Sean akhirnya memutuskan untuk pindah ke apartemen dengan alasan lebih dekat ke kantor daripada rumah. Hal ini juga dilakukan sebagai alasan untuk menghindari perjodohan sang Mama. Apartemen yang mereka beli saling berhadapan dan dalam satu lantai hanya terdapat dua apartemen. Sean memang menginginkan privasi agar tidak mencolok publik.Sally dan Ceri berangkat ke kantor bersama-sama, keduanya sudah bekerja di perusahaan yang menawarkan pekerjaan itu pada Sally sebelum Mark datang ke Jakarta. Karena jarak kantor dari rumah mereka jauh, mereka memutuskan menyewa sebuah apartemen sederhana dengan 2 kamar tidur.Mark sebenarnya mengajak Ceri untuk tinggal bersamanya, Apartemen Mark sangat besar, luasnya seperti sebuah rumah tinggal dengan tiga kamar jadi Ceri bisa menempati salah satu kamar di apartemen tersebut. Namun Ceri menolak dan menginginkan mereka baru tinggal bersama saat menikah nanti.Sally mulai mempelajari pekerjaan barunya dan langsung mendapatkan tug
“Masih ingat pulang loe!” Sapa Dania sambil mendorong bahu Sally.“Biasa, Nia. Udah bisa cari duit yah gitu lupa sama kulitnya dia dulu.” Sindir Bianca menikmati sarapan pagi buatan Sally.Diperlakukan seperti itu sudah biasa bagi Sally sejak pindah kembali ke kediaman ayah tirinya. Ia hanya menghela nafas panjang menahan diri untuk tidak terpancing emosi karena memang itu keinginan Bianca dan anaknya yang sengaja mencari keributan denganya.Carol hanya menunduk diam sambil menyuapi suaminya yang tidak berdaya di kursi rodanya. Bola mata Raka menyipit tajam sebagai bentuk rasa tidak sukanya melihat kelakuan istri sah dan putrinya itu. Namun ia juga tidak bisa melakukan apapun mengingat kondisinya setelah struk.Kesal karena tidak digubris oleh Sally, Dania malah meradang. “Heh! Gua nanyain loe. Masih punya kuping kan loe!” Bentaknya sambil memukul meja melotot seperti ingin menelan adik tirinya itu.Hanya bisa menghela nafas panjang, Sally berusaha mengikuti permainan dua wanita iblis
Mark menunggu Ceri di depan gerbang bergegas menuju ke restoran. Untuk menghemat waktu, sebelumnya Mark sudah melakukan reservasi dan memesan menu utama jadi tidak akan memakan waktu lama untuk menunggu makanan keluar. Bagaimanapun ia memikirkan tanggung jawab Ceri sebagai staf di perusahaan.Sejak kembali ke Jakarta dan bertemu dengan tunangannya, sikap Mark pada Ceri semakin menjadi bahkan tidak lagi malu memperlihatkan sisi liarnya sebagai seorang laki-laki.Ceri menggerutu ketika sampai ke restoran yang dituju tidak seperti dugaannya. Ia pikir Mark akan mengajaknya ke restoran siap saji nyatanya tunangannya itu malah mengajakanya ke sebah restoran mewah tidak jauh dari gedung kantor mereka."Kita makan di tempat cepat saji juga sudah oke, Mark. Ngak perlu tempat mewah begini, lagian makan waktu mesen makanannya. Pacar kamu ini bukan asisten CEO kayak kamu yang bisa seenaknya sama jam kerja."Mark terkekeh melihat bibir cemberut Ceri yang sedang mengge
Sean penasaran dengan suara dibalik telepon tadi, dadanya terus berdegup kencang. Setelah makan siang, ia mencoba turun ke lantai staff, berjalan menuju ruangan PR yang bertuliskan nama Sally. Seperti orang linglung memikirkan Sally, ia sampai lupa kalau sekarang sedang jam istirahat. Saat tiba di sana, ruang kerja itu tertutup dan tidak ada orang.Bodohnya lagi, pria itu sampai naik turun beberapa kali menghampiri ruangan yang masih nampak sepi itu. Sean berdiri cukup lama di depan ruangan tersebut. Untung saja ruangan PR hanya beda satu lantai dan terpisah dari kubikel staf lainnya jadi kelakuan Sean tidak sampai menarik perhatian karyawan lainnya.“Hais, gua ngapain juga sih. Bego banget!” Rutuknya pelan kemudian berbalik menuju lift untuk kembali ke ruangannya.Namun langkahnya terhenti mematung ketika melihat seseorang keluar dari lift sambil berjalan tanpa menyadari kehadirannya sampai Sean membiarkan orang itu menabrak dirinya.."Aduh!!"
Sejak bertemu Sean dan tahu pria itu adalah CEO di kantornya bekerja, Sally lebih banyak diam dan tidak banyak bicara.“Gua mau mandi trus tiduran bentar, Cer. Kepala gua rasa pusing.” Ucap Sally ketika mereka baru sampai di apartemen.“Yah sudah. Gua pesenin makan malam yah, jadi nanti loe tinggal makan.”Sally hanya mengangguk sambil berjalan gontai masuk ke dalam kamar kemudian menutup pintu.Menyalakan pancuran di kamar mandi dengan membiarkan dirinya basah masih berpakaian lengkap, Sally melanjutkan tangisannya. Rasa sakit sepuluh tahun lalu hadir kembali, ia sendiri merutuki dirinya kenapa masih saja merasakan getaran dan debaran yang sama ketika menatap mata itu.Saat makan malam, Sally hanya mengorek-ngorek makanan di piringnya sedangkan Ceri tidak berusaha menghibur sahabatnya itu karena akan sia-sia saja kalau Sally sudah dalam mode seperti ini."Cer, sepertinya gua mau mengundurkan diri besok. Gua ngak bisa kerja di kantor itu kalau Sean yang jadi atasan langsung kita. Dia
Dari pembahasan cocoklogi curhatan Sean dan Sally, keduanya menyimpulkan bahwa ada kesalahpahaman yang mengakibatkan Sean marah besar dan meninggalkan Sally. Hanya saja baik Ceri maupun Mark masih belum bisa memastikan analisa mereka tentang kesalahpahaman ini."Sayang, kamu yakin tetap meminta bantuan Sean dan Sally untuk menjadi pendamping di pernikahan kita? Kamu yakin Sean tetap mau kalau tahu pasangan dia Sally?" Ceri mulai meragu dengan situasi sekarang. Pernikahan mereka tidak lama lagi dan tidak mungkin mencari penggantinya karena kebetulan sahabat mereka berdua adalah mantan pacar dulunya jadi baik Ceri maupun mark tetap menginginkan Sally dan Sean sebagai pendamping pengantin di acara besar mereka."Kita berdua sahabat mereka Sayang. Anggap saja sekarang kita membantu mereka bersatu melalui nikahan kita. Yah walaupun aku harus kena ocehan Sean mulai dari sekarang tapi ngakpapa demi dia juga. Kamu kasih semangat yah ke aku." Goda Mark diakhir ucapannya.
Mendengar cerita Mark tentang penderitaan Sally menimbulkan rasa bersalah dalam hati Sean. Dulu dia pernah berjanji pada Sally untuk selalu bisa bersandar kepadanya jika gadis itu sedang bersedih. Nyatanya cobaan demi cobaan yang Sally lalui selama ini tidak satupun Sean ada di sana.‘Apa pantas aku melindungimu, Sal. Kalau John memang pernah mengganggumu lantas kenapa dulu kamu bilang aku ini hanya mainanmu saja.’Jauh dalam hati, Sean tahu rasa cintanya pada Sally masih ada bahkan menyala semakin besar ketika menatap dua netra saat bertemu tadi.Sebenarnya Sean pernah membuka hatinya pada perempuan lain namun perasaannya seperti mati rasa dan akhirnya ia pun mengakhiri hubungannya itu.Sifat Sean yang sangat tertutup, dingin sekaligus mandiri itu memang selalu menutupi kehidupan pribadinya meskipun pada orang tuanya sendiri. Bagi Sean, Samuel menginginkan kelahirannya hanya sebagai penerus keluarga namun tidak memikirkan beban mental yang dibawanya sejak ia kecil berhadapan dengan d
Aku menatap topeng wajah Ben yang kupakai ketika bertemu dengan Sally. Ada rasa bahagia sekaligus kecewa dengan pertunanganku dengan Sally. Di satu sisi, mulai sekarang aku bahagia bisa mendekati Sally tanpa merasa canggung namun hati ini berdenyut sakit karena dia menerimaku sebagai Ben bukan diriku yang sebenarnya.Katakanlah aku tengah bersikap egois dengan menjebak Sally melalui perjodohan ini meskipun aku membencinya karena fakta yang kuketahui sepuluh tahun lalu. Setidaknya aku bisa membalaskan dendamku pada Sally dengan pernikahan ini, menjebaknya dengan cara menikahi pria berwajah buruk rupa.Di kantor aku bersikap senormal mungkin memposisikan diri sebagai atasan dan Sally adalah salah satu anak buah yang membantuku mengembangkan perusahaan. Seperti kata Mark, kinerja Sally memang harus kuakui. Caranya melobi partner dan bernegosiasi sangat cerdik bahkan dengan mudah proyek yang sudah dikembangkan disetujui oleh pemerintah.Sejak pertemuan itu, aku dan Sally
Setelah mengetahui kebenaran tentang kesalahan yang dibuat papa Sall. Beberapa saat kemudian Sally meminta Sean untuk mengajaknya ke Surabaya dan mengajak ibunya untuk mengunjungi makam ayahnya.Sean sebenarnya sudah menyiapkan kejutan bagi Sally, namun setelah mendengar keinginan Sally ia harus merubah beberapa rencana.Sean sengaja tidak membuat rencana kerja untuk satu bulan ke depan, sehingga Mark hanya akan mengurus beberapa proyek yang belum selesai saja. Jadwal meeting untuk semua plan baru ia serahkan kepada Mark dan Ceri.Di kantor ruangan CEO kemarin Sean meminta tolong pada sahabatnya."Mark, kali ini gua minta tolong loe handel dan meeting buat planning proyek berikutnya." Ujar Sean sambil terkekeh meringis karena tahu bakalan diledek oleh Mark.Mark tersenyum mendecih meledek. "Awalnya janji ke gua cuma dua minggu, kenapa bisa beranak jadi satu bulan yah.""Sally mau ke makam papanya di Surabaya sama Mama Carol jadi terpaksa gua nambah cuti, lagian gua kan CEO nya, suka s
John dilaporkan oleh Carol dan Sally beberapa tahun lalu untuk laporan percobaan tindakan asusila untuk memberi hukuman jera pada John.Bahkan setelah bebaspun dia harus menjauh dan tidak boleh dekat sama sekali dengan Sally. John marah dengan hukuman yang ia terima. Akhirnya ia menghubungi Mira dan meluapkan kekesalannya."Hallo Mir, loe lagi sama Erik?""Iya, John. Kenapa yah?""Kagak, gua lagi suntuk aja sejak gua dilarang deketin Sally lagi.""John, kenapa ngak move on saja sih. Lupain Sally, masih banyak cewek yang mau sama loe. Loe itu ganteng, body oke, coba deh buka hati loe jangan mainin cewek cuma buat pelampiasan, ngak bagus juga buat kesehatan loe loh. Di dunia ini loe masih bisa ketemu cewek seperti Sally kan.""Kalau loe cuma mau nasehatin gua mending gua tutup aja deh. Gua nongkrong dulu ke klub."Mira menghela nafas dan menasehati temannya lagi meskipun tahu mungkin sia-sia. "Terserah John, jangan minum sampe teler nanti bikin masalah baru lagi.""Ah bawel loe. Yah uda
Malu, adalah perasaan yang kini tengah mendera Carol dan juga Sally setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya di balik misteri meninggalnya Ruben. Sebagian dalam diri Carol menyalahkan dirinya sebagai penyebab dari keputusasaan suaminya demi membuktikan diri memperbaiki perekonomian keluarganya lepas dari bantuan kedua orang tua Ruben.Sedangkan putri mereka di masa sekarang malah sudah menikah dengan bos dari Ruben yang memecatnya dan sempat membuat Carol juga Sally salah paham. Tentu saja Carol merasa malu dan sebagai ibu Sally ia memikirkan perasaan putrinya yang kini sudah menjadi menantu di keluarga Linardi. Saat kedua tangan Carol menangkuo ingin meminta maaf, Reina cepat-cepat menghalangi niatan Carol dan merangkul temannya. "Semua sudah berlalu, jangan kamu hukum diri sendiri atas kesalahan yang tidak kamu buat. Kami tidak membenci kalian bahkan semua sudah berlalu. Kita lihat masa depan saja mulai dari sekarang dan menantikan cucu kita pastinya yah."“Maaf kalau aku sempa
Di dalam ruang kerjanya, Samuel merenung tentang kejadian masa lalu mengenai kejadian di Surabaya yang membuatnya terpaksa harus berurusan dengan hukum untuk pertama kalinya. Saat itu dia baru menjabat sebagai CEO menggantikan papa nya. Setelah mendengar cerita dari Carol lalu mendengar nama suaminya yang sama dengan direksi yang dia pecat waktu dulu membuat Samuel mencari tahu kebenaran hubungan antara Ruben karyawannya dengan Carol. Dan ternyata mereka memang pasangan suami istri dan hal itu membuat Samuel resah karena cerita versi Carol sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya."Aku harus mengungkapkan semua ini dengan Sally dan mamanya. Supaya jangan sampai mereka mendengar dari orang lain."Samue berencana mengundang Sean, Sally dan mamanya Sabtu ini makan bersama di rumahnya. Sehari sebelumnya Samuel menyampaikan hal tersebut ke istrinya dan menceritakan kejadian masa lalu itu ke istrinya agar tidak terjadi kesalahpahaman.Reina terkejut bukan main tidak mengira takdir m
Akhirnya aku dapat melewati rasa trauma setahap demi setahap. Semua karena dukungan orang-orang di sekitarku, mulai dari mama, Mark, Ceri, kedua mertuaku dan yang terutama suamiku sendiri Sean. Dialah yang berperan paling besar memulihkan trauma ku. Mau bersabar menunggu mentalku siap untuk bisa menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri.Semua pengorbanan yang dilakukan nyatanya tidak sia-sia ditambah dengan keinginanku untuk sembuh dari trauma. Bahkan sekarang aku sudah bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri dan Sean juga yang memberikan dorongan demi dorongan kecil untuk menyemangatiku agar tidak berkecil hati. Merayakan setiap keberhasilan sekecil apapun itu untuk segala hal yang sudah kulakukan . Aku bersyukur dengan cinta pertamaku yang berakhir di pelaminan. Penantian panjang dan hambatan dapat kita hadapi asalkan bersama-sama memanglah benar hanya saja kalau boleh aku tambahkan juga dengan sikap mau berkorban dan memperjuangkan satu dan yang lainnya.Sean selalu m
Mengandung 21+Sean melihat ruangannya sudah didekor dengan lilin-lilin kecil disepanjang jalan menuju kamar mereka. Ia tersenyum sambil meletakkan kantung belanja berisi kado pemberian keluarga dan kerabatnya di acara tadi."Hai Sayang, wah banyak banget kadonya." Sally menyambut suaminya keluar dari kamar mereka bergegas setelah merapikan kejutan di dalam kamar nanti.Sally menghampiri Sean dan memeluknya serta mencium pipi Sean tersenyum malu-malu terlihat dari rona di kedua pipinya."Jadi ini bukan rencana memberi kejutan Mark kan? Tapi buat aku, hayo ngaku.." Sean tersadar kalau apa yang dilakukan Ceri dan istrinya hanya sandiwara bagi Sally untuk menyiapkan semua ini.Sally tersenyum dan berjalan menuju kamar mereka memberikan senyum yang membuat desiran dalam diri Sean. Setelah meletakkan kado di sofa, ia pun bergegas mengejar Sally, menariknya dan mengecup bibir istrinya."Kamu membuatku tergila-gila padamu, Sayang." nafas Sean semakin menderu menahan diri melawan segala gejol
Sally dan Ceri keluar kantor dengan alasan meeting, namun sebenarnya mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu dan memesan kue untuk pesta malam nanti. Setelah itu mereka ke penthouse untuk mendekor ruang tidur mereka. Tentu saja mereka pergi dengan supir kantor sesuai perintah Sean, namun mereka meminta supir tersebut untuk mengatakan kalau dia mengantarkan mereka ke kantor klien untuk meeting bukan ke pusat perbelanjaan. Sally merasa bersemangat mempersiapkan kejutan untuk suaminya. Ia ingin membahagiakan Sean yang semestinya sudah dirinya lakukan sebulan lalu semenjak nama belakangnya berubah menjadi nyonya Rolando..Setelah semua selesai, mereka makan siang dekat kantor lalu kembali bekerja seperti biasanya agar Sean tidak mencurigai mereka. Baru kali ini Sally belanja ala sat-set memilih hadiah untuk Sean karena apa yang dicari langsung terlihat oleh matanya dan dia langsung menyukainya dengan cepat.Jam kantor menunjukkan pukul lima sore, Sally dan Ceri naik ke r
Sejak bertemu dengan John dan memutuskan untuk memaafkan serta melupakan rasa takut akan kejadian buruk sampai membuatku trauma dan mengalami mimpi buruk. Sekarang aku merasa lebih relax dan ringan seperti bebanku terangkat. Wajahku lebih ceria dari sebelumnya, ini semua berkat dukungan orang-orang yang menyayangiku dan juga keputusanku untuk berobat ke psikiater.Sean senang melihat perubahan dalam diriku beberapa hari ini. Setiap malam dia selalu mengecup keningku sebelum tidur lalu dengan lembut mengecup bibirku, entah mengapa ada dorongan dalam diriku yang menginginkan lebih dari ini. Tubuhku dengan reflek maju mendekati tubuh Sean, gemetar yang kurasakan sekarang berbeda dari rasa takut akan kilatan bayangan kejadian buruk itu. Melainkan getaran karena desiran yang menuntut dalam diri ini untuk merasakan lebih lagi.Tiba-tiba ciuman hangat itu berhenti dan Sean memelukku lalu tidur. Entah mengapa ada rasa kecewa malam itu tapi aku tidak berani mengatakannya pada Sean. Meskipun ke
Saran dokter psikolog juga Ceri nyatanya benar setelah Sally membuktikannya sendiri. Luka yang dibuat John tidak menghilang dan terlupakan begitu saja oleh Sally ketika memutuskan untuk bertemu dengan John di dalam sel.Namun ada beban berat dalam pikirannya yang terangkat membuat Sally seolah terlepas dari aura kuasa gelap yang selama ini menderanya. Ditambah lagi dengan permintaan maaf John yang terlihat tulus membuat Sally menaruh rasa iba pada kakak kelasnya itu.Cinta itu memang dapat membawa dampak luar biasa bagi seseorang bagai dua sisi yang saling berlawanan. Seperti kisah cinta segitiga antara Sally, Sean juga John. Sean yang cintanya bersambut justru membuatnya menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa untuk mengerti kekurangan Sally.Sedangkan John yang cintanya tidak berbalas pada akhirnya menjadikan Sally bak tropi yang harus dimenangkan bagaimanapun caranya bahkan harus menjadi orang jahat sekalipun dia tidak peduli. Namun pada akhirnya John menyerah mengakui kekalahannya.