Home / Pendekar / Jagat Kelana / 54. Sesajen Yang Aneh

Share

54. Sesajen Yang Aneh

Author: Shaveera
last update Huling Na-update: 2024-05-12 21:06:56

Jagat masih diam menunggu reaksi dari perempuan muda di depannya yang tidak bergerak. Merasa mulai sulit menahan gejolak segala rasa, Jagat pun berinisiatif meraih kain jarit yang teronggok begitu saja di tanah.

Secepat kilat kain itu sudah membelit tubuh polos Akshita. Kemudian Jagat menyentuh bahu perempuan tersebut agar di kembali sadar dari lamunan. "Bagaimana?"

Akshita terhentak kaget, lalu pandangannya tertuju pada Jagat yang sudah berdiri di sampingnya. Bibir mungil milik perempuan itu bergerak dan mengeluarkan suara lirih. "Akan kau bawa kemana diri ini, Pangeran?"

"Jika dua tetes darah tidak bisa menggantikan persetubuhan itu, maka ijinkan aku membawamu di setiap langkahku. Apa kamu setuju?"

Kembali Akshita terpana menatap penuh tanya pada Jagat lalu berkata, "Baik jika itu yang terbaik."

Jagat tersenyum, lalu pandangannya kembali menyusuri semua keadaan sekitar yang hancur lebur. Bahkan beberapa rumah banyak yang roboh tanpa bentuk.

"Jika kalian keluar dari desa, lalu baga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Jagat Kelana   55. Ledakan Dahsyat

    Jagat memindai semua persiapan sesajen para wanita, seperti yang dia dengar lirih suara Ki Cadek. Pemuda itu juga merasa adanya kejanggalan. Bagaimana sesajen tidak ada yang dikorbankan bisa diterima? Sungguh hal yang tidak biasa. Akshita berjalan mengikis jaraknya dengan Jagat. Perempuan muda yang sudah berganti pakaian itu tersenyum dan segera memeluk lengan kiri Jagat. Kemudian membawa pemuda itu maju lebih dekat dengan api unggun. Di luar lingkaran api terdapat serangkaian berbagai jenis bunga dengan harum yang berbeda. Sepintas Jagat menangkap bayangan hitam memeluk tubuh Anjunsari. "Siapa pemilik sosok yang memeluk ibu kamu itu, Akshita?" bisik Jagat. "Tidak ada, Pangeran. Mungkin hanya halu saja.""Aku tidak bisa kalian bodohi, Akshita. Jujurlah sebelum kalian hancur!" geram Jagat. Akshita mendengus kasar, lalu menatap sendu pada Jagat. Dia menutup rapat bibirnya dan menggeleng pelan. Sepertinya Akshita tidak ingin mengatakan siapa yang sedang memeluk Anjunsari. Jagat mera

    Huling Na-update : 2024-05-12
  • Jagat Kelana   56. Tinggalkan Desa

    Ledakan dahsyat menimbulkan api yang cukup besar hingga mampu membakar lahan kering di sisi kanan bangunan pendopo desa. Anjunsari menatap khawatir pada putrinya. "Bagaimana nasib kita selanjutnya, Akshita? Ibunda sudah tiada daya lagi," keluh Anjunsari. "Sebaiknya ketua semedi lagi!" usul pemangku desa. Anjunsari merasa sudah habis digdaya dan kemampuannya dalam merubah raga memancing hasrat. Akshita menatap pada pekatnya malam yang ada di depannya. Sepintas terlihat sekelebat bayangan berjubah putih, tetapi dia sedikit ragu. "Apakah pemuda tadi sudah jadi mayat, Bunda?" tanya Akshita. Anjunsari mengedarkan pandangannya mencari sosok Jagat. Dahinya berkerut kala merasakan aura tipis yang mulai bergeliat naik. Namun, aura Cakrapati benar-benar hilang tiada bekas. "Kita tunggu saja!"Setelah beberapa saat angin berhembus lembut membawa harum bunga cendana dan tanah basah. Aroma yang tidak biasa dalam pekatnya hutan heterogen yang ada di pegunungan wilis. Anjunsari menganggukkan

    Huling Na-update : 2024-05-13
  • Jagat Kelana   57. Keputusan Akshita

    Akshita memutuskan ikut perjalanan Jagat sesuai dengan pesan leluhurnya. Senyum wanita muda itu terkembang kala Jagat menyetujui inginnya meski ada syarat dalam setiap perjalanan. Akshita menyanggupi apapun syarat yang diajukan Jagat,dia tidak memedulikan. Bagi Akshita dia sudah diijinkan ikut sudah senang, ini artinya semua mimpinya tercapai. Sekarang hanya usahanya agar hati pria itu hanya terisi sosoknya saja. Anjunsari menghela napas panjang.Malam terus berjalan dan perlahan sinar rembulan pun mulai meredup. Perlahan tubuh Anjunsari membayang semu. Akshita seketika terpaku begitu juga dengan Jagat saat melihat perubahan pada sosok Anjunsari. "Ada apa dengan tubuhmu, Nisanak" tanya Jagat.Anjunsari mengulas senyum manis, kedua kelopak mata senja itu berkedip berulang lalu menatap sendu pada sepasang muda mudi di depannya. Bibir itu mulai membiru, helai rambutnya pun juga mulai berubah warna."Ibunda!" Akshita memanggil wanita tersebut dengan nada khawatir.Anjunsari makin meleba

    Huling Na-update : 2024-05-14
  • Jagat Kelana   58. Permata Ke Empat Bagian 1

    "Apa yang terjadi dengan tubuhmu,Tuan" tanya Akshita khawatir.Jagat menggeleng tidak mengerti, dia pun meraih bubuk hasil tumbuk Akshita lalu menyentuhnya berulang. Kedua matanya menyorot tajam. "Apa yang akan kamu lakukan dengan ini?"Akshita mengurai senyum, lalu telapaknya meraih tangan Jagat dan digenggam erat. Kemudian dibawa pada dada pria tersebut. "Balurkan di sini,Tuan!" Pinta Akshita.Jagat termangu, sentuhan lembut Akshita telah membangkitkan sesuatu di bawah sana. Namun, dengan gerak pelan dia berusaha menekan agar tidak semakin bangkit. Akshita mengulum senyum melihat sikap Jagat. Dia tahu apa yang terjadi tetapi bibirnya hanya tersenyum tipis.Jagat mengikuti apa yang diarahkan oleh Akshita. Bubuk basah hasil tumbukan bunga dan daun langka itu sudah dibalurkan pada dada Jagat. "Apakah ini ada manfaatnya, Aks?""Biarkan dulu beberapa waktu di sana hingga kering. Setelahnya baru dialiri sinar permata kemari lalu,Tuan!""Jika seperti itu, kita bermalam di sini dulu hingga

    Huling Na-update : 2024-05-14
  • Jagat Kelana   59. Desa Bumiwaras

    "Akshita Tungga Dewi. Dia ingin jadikan kulit lama itu sebagai penutup tubuhnya, Shaki." "Seberharga itukah kulit lamaku ini, Pangeran," balas Shaki siluman ular yang dulu pernah ditolong oleh Jagat saat terluka di pinggiran sungai Hutan Pandan Alas. Akshita melompat turun dari batang tempat duduknya. Lalu tangannya membelai punggung ular raksasa tersebut. Setelahnya di menunduk dengan membungkukkan badannya sesaat. Bibir tipisnya bergerak menghasilkan suara, "Ijinkan aku gunakan kulit lamamu itu, Nisanak!" Pinta Akshita lembut. Shaki menggeliatkan ekornya dan berhasil menggulung kulit lamanya. Lalu dengan sentakan halus kulit tersebut terbang dan jatuh tepat di depan Akshita "Terima, gunakan dan rawat dengan baik, Nona!""Terima kasih."Akshira pun meraih kulit ular tersebut, lalu dibawanya ke tepian sungai dan merendam sesaat. Setelahnya dilemparkan ke atas diikuti tubuhnya yang melenting lebih cepat ke udara melebihi tingginya kulit tersebut. Jagat seketika terhenyak kaget mel

    Huling Na-update : 2024-05-15
  • Jagat Kelana   60. Akshita Naik Tingkat

    Jagat memindai seluruh tubuh pria di depannya yang seakan sangat mengenal siapa sosok Akshita sesungguhnya. Sedikit rasa penasaran menelusup di relung kalbu, dia sendiri terjebak di desa perempuan itu tanpa tahu seluk beluknya bahkan saat ini ada luka dalam di tubuhnya akibat bertarung dengan Kalawaja. Luka dari pertempuran tersebut pun masih terasa saat mengeluarkan tenaga dalam. Namun, hal itu berusaha dia tahan agar tidak terditeksi oleh lawan bila harus bertempur. "Haha, kau begitu belia dan rupawan, Kisanak. Pasti apa yang diinginkan oleh warga desa laknat sudah mereka dapat dong. Bagaimana rasanya kelamin laknat itu, Hem?" Pria itu berkata dengan nada sinis dan penuh dendam. "Apa yang harus kau bayar hingga bisa keluar dari desa tersebut?" lanjutnya.Jagat masih diam menatap pada pria tersebut. Baginya semua kalimat tanya itu sangat menyakitkan, apalagi untuk seorang wanita. Namun, Jagat masih terus menahan lisannya agar tidak asal bicara. Dia begitu mengerti akan sakitnya hat

    Huling Na-update : 2024-05-16
  • Jagat Kelana   61. Perang Antar Pendekar

    Dua sinar yang melesat menuju ke tubuh Akshita berhasil dihadang oleh Jagat. Pertemuan dua jurus tingkat tinggi menghasilkan ledakan yang dahsyat hingga menciptakan cekungan pada tanah. Jagat menunggu dua sosok yang memiliki aura gelap dam pekat. Pemuda itu yakin jika mereka adalah kawanan Guptapraja. Apa yang ditunggu pun akhirnya muncul seiring hilangnya debu yang beterbangan akibat pertemuan dua jurus tadi. "Haha, akhirnya kau temukan dia juga, Gupta. Bagus!" ujar pria berambut ikal panjang. "Benar, Kakang. Tidak sia-sia aku menunggu mereka di pintu gerbang desa," balas Guptapraja. "Bagus, makin cepat jumpa makin cepat mati!" geram pria itu. Akshita seketika terhenyak kaget melihat kemunculan dua pendekar lainnya yang sudah berdiri di samping Guptapraja. Bibir wanita muda itu bergetar, perlahan dan lirih lesannya mulai bersuara, "Gritapraja dan Ganendra, kalian ...?"Haha! Tawa menggelegar membahana hingga terdengar menyakitkan di telinga Akshita membuat wanita itu menutup ke

    Huling Na-update : 2024-05-16
  • Jagat Kelana   62. pertempuran dua jurus

    Tanpa banyak bicara Guptapraja menyerang langsung ke arah vital Jagat. Pemuda itu masih terlihat santai bahkan terbilang ogah-ogahan dalam menghadapi ketiga pendekar. Saat seberkas sinar melesat menuju ke jantungnya, seketika itu juga telapak tangan Jagat membuka mengeluarkan kujangnya. Kujang pun segera menangkis lajunya sinar tersebut. Pertemuan dua senjata beda jenis membawa dampak ledakan dahsyat hingga menyebabkan tanah sekitarnya bergetar dan terdapat retakan. Akan tetapi, Jagat terlihat begitu santai. Pemuda itu hanya mengerakkan telapak tangannya berputar seakan sedang menggenggam gagang kujang tersebut. "Kembali!" perintah Jagat pada kujangnya yang terbang ke udara usai menangkis sinar merah dari pukulan Griptapraja. Apa yang dilakukan Jagat membuat Gritapraja kesal. Pemuda yang dianggapnya remeh dengan tenaga dalam tingkat lima justru memegang senjata kuno kujang bermata sembilan. "Apa dia yang berjuluk Pendekar Jagat Kelana? Bagaimana pria ayu dan lembek bisa mendapatka

    Huling Na-update : 2024-05-18

Pinakabagong kabanata

  • Jagat Kelana   231.

    Untuk sesaat Airlangga masih tenggelam dalam samudra ragu, pemuda itu menatap langit yang telah gulita, hembusan napasnya begitu terdengar berat, seakan membawa beban.Jagat Kelana yang belum bisa memahami apa jalan pikiran putra berdarah silumannya dengan sabar menunggu deretan kata yang mungkin keluar dari untaian kegelisahan.Kembali terdengar hembusan napas berat Airlangga membuat hati Jagat seketika berontak, lalu kepalanya menoleh memindai keseluruhan wajah putranya, dia mencari arti di setiap gurat wajah Airlangga. "Jangan membuat semua menjadi sulit jika jalan termudah itu ada, Putraku. Utarakan saja!"Airlangga menoleh menatap ayah biologisnya yang telah lama dia rindukan sejak kecil. Selama ini, dia hanya mendengar semua kisah pria tersebut dari ibunya tanpa mengenal secara nyata. Perlahan bibir Airlangga melengkung tipis, bahkan hampir tanpa terlihat oleh Jagat. Namun, sebagai seorang ayah Jagat Kelana masih bisa menangkap gerakan tipis bibir itu. "Jika Engkau kecewa den

  • Jagat Kelana   230. S2.

    Hati terus berlalu, waktu silih berganti. Angin pun seakan berhenti meninggalkan jejaknya. Jagat Kelana terlihat gelisah menunggu kelahiran putra Roro Wening.Wajahnya yang tampan mulai berkeringat dingin, tetapi auranya masih begitu memukau. Prameswari masih setia menemani Jagat meskipun dia sendiri juga dalam keadaan lemah akibat hamil muda. "Duduk saja di sini, Tuanku," pinta Prameswari masih dengan nada lembut. "Mengapa lama sekali prosesnya, Prames?""Ini sudah hal yang biasa, apakah masa silam Anda tidak pernah mengerti kelahiran Pangeran Airlangga, Tuanku?"Jagat Kelana menatap sendu pada selirnya, bibirnya bergerak lirih, "sayangnya aku tidak ada saat Airlangga lahir. Apakah sesakit itu?"Prameswari meringis, dia tidak menjawab tanya suaminya. Pendengarannya saja dibuat mati. "Prames, ada apa denganmu?""Tidak, aku hanya belum ingin merasakan sakitnya.""Lalu mengapa ada noda di sana?"Kalimat suaminya seketika membuat wajah Prameswari menjadi pias, dia mencengkeram punggun

  • Jagat Kelana   229. S2

    Setelah dua hari dua malam akhirnya Jagat Kelana menyudahi pergerakan tubuhnya pada selir agung. Bibir pria itu melengkung sempurna kala melihat hasil perbuatannya pada tubuh indah dengan perut buncit itu. "Maafkan aku, Nyai. Tubuhmu begitu candu hingga hasratku sulit dibendung," ucap Jagat dengan nada rendah sambil meraih tubuh polos istrinya itu. Dua hari dua malam tubuh Roro Wening dihajar oleh Jagat membuat wanita itu terlukai lemah di atas ranjang. Dengan lembut, Jagat menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh polos istrinya. "Nyai, rasanya aku tidak sanggup bila harus meninggalkan kami sendiri di sini. Tetapi aku harus masuk lagi ke dunia Akshita. Ada entitas yang akan membahayakan dunia fana ini." Jagat berbicara dengan nada rendah cenderung berbisik. Kemudian Jagat berdiri dan meraih jubah kebesarannya, lalu dia keluar kamar pribadi selir agung. Langkahnya yang panjang membawa sampai ke dapur, tanpa suara Jagat langsung mengambil timba berisi air dan membawanya ke kamar

  • Jagat Kelana   228. S2

    Roro Wening berjalan kembali ke paviliunnya. Dia membuka pintu dan langsung melihat suaminya sudah duduk sila di atas ranjang. Melihat Jagat Kelana sudah duduk sila seketika Roro Wening mempercepat langkahnya. Ada kekhawatiran yang muncul dalam sorot mata sendu, dia merasakan adanya aura lain yang merasuki tubuh suaminya. "Suamiku, ada apa dengan tubuhmu?" ucap Roro Wening sambil duduk di belakang Jagat Kelana. Jemarinya yang lentik menyentuh kulit suaminya, lalu terjadi sengatan begitu kulit keduanya saling bersentuhan. "Jangan ganggu aku dulu, Nyai. Biarkan semua energi ini masuk dalam tubuhku!"Suara Jagat menghentikan gerakan Roro Wening. Wanita itu memilih bangkit dari ranjang dan berjalan menuju ke kursi yang menghadap pada posisi suaminya. Dahi selir agung berkerut kala mendapati tubuh Jagat mulai berkeringat besar dan bergetar. Tubuh telanjang dada itu perlahan mulai terlihat segar dan menggoda akibat lelehan air bening. Beberapa kali Wening menelan air liurnya. Dia send

  • Jagat Kelana   227. S2

    Pitaloka terdiam, dia tidak berani berkata lagi. Tatapan selir agung begitu tajam hingga terasa sesak dada Pitaloka. "Pergilah, Sasti. Segera siapkan apa yang aku pinta!"Sasti pun segera berlalu meninggalkan kedua selir raja yang saling berseteru. Melihat dayang pribadi selir agung pergi kedua mata Pitaloka menyipit, dia meraup wajahnya sendiri "Apa maksud kamu menghalangi pekerjaan dayangku, hem?""Bukan begitu, Yunda Selir. Aku hanya bertanya pada dayang itu, tidak ada maksud lain," jawab Pitaloka. "Iya sudah, lupakan saja. Ini bukan urusan kamu." Usai berkata Wening berlalu meninggalkan tempat itu. Pitaloka mengepalkan kedua tapak tangan sambil menghela napas berat. Dia tidak terima dengan perlakuan selir agung, dia ingin saat ini menjadi permaisuri raja. Setidaknya menjadi wanita di hati raja itu. "Sialan kau, Wanita Tua. Lihat saja nanti!" Pitaloka kembali ke paviliun miliknya, dia memanggil dayang pribadi yang khusus dipilihnya sendiri. Mendengar namanya dipanggil dayang

  • Jagat Kelana   226. S2

    Sinar biru keemasan melesat membungkus tubuh tua Ki Cadek. Tanpa permisi, Jagat Kelana melempar tubuh tua itu kembali ke alamnya. Mau tidak mau Ki Cadek mengikuti semua perintah pemiliknya, dia terbang menuju ke alamnya. Setelah kepergian Ki Cadek tubuh Jagat tiba-tiba terasa lemas, tulang sendinya seakan tidak mampu menopang. Bahunya naik turun hingga terdengar isak tangis lirih. 'Maafkan aku, Ki. Ini yang terbaik untukmu setelah pertempuran dengan Pasopati,' kata Jagat tak mampu bersuara. Raja muda Singgalang terlihat begitu terluka secara fisik dan rohani. Baru saja dia berpisah dengan istri tercinta kini sebuah keputusan harus diambil dengan paksa. Cukup lama Jagat tertunduk dengan kedua telapak tangannya menyentuh tanah. Perlahan ada aliran hangat menjalar memasuki lengan. Hal itu tidak dipedulikan oleh Jagat. Dia justru makin menunduk hingga dahinya menyentuh tanah. Jagat bersujud. 'Jangan tinggalkan aku, Hyang Widi Agung!'Samar terdengar langkah pelan dan lembut mendekati

  • Jagat Kelana   225. S2

    Usai mengaku kalah, Panglima Pasopati berjalan tertatih dengan menarik pedangnya. Wajahnya tertekuk dalam. Dia tidak berani menatap bulan yang sedang bersinar malu. Angin malam menembus tulang, tetapi Jagat masih berdiri tegak menatap kepergian Panglima Galunggung. Ada sedih yang membayang di wajah raja muda itu, tetapi tidak semua orang bisa tahu apa yang sedang berkecamuk dalam hatinya. Akshita berjalan mendekati suaminya, dia memeluk pinggang Jagat dari belakang dengan kepala bersandar pada punggungnya. "Sebaiknya kita jalani di dunia yang berbeda, Kang!"Mendengar bisikan istrinya, Jagat segera berbalik badan. Dia menangkap wajah kekasihnya, "jika aku merindukanmu, bagaimana?""Bukanlah Kakang bisa masuk ke duniaku meskipun tanpa portal?" tanya Akshita lembut. Jagat masih menangkap wajah ayu istrinya tanpa berkedip. Hal ini membuat Akshita menjadi salah tingkah. "Kang...." Tatapan Jagat mulai berkabut, napasnya terdengar berat tetapi dia masih enggan untuk mengeluarkan suara.

  • Jagat Kelana   224. S2

    Jagat segera berdiri dan menatap pada Panglima itu, dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Apalagi saat ini sudah ada kekasihnya yang berdiri di samping kanan sambil memeluknya. "Apa kabar, Tuan Pasopati?" Suara lembut Akshita memecah keheningan malam. Suara yang mampu membuat Pasopati berhenti bernapas untuk sesaat. Dia terkejut melihat sosok wanita itu hingga jantungnya sempat berhenti. 'Tidak mungkin.'Pasopati masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang dulu begitu membuatnya gila kini telah berdiri di sisi Jagat. "Rupanya apa yang aku dengar bukan kabar angin. Ini kenyataannyakah, Nyai?" tanya Pasopati dengan nada bergetar. Hatinya melesat, emosinya seketika berhenti. Sungguh dia tidak mengerti bagaimana wanitanya kini memeluk mesra lengan musuhnya. "Iya, seperti ini hidup, Pasopati. Apakah kamu menyesal?""Buat apa menyesali atas hubungan dengamu, Jalang. Sekali jalang selamanya tetap, Jalang!"Mendengar satu kata yang sudah biasa didengarnya tidak memb

  • Jagat Kelana   223. S2

    Sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh Jagat, Panglima Pasopati menyiapkan kedua telapak tangannya yang dipenuhi dengan sinar merah. Gagang pedang itu digenggam erat, lalu diangkat tinggi. "Kali ini nyawamu tidak akan selamat, Jagat!" Pasopati melompat tinggi, kedua kakinya berjalan di udara dengan ujung pedang terhunus ke depan. Jagat masih diam dengan kujangnya di tangan. Pada ujung kujang itu muncul sinar perak dan dua permatanya keluar dari lubang. Angin malam bertiup makin kencang membuat jubah Jagat beterbangan, tetapi tidak membuat fokus raja itu terputus. "Rasakan jurus terbaruku, pedang pendek penghancur raga!" teriak Pasopati. Bersamaan itu, pedang panjangnya pun terayun dengan sasaran lengan kiri Jagat. Melihat gerakan itu membuat Jagat melakukan tubuhnya ke samping menghadap datangnya pedang. Kedua jarinya menjepit ujung pedang dan menggerakkan ke belakang. Akibat gerakan itu pedang milik Pasopati pun patah di ujungnya. Seketika kedua mata Panglima itu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status