 2024-09-06

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   Percintaan Malam

    "Manggala ...." Aira diam terpaku. Pikirannya mendadak kosong. Padahal, dia sudah mengetahui dari sang tante bahwa suaminya masih hidup. Namun, Aira sama sekali tak menyangka bahwa dia akan bertemu saat ini juga dengan sosok suaminya. "Iya, Sayang. Kamu baik-baik saja, kan?" Manggala tersenyum begitu manis. Dia maju mendekat sambil mengulurkan tangan, hendak menyentuh pipi wanita yang teramat dia cintai itu. Sayangnya, Aira refleks melangkah mundur. Dia masih dalam tahap terkejut dan tak percaya. Setahun lamanya Aira mengira jika dirinya benar-benar telah ditinggalkan oleh Manggala. Selama itu pula, yang tertanam di otaknya adalah sang suami meninggal dan Aira menjadi janda. "Sayang, kenapa?" Sorot mata Manggala memelas, menatap penuh harap pada wanita yang masih menjadi istrinya itu. "Aku tidak percaya ini." Aira menggeleng lemah. "Ka-kamu sudah mati," desisnya dengan suara bergetar. "Hei." Manggala tampak keberatan. "Ini aku. Aku masih di sini. Maaf, jika selama ini kamu

  • Janda Tapi Perawan   Bayangan Hitam

    Aira tercenung di balkon kamar yang ditempati oleh Sammy. Tadi, ekor matanya menangkap sekelebat sosok yang tampak begitu mirip dengan Manggala. "Ah, mana mungkin dia ...." Aira menggumam pada diri sendiri. "Aku tidak mungkin melihat hantu. Hantu itu tidak ada. Orang mati tidak akan hidup lagi." Ibu muda itu terus bergumam sampai tiba di kamarnya sendiri. Dilihatnya Enzo yang lelap tertidur di ranjang bayi berukuran besar, mengingat balita itu sebentar lagi sudah berusia dua tahun. Aira tersenyum memperhatikan wajah damai putranya. Mata, hidung, bibir, bahkan bentuk wajah, semuanya begitu mirip Manggala. "Bayangkan kalau papamu masih hidup, Nak. Dia pasti akan sangat bahagia," ucap Aira pilu. Terus hanyut dalam bayangan Manggala, tiba-tiba Aira teringat akan nama pria yang sempat disebut oleh Sammy. Merasa penasaran, dirinya pun bangkit meraih laptop yang tergeletak di meja sudut dekat balkon. Lincah jemarinya mengetikkan. sesuatu pada keyboard. Mata bulat itu seketika terb

  • Janda Tapi Perawan   Pesan

    "Ada hubungan apa antara Sammy dengan petugas dari Dinas Sosial?" tanya Aira penasaran. Jati yang awalnya hendak berpamitan pulang, kini harus menunda niatnya. Ada Aira yang tak sabar mendengar cerita Sammy. "Sammy tak punya siapapun, hanya kakek neneknya saja. Jadi, saat mereka meninggal, Sammy sebatang kara. Hal itulah yang membuat pemerintah negara bagian merasa perlu untuk memasukkan Sammy ke tempat tinggal sementara di bawah naungan Dinas Sosial," jelas Jati. "Beruntung, kakek dan nenek Sammy sangatlah cerdik. Sebelum kejadian naas itu, mereka membuat surat kuasa pada Catherine untuk menjadi wali Sammy," lanjutnya. "Lalu?" "Catherine merasa tak mampu, sehingga dia melimpahkannya padaku. Sammy sempat tinggal di rumahku selama dua bulan. Kemudian, Senja sakit dan seperti inilah yang kamu lihat sekarang," tutur Jati. "Sammy tidak keberatan kan, tinggal di sini?" Aira mengalihkan perhatiannya pada bocah yang asyik melemparkan makanan ikan ke kolam. "Aku sangat menyukai A

  • Janda Tapi Perawan   Bertambahnya Satu Anggota Keluarga

    Dari balik dinding penyekat antara ruang tamu dan ruang tengah, Sinta dan Wildan menguping di sana. Kebetulan, Enzo dan sepupunya, Ratri, sama-sama tertidur setelah mandi. "Anak siapa yang dibawa Jati itu?" bisik Sinta pada suaminya. Dia agak terlambat datang, sehingga tak mengetahui percakapan awal. "Itu anak tetangga apartemen Aira dulu," jawab Wildan lirih. "Kenapa sampai diajak kemari oleh Jati?" tanya Sinta lagi. "Sst! Dengarkan dulu!" Wildan langsung membungkam lembut bibir istrinya, lalu memberikan isyarat agar Sinta memasang telinga lebar-lebar demi menangkap penjelasan Jati yang samar terdengar. "Sedang apa kalian di sini! Bukannya menjaga anak-anak!" hardik Mira seraya menepuk pundak Wildan dan Sinta secara bergantian. "Sstt!" Serempak, Wildan dan Sinta menempelkan telunjuk pada bibir. "Ck! Tidak sopan!" gerutu Mira sembari berdecak kesal. Meskipun demikian, dia turut mendengarkan percakapan di ruang tamu tersebut. "Apartemen yang pernah kamu tempati bersama

  • Janda Tapi Perawan   Misteri Sammy

    Setelah dua jam perjalanan udara, Aira dan Mira sampai juga di Jakarta. Wildan sudah menunggu di terminal kedatangan. "Mau langsung pulang atau mampir dulu?" tawar Wildan saat kendaraan yang mereka tumpangi mulai bergerak meninggalkan area parkir bandara."Pulang saja, deh. Besok saja main ke rumah Papa Bayu," sahut Aira."Oke!" Wildan memutar kemudi, melajukan mobil dalam kecepatan sedang hingga tiba di kediaman Kartika.Tampak sang ibu telah menunggu di halaman depan, bermaksud untuk menyambut kedatangan Aira."Ne ... ne ... ne!" seru Enzo antusias tatkala Wildan membantunya turun."Kangen nenek, ya?" Wildan tergelak melihat tingkah lucu keponakan yang seumuran dengan putrinya itu. "Iyyah!" sahut Enzo, seolah tahu apa yang dibicarakan Wildan."Sayang!" sambut Kartika. Dia langsung berlari menghambur ke arah Wildan, dan merebut Enzo dari gendongan.Sementara Aira sibuk membawa barang-barangnya. Dia berniat masuk ke kamar untuk mengistirahatkan kaki.Namun, sebisa mungkin Aira menye

  • Janda Tapi Perawan   Teka-teki

    Mira tampak cemas. Mondar-mandir di depan kamar tempatnya menginap bersama Aira. Sementara Enzo sudah pulas tertidur. "Kenapa Aira belum pulang juga?" gumamnya. Tak hanya Aira, Alex pun tak nampak. "Ck! Ditelepon juga tidak bisa," gerutu Mira. Beruntung, kegalauan itu berakhir ketika dia melihat langkah tiga orang yang semakin mendekat ke arahnya. "Ra!" seru Mira. Panik dirinya melihat Aira yang berjalan di tengah dua orang bule tampan. Keponakannya itu sedang dituntun oleh Brandon dan Alex. "Apa yang terjadi?" tanya Mira was-was. "Hanya kecelakaan kecil, Tante," jawab Aira, berusaha sesantai mungkin karena tak ingin membuat tantenya resah. "Bagaimana bisa?" "Aira terpeleset. Kakinya terkilir," sahut Alex sebelum Aira sempat membuka mulut. "Ya, Tuhan!" Mira segera mendekat dan merengkuh sang keponakan, lalu membawanya masuk ke kamar. Namun, baru saja Mira hendak mendorong daun pintu agar terbuka lebih lebar, Alex lebih dulu memanggilnya. "Saya sudah menerima hasil pe

  • Janda Tapi Perawan   Rahasia Besar

    Mira berdiri mematung di ambang pintu. Dia diam saja saat Manggala asyik bercengkerama dengan Enzo. Balita 1,5 tahun itu seakan telah mengenali Manggala sejak lama. Terbukti, Enzo sama sekali tak merengek saat Manggala mengangkat tubuh mungilnya, melempar Enzo ke udara, lalu menangkapnya lagi. "Pap ... pap," celoteh bocah menggemaskan itu. "Iya, Nak. Aku papamu," ucap Manggala penuh haru dengan mata berkaca-kaca. Melihat hal itu, Mira semakin kacau sekaligus penasaran setengah mati sehingga dia memberanikan diri untuk mendekat. "Apa kamu tidak ingin menceritakan sesuatu padaku? Apa hanya aku yang ketinggalan sesuatu?" cecar Mira. "Tante ...." Manggala tersenyum getir. "Izinkan aku bermain sebentar dengan Enzo. Nanti kalau dia tertidur, aku akan menceritakan semuanya," janjinya. "Oke!" Mira mengembuskan napas kasar. Tak merasa lega, malah semakin menambah rasa penasaran. Namun, dia tak dapat berbuat apapun tatkala melihat raut ceria Enzo dan sorot bahagia Manggala. Mira harus b

  • Janda Tapi Perawan   Seperti Mimpi

    Aira memegangi kepalanya yang terasa berat. Seakan ada bandul besi yang bergerak memukul tulang tengkoraknya dari dalam. "Ssshh," rintihnya lirih. Kelopak matanya terbuka perlahan, mengamati sekitar. "Di mana aku?" gumam Aira."Ibu sudah sadar?" Terdengar sebuah suara yang membuat Aira menoleh. Tirai putih di sampingnya terbuka. Seorang wanita berseragam perawat mendekat sambil membawa nampan. Luwes gerakannya mengisi suntikan dengan cairan bening, lalu menyuntikkannya ke dalam selang infus Aira. "Ini obat anti nyeri, Bu. Luka terkilir Anda lumayan parah," jelas si perawat tanpa diminta."Ini di mana?" Aira mengedarkan pandangan ke sekeliling."Rumah sakit daerah, Bu. Tim SAR yang membawa Anda kemari," terang si perawat."Oh, ya ...." Aira ingat sekarang. Dia tadi terjatuh dari tebing setelah terlibat percekcokan dengan Helen. "Anakku ...." Tiba-tiba dirinya teringat akan Enzo."Saya sudah memberitahu pendamping Anda di luar."Tak berselang lama dari penjelasan sang perawat, Aira melih

  • Janda Tapi Perawan   Pria Itu

    Helen terpaku. Dia tak dapat berteriak maupun bergerak. Semua terjadi begitu cepat. Dirinya memang membenci Aira, tapi sama sekali tak pernah terlintas dalam benaknya untuk mengakhiri nyawa ibu satu anak itu. Beberapa saat setelah akal sehatnya kembali hadir, Helen segera berteriak sekencang-kencangnya. "Brandon! Aira terjatuh!" pekik Helen. Brandon yang asyik berdiskusi dengan Alex, langsung menoleh. "Apa?" serunya terbelalak. "Cepat, tolong dia! Aira di bawah sana!" pekik Helen histeris. "Ya, Tuhan!" Brandon dan Alex berlari secepat mungkin menuju arah telunjuk Helen. Sejenak, dua pria tampan itu tertegun melihat betapa curamnya tebing yang ditumbuhi rerumputan hijau di sela bebatuannya itu. "Apa yang kau lakukan, Helen!" sentak Brandon. Entah kenapa instingnya mengatakan bahwa calon istrinya itu berhubungan dengan kejadian tersebut. "Ti-tidak ada! Kami hanya bicara!" elak Helen terbata. Brandon tak percaya begitu saja. "Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!" ancamnya.

DMCA.com Protection Status