Sally mendengus pelan seolah tidak suka dengan reaksi berlebihan Sean saat ia mengusulkan tentang membuka status mereka di sekolah. Memang awalnya Sally sendiri yang meminta dan Sean menuruti kemauannya. Sekarang Sally sendiri harus menahan sesak di hatinya setiap kali ada yang berusaha mendekati pacar tampan dinginnya itu. Apalagi Mira selalu saja jadi penghalang mereka setiap jam istirahat sekolah.Sean tersenyum sambil memegang kedua pipi Sally setengah mencubit gemas pipi bapao Sally."Kamu itu kenapa sih? Lagi mens yah main nuduh tanpa dengar aku bicara dulu langsung ngambekan gini.""Habis pas aku bilang begitu, mata kamu langsung serius kayak orang marah gitu. Gimana aku ngak mikir jelek. Lagian kita sering banget loh berantem gara-gara kamu cemburuan."“Bukannya kamu yang sekarang lagi cemburu nih?” Goda Sean memperlihatkan lesung di pipinya jika tersenyum.“Ish, ngak tahu ah. Nasib punya pacar terlalu cakep banyak fans nya di sekolah. Lagian kamu tuh tebar pesona dikit gitu k
Benar saja Mira langsung mendapat pertanyaan bernada meremehkan dari teman sekelasnya yang juga menyukai Sean namun merasa kalah karena tidak seberani Mira. "Mir, setahu gua loe bilang kalau loe sama Sean itu pacaran trus kenapa sekarang pacar loe bisa gandengan tangan sama anak baru. Loe bener pacaran ngak sih sama Sean?" Seru Karen dengan sengitnya meledek. Demi menutupi rasa malunya, Mira bersandiwara berpura-pura hendak menangis. "Gua sama Sean uda putus dua hari lalu karena Sean katanya ditembak sama anak baru itu. Padahal loe kan tahu gua pacaran sama Sean udah setahunan ini. Yang gua tahu tuh anak suka banget cari perhatian Sean kalau pulang sekolah. Bahkan gua juga baru tahu kemarin tuh anak sering nyamperin rumah Sean." Karen meragukan pembelaan Mira dari picingan matanya sedang menilai apakah teman sekelasnya ini berbohong atau tidak. Mira yang sadar dengan sikap Karen juga tatapan teman-teman yang ikut nimbrung semakin mempertajam sandiwaranya. “Gua sedih banget diginiin
Mark, Sean, Ceri kini sedang berkumpul di rumah Sally. Mereka membahas rencana Sean dan Mark yang akan ke Amerika untuk kuliah dan mereka akan berangkat dua minggu ke depan. Dua gadis ini akan berpacaran jarak jauh dengan pacar mereka dan berjanji akan bertemu lagi setelah lulus.“Kalau sempat waktu liburan kita usahakan balik ke Jakarta.” Sahut Sean sambil membelai rambut Sally, ia yang mulai merasa berat meninggalkan pacarnya disini.Sean memang tidak tenang meninggalkan Sally. Bukan karena tidak percaya, mungkin khawatir lebih tepatnya karena John masih sering mengganggu Sally bahkan terkesan mencari ribut dengan Sean di sekolah. Sally meminta agar Sean menahan diri dengan alasan kelulusan mereka sudah dekat dan jangan sampai karena ini Sean harus terkena masalah. Lagipula sebisa mungkin Sean memang tidak mau merepotkan apalagi membuat malu ibu tiri ataupun ayahnya. Keberangkatan Mark dan Sean hanya pihak kepala sekolah dan wali kelas saja yang tahu, karena memang sengaja tidak ing
Menikmati debaran karena ciuman pertama yang dirasakan Sally juga Sean merupakan pengalaman baru bagi mereka berdua berkutat dengan kegilaan yang memutari kepala mereka untuk tetap bersikap waras dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang semakin dalam.Kejadian waktu itu nyatanya memberikan Sean pelajaran bahwa berduaan tanpa pengawasan orang dewasa dalam berpacaran di usia mereka nyatanya memang berbahaya. Jadi Sean sedikit menyenangkan hati dengan kepergiannya kali ini dengan alasan demi menghindari dosa kalau terus berdekatan dengan Sally.Ciuman pertama yang berakhir menjadi ciuman panas hanya dalam waktu satu jam itu nyatanya berhasil menuntun tangan Sean menyentuh benda kembar milik Sally meskipun dari sisi luarnya saja dan hal itu menjadi ultimatum keras bagi Sean mengutuki dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga keliaran sisi laki-lakinya itu.Jadwal keberangkatan Sean dan Mark hari Minggu pagi. Dua hari sebelumnya Sean, Sally, Mark juga Ceri melakukan kencan ganda terakhir seb
Sean dan Mark akhirnya tiba Boston Airport setelah menempuh 25 jam perjalanan, disana sudah malam karena rentang perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Sepanjang perjalanan di pesawat yang dilakukan Sean hanya memejamkan mata, makan, ke kamar mandi kemudian tidur lagi disertai dengusan nafas kasar sebagai tanda sedang menyimpan sesaknya sendiri.Karena lelah keduanya langsung masuk ke dalam mobil jemputan yang memang sudah disediakan Samuel menuju rumah yang dibeli papa Sean. Orang tua Sean akan datang 2 hari kemudian untuk mengatur hal lainnya menyangkut persiapan kuliah mereka.Pagi ini saat melihat Sean sudah terlihat normal kembali, Mark memberanikan diri kembali bertanya kepada sahabatnya. Perihal mereka sampai di Amerika sudah Mark sampaikan pada pacarnya sebelum mereka sampai di rumah."Sean, Ceri cerita ke gua kalau loe tiba-tiba ngamuk ke Sally dan bilang ke dia jangan ke bandara kemarin. Sebenernya ada apa, Sean? Sally juga bingung dia punya salah apa sama loe, setidaknya an
John pikir Sally sedang sendirian di rumah makanya ia nekat membekap mulut gadis itu. Namun perhitungannya salah ketika mendengar suara pintu gerbang dibuka. Cepat-cepat pria itu melepaskan tangannya dan melepaskan Sally. Carol yang baru membuka pintu dibuat terkejut melihat kehadiran seorang pria dalam rumahnya. Terlebih menatap wajah meringis putrinya yang meyiratkan sikap tidak nyamannya membuat Carol menatap tajam pria tersebut. "Malam tante, saya John teman Sally." Menyapa wanita yang diyakini sebagai ibu Sally. Carol langsung memperlihatkan rasa tidak sukanya pada John menatap mata putrinya sedang menahan tangis. "Ada apa yah malam-malam bertamu kemari. Kamu bisa bicara di luar kan ngak perlu masuk ke dalam.” Sedangkan Sally memilih diam tidak berani mengatakan apapun pada Carol tentang kekurang ajaran John padanya barusan. "Maaf Tante, saya kemari memang berniat untuk bertemu sama Tante. Ada yang ingin saya bicarakan mengenai hubungan saya dengan Sally.” Bukannya merasa
Kejadian patah hati sesaat sebelum keberangkatanku ke Amerika merubah hidupku kembali menjadi Sean si introvert dan dingin. Bersama Sally dulu aku bisa menjadi diriku sendiri dan merasa bahagia karena rasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Namun semua itu ternyata hanyalah rasa semu sementara yang membuatku kecewa dan akhirnya menjadikanku semakin tidak mempedulikan orang lain. Aku kuliah di Amerika selama 3 tahun, kemudian melanjutkan gelar master selama 2 tahun lalu. Sesampainya di Amerika aku memutuskan langsung bekerja dengan papa sambil membangun usaha baru milikku sendiri dan akhirnya menjadi sebuah perusahaan yang cukup dikenal. Menjalankan dua perusahaan sekaligus tidak membuatku kewalahan meskipun harus melakukannya dari Amerika. Hampir sepuluh tahun aku berada di negeri adi kuasa ini. Papa sebenarnya sering menggerutu memintaku kembali ke Jakarta segera, namun entah rasanya masih malas sekali ke kota di mana aku memberikan cinta pertamaku kepada Sally dan mera
Sean akhirnya memutuskan untuk pindah ke apartemen dengan alasan lebih dekat ke kantor daripada rumah. Hal ini juga dilakukan sebagai alasan untuk menghindari perjodohan sang Mama. Apartemen yang mereka beli saling berhadapan dan dalam satu lantai hanya terdapat dua apartemen. Sean memang menginginkan privasi agar tidak mencolok publik.Sally dan Ceri berangkat ke kantor bersama-sama, keduanya sudah bekerja di perusahaan yang menawarkan pekerjaan itu pada Sally sebelum Mark datang ke Jakarta. Karena jarak kantor dari rumah mereka jauh, mereka memutuskan menyewa sebuah apartemen sederhana dengan 2 kamar tidur.Mark sebenarnya mengajak Ceri untuk tinggal bersamanya, Apartemen Mark sangat besar, luasnya seperti sebuah rumah tinggal dengan tiga kamar jadi Ceri bisa menempati salah satu kamar di apartemen tersebut. Namun Ceri menolak dan menginginkan mereka baru tinggal bersama saat menikah nanti.Sally mulai mempelajari pekerjaan barunya dan langsung mendapatkan tug
Setelah mengetahui kebenaran tentang kesalahan yang dibuat papa Sall. Beberapa saat kemudian Sally meminta Sean untuk mengajaknya ke Surabaya dan mengajak ibunya untuk mengunjungi makam ayahnya.Sean sebenarnya sudah menyiapkan kejutan bagi Sally, namun setelah mendengar keinginan Sally ia harus merubah beberapa rencana.Sean sengaja tidak membuat rencana kerja untuk satu bulan ke depan, sehingga Mark hanya akan mengurus beberapa proyek yang belum selesai saja. Jadwal meeting untuk semua plan baru ia serahkan kepada Mark dan Ceri.Di kantor ruangan CEO kemarin Sean meminta tolong pada sahabatnya."Mark, kali ini gua minta tolong loe handel dan meeting buat planning proyek berikutnya." Ujar Sean sambil terkekeh meringis karena tahu bakalan diledek oleh Mark.Mark tersenyum mendecih meledek. "Awalnya janji ke gua cuma dua minggu, kenapa bisa beranak jadi satu bulan yah.""Sally mau ke makam papanya di Surabaya sama Mama Carol jadi terpaksa gua nambah cuti, lagian gua kan CEO nya, suka s
John dilaporkan oleh Carol dan Sally beberapa tahun lalu untuk laporan percobaan tindakan asusila untuk memberi hukuman jera pada John.Bahkan setelah bebaspun dia harus menjauh dan tidak boleh dekat sama sekali dengan Sally. John marah dengan hukuman yang ia terima. Akhirnya ia menghubungi Mira dan meluapkan kekesalannya."Hallo Mir, loe lagi sama Erik?""Iya, John. Kenapa yah?""Kagak, gua lagi suntuk aja sejak gua dilarang deketin Sally lagi.""John, kenapa ngak move on saja sih. Lupain Sally, masih banyak cewek yang mau sama loe. Loe itu ganteng, body oke, coba deh buka hati loe jangan mainin cewek cuma buat pelampiasan, ngak bagus juga buat kesehatan loe loh. Di dunia ini loe masih bisa ketemu cewek seperti Sally kan.""Kalau loe cuma mau nasehatin gua mending gua tutup aja deh. Gua nongkrong dulu ke klub."Mira menghela nafas dan menasehati temannya lagi meskipun tahu mungkin sia-sia. "Terserah John, jangan minum sampe teler nanti bikin masalah baru lagi.""Ah bawel loe. Yah uda
Malu, adalah perasaan yang kini tengah mendera Carol dan juga Sally setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya di balik misteri meninggalnya Ruben. Sebagian dalam diri Carol menyalahkan dirinya sebagai penyebab dari keputusasaan suaminya demi membuktikan diri memperbaiki perekonomian keluarganya lepas dari bantuan kedua orang tua Ruben.Sedangkan putri mereka di masa sekarang malah sudah menikah dengan bos dari Ruben yang memecatnya dan sempat membuat Carol juga Sally salah paham. Tentu saja Carol merasa malu dan sebagai ibu Sally ia memikirkan perasaan putrinya yang kini sudah menjadi menantu di keluarga Linardi. Saat kedua tangan Carol menangkuo ingin meminta maaf, Reina cepat-cepat menghalangi niatan Carol dan merangkul temannya. "Semua sudah berlalu, jangan kamu hukum diri sendiri atas kesalahan yang tidak kamu buat. Kami tidak membenci kalian bahkan semua sudah berlalu. Kita lihat masa depan saja mulai dari sekarang dan menantikan cucu kita pastinya yah."“Maaf kalau aku sempa
Di dalam ruang kerjanya, Samuel merenung tentang kejadian masa lalu mengenai kejadian di Surabaya yang membuatnya terpaksa harus berurusan dengan hukum untuk pertama kalinya. Saat itu dia baru menjabat sebagai CEO menggantikan papa nya. Setelah mendengar cerita dari Carol lalu mendengar nama suaminya yang sama dengan direksi yang dia pecat waktu dulu membuat Samuel mencari tahu kebenaran hubungan antara Ruben karyawannya dengan Carol. Dan ternyata mereka memang pasangan suami istri dan hal itu membuat Samuel resah karena cerita versi Carol sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya."Aku harus mengungkapkan semua ini dengan Sally dan mamanya. Supaya jangan sampai mereka mendengar dari orang lain."Samue berencana mengundang Sean, Sally dan mamanya Sabtu ini makan bersama di rumahnya. Sehari sebelumnya Samuel menyampaikan hal tersebut ke istrinya dan menceritakan kejadian masa lalu itu ke istrinya agar tidak terjadi kesalahpahaman.Reina terkejut bukan main tidak mengira takdir m
Akhirnya aku dapat melewati rasa trauma setahap demi setahap. Semua karena dukungan orang-orang di sekitarku, mulai dari mama, Mark, Ceri, kedua mertuaku dan yang terutama suamiku sendiri Sean. Dialah yang berperan paling besar memulihkan trauma ku. Mau bersabar menunggu mentalku siap untuk bisa menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri.Semua pengorbanan yang dilakukan nyatanya tidak sia-sia ditambah dengan keinginanku untuk sembuh dari trauma. Bahkan sekarang aku sudah bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri dan Sean juga yang memberikan dorongan demi dorongan kecil untuk menyemangatiku agar tidak berkecil hati. Merayakan setiap keberhasilan sekecil apapun itu untuk segala hal yang sudah kulakukan . Aku bersyukur dengan cinta pertamaku yang berakhir di pelaminan. Penantian panjang dan hambatan dapat kita hadapi asalkan bersama-sama memanglah benar hanya saja kalau boleh aku tambahkan juga dengan sikap mau berkorban dan memperjuangkan satu dan yang lainnya.Sean selalu m
Mengandung 21+Sean melihat ruangannya sudah didekor dengan lilin-lilin kecil disepanjang jalan menuju kamar mereka. Ia tersenyum sambil meletakkan kantung belanja berisi kado pemberian keluarga dan kerabatnya di acara tadi."Hai Sayang, wah banyak banget kadonya." Sally menyambut suaminya keluar dari kamar mereka bergegas setelah merapikan kejutan di dalam kamar nanti.Sally menghampiri Sean dan memeluknya serta mencium pipi Sean tersenyum malu-malu terlihat dari rona di kedua pipinya."Jadi ini bukan rencana memberi kejutan Mark kan? Tapi buat aku, hayo ngaku.." Sean tersadar kalau apa yang dilakukan Ceri dan istrinya hanya sandiwara bagi Sally untuk menyiapkan semua ini.Sally tersenyum dan berjalan menuju kamar mereka memberikan senyum yang membuat desiran dalam diri Sean. Setelah meletakkan kado di sofa, ia pun bergegas mengejar Sally, menariknya dan mengecup bibir istrinya."Kamu membuatku tergila-gila padamu, Sayang." nafas Sean semakin menderu menahan diri melawan segala gejol
Sally dan Ceri keluar kantor dengan alasan meeting, namun sebenarnya mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu dan memesan kue untuk pesta malam nanti. Setelah itu mereka ke penthouse untuk mendekor ruang tidur mereka. Tentu saja mereka pergi dengan supir kantor sesuai perintah Sean, namun mereka meminta supir tersebut untuk mengatakan kalau dia mengantarkan mereka ke kantor klien untuk meeting bukan ke pusat perbelanjaan. Sally merasa bersemangat mempersiapkan kejutan untuk suaminya. Ia ingin membahagiakan Sean yang semestinya sudah dirinya lakukan sebulan lalu semenjak nama belakangnya berubah menjadi nyonya Rolando..Setelah semua selesai, mereka makan siang dekat kantor lalu kembali bekerja seperti biasanya agar Sean tidak mencurigai mereka. Baru kali ini Sally belanja ala sat-set memilih hadiah untuk Sean karena apa yang dicari langsung terlihat oleh matanya dan dia langsung menyukainya dengan cepat.Jam kantor menunjukkan pukul lima sore, Sally dan Ceri naik ke r
Sejak bertemu dengan John dan memutuskan untuk memaafkan serta melupakan rasa takut akan kejadian buruk sampai membuatku trauma dan mengalami mimpi buruk. Sekarang aku merasa lebih relax dan ringan seperti bebanku terangkat. Wajahku lebih ceria dari sebelumnya, ini semua berkat dukungan orang-orang yang menyayangiku dan juga keputusanku untuk berobat ke psikiater.Sean senang melihat perubahan dalam diriku beberapa hari ini. Setiap malam dia selalu mengecup keningku sebelum tidur lalu dengan lembut mengecup bibirku, entah mengapa ada dorongan dalam diriku yang menginginkan lebih dari ini. Tubuhku dengan reflek maju mendekati tubuh Sean, gemetar yang kurasakan sekarang berbeda dari rasa takut akan kilatan bayangan kejadian buruk itu. Melainkan getaran karena desiran yang menuntut dalam diri ini untuk merasakan lebih lagi.Tiba-tiba ciuman hangat itu berhenti dan Sean memelukku lalu tidur. Entah mengapa ada rasa kecewa malam itu tapi aku tidak berani mengatakannya pada Sean. Meskipun ke
Saran dokter psikolog juga Ceri nyatanya benar setelah Sally membuktikannya sendiri. Luka yang dibuat John tidak menghilang dan terlupakan begitu saja oleh Sally ketika memutuskan untuk bertemu dengan John di dalam sel.Namun ada beban berat dalam pikirannya yang terangkat membuat Sally seolah terlepas dari aura kuasa gelap yang selama ini menderanya. Ditambah lagi dengan permintaan maaf John yang terlihat tulus membuat Sally menaruh rasa iba pada kakak kelasnya itu.Cinta itu memang dapat membawa dampak luar biasa bagi seseorang bagai dua sisi yang saling berlawanan. Seperti kisah cinta segitiga antara Sally, Sean juga John. Sean yang cintanya bersambut justru membuatnya menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa untuk mengerti kekurangan Sally.Sedangkan John yang cintanya tidak berbalas pada akhirnya menjadikan Sally bak tropi yang harus dimenangkan bagaimanapun caranya bahkan harus menjadi orang jahat sekalipun dia tidak peduli. Namun pada akhirnya John menyerah mengakui kekalahannya.