Sepanjang jalan selama menyetir, Gisela tidak kunjung mereda tangisnya. Selama lima tahun dia bertahan, memendam perasaan untuk Joel, hingga harapannya jadi kenyataan saat keluarganya menyepakati perjodohan mereka dan Joel menyetujuinya. Gisela pikir, dia sudah bisa memiliki Joel sepenuhnya, siapa sangka kalau semua harapannya hanya sebuah harapan semu. Joel, pria yang selama ini Gisela impikan, ternyata tak pernah benar-benar mencintainya. Meski mereka telah resmi bertunangan, hatinya selalu terpaut pada wanita lain. Awalnya, Gisela mencoba menutup mata, walau Joel memiliki wanita lain. Dia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa Joel hanya akan menikah dengannya dan menjadi miliknya. Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Namun, kenyataan berbicara sebaliknya.Joel jarang sekali menunjukkan perhatian atau kasih sayang. Dia lebih sering sibuk dengan urusannya sendiri, dan ketika berbicara pun, hanya membahas hal-hal formal tanpa kehangatan. Puncaknya, sekarang, Joel sudah sangat melukai p
“Apa yang terjadi?” tanya Aerline sangat terkejut melihat apa yang terjadi dengan kaca mobil Joel yang retak dan pecah. “Joel, ini-?” Aerline menoleh ke arah Joel yang tak bereaksi di sana. “Ini ulah Gisela,” gumam Joel. “Kita naik mobil kantor saja. Aku akan hubungi montir untuk memperbaiki mobilnya,” ucap Joel yang seakan tidak mempermasalahkan hal yang terjadi. Aerline masih mematung di tempatnya, matanya menatap kaca mobil yang pecah dengan bingung. “Gisela? Kenapa dia melakukan ini?” tanyanya, suaranya mengandung nada ketidakpercayaan.Joel menarik napas panjang, lalu menggeleng pelan. “Dia mungkin kecewa dan marah padaku. Mungkin karena aku membatalkan pernikahan kami,” ucapnya dengan nada datar, seakan hal itu adalah sesuatu yang biasa terjadi.Aerline diam, dia tidak tau harus berkomentar apa. Dia sendiri bisa memahami perasaan Gisela yang merasa terkhianati dan dikecewakan. “Ayo, ke mobil kantor saja,” ajak Joel berjalan ke area lain dan Aerline mengikutinya dari belakang
Saat ini, Joel dan Aerline menikmati makan malam mereka di balkon, dengan pemandangan langit malam yang indah dan sebuah kolam renang di lantai bawah. Menu seafood yang spesial yang dimasak oleh Aerline. Joel dan Aerline duduk berhadapan di meja balkon yang diterangi oleh cahaya lembut dari lampu dinding yang tidak terlalu terang. Angin malam yang sejuk membawa suasana menjadi lebih romantis dan aroma wangi dari menu seafood yang disiapkan Aerline. Di langit, bulan bersinar terang, menambah keindahan malam mereka. Cahaya bulan yang lembut memantul di permukaan kolam renang, menciptakan suasana romantis yang sempurna di balkon itu.Aerline menatap Joel dengan penuh harap sambil menopang dagunya di tangan. "Gimana masakannya, enak?" tanyanya dengan senyum malu-malu.Joel mengangguk sambil menyuapkan potongan makanan lagi ke dalam mulutnya. "Ya, ini sangat enak," jawabnya tulus, lalu menambahkan, "Kamu benar-benar berbakat, Aerly. Ini salah satu hidangan seafood terbaik yang pernah aku
“Sampai kapan kamu akan minum? Sudah cukup, Gisela. Kamu sudah sangat mabuk,” cegah Kyle menahan gelas Gisela yang ingin kembali menuangkan vodka ke dalam gelasnya.“Cukup!” Kyle menahannya dengan segera.“Apa sih? Jangan menggangguku, aku ingin minum!” ucap Gisela dengan sangat kesal dan menatap Kyle di depannya dengan sorot mata tajam penuh permusuhan.Kyle menghela napas panjang, mencoba menahan kesabarannya. Ia menatap Gisela yang wajahnya mulai memerah, efek alkohol sudah jelas terlihat. Tangannya tetap memegang gelas Gisela erat, tidak berniat menyerah begitu saja.“Gisela, lihat dirimu sekarang,” ucap Kyle dengan suara tegas tapi penuh kepedulian. “Kamu bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. Apa kamu ingin membuat masalah untuk dirimu sendiri?”Gisela mendengus, menarik tangannya dari Kyle dengan kasar. “Kamu pikir kamu siapa? Aku bisa mengurus diriku sendiri, Kyle. Jangan bertindak seperti kamu peduli!” Seruan itu diiringi dengan tawa getir yang jelas mencerminkan kepedihan di
“Um… “ Gisela membuka matannya cukup lebar karena terkejut saat menyadari, ruangan yang dia tempati bukanlah kamarnya. Dia bangkit dari posisinya sambil membuka selimut dan melihat pakaiannya yang ternyata masih lengkap. “Ternyata masih lengkap,” gumamnya bernapas lega. Dia menoleh ke sampingnya dan betapa terkejutnya Gisela di sana sampai dengan spontan menedang tubuh Kyle hingga jatuh berguling ke lantai. “Argh!” ringisnya saat tubuhnya membentur lantai dan terasa sakit. “Ke… kenapa kita ada di sini berdua?” tanya Gisela menatap Kyle dengan tatapan tajam penuh emosi. Kepala Kyle muncul di sana dan menatap Gisela dengan tatapan sayu. “Apa seperti ini, caramu mengucapkan terima kasih?” sindir Kyle.Kyle mengusap punggungnya yang sakit akibat terjatuh, sambil tetap menatap Gisela dengan ekspresi campuran antara lelah dan geli. “Aku menyelamatkanmu tadi malam, tahu? Dan balasannya, aku ditendang ke lantai seperti karung beras. Bagus sekali,” gumamnya dengan nada penuh sindiran.G
“Pagi, Lin!” sapa Maya membuat Aerline tersenyum padanya. “Pagi, Maya.” Mereka berdiri di depan pintu lift yang ada di lobi untuk menuju ke ruangan kerjanya. Saat sedang berdiri di sana, Leon tiba dan menyapa mereka berdua. “Pagi, Bu Maya, Hai, Lin,” sapa Leon tersenyum merekah pada Aerline. “Hai, Le.” Aerline berusaha memalingkan wajahnya, dia merasa tidak enak hati pada Maya yang terlihat menundukkan kepalanya saat Leon menunjukkan sapaan yang berbeda. Leon menyapa Aerline dengan begitu akrab, sedangkan menyapa Maya dengan formal. Aerline merasa suasana menjadi sedikit canggung. Ia melirik Maya, yang masih menundukkan kepala, lalu kembali tersenyum tipis pada Leon, mencoba meredakan ketegangan."Jadi, kalian berdua ada jadwal rapat hari ini?" tanya Leon, nada suaranya tetap ceria. Namun, matanya lebih sering tertuju pada Aerline.Aerline menanggapi dengan anggukan singkat. "Iya, nanti siang. Rapat proyek baru di lantai 10."Maya ak
Siang itu, semuanya berkumpul di ruang meeting. Joelio, Aerline, Maya, BM Heiner, Leon dan Manager divisi keuangan, pengadaan, divisi produksi dan divisi pemasaran. Untuk membahas proyek baru perusahaan mereka yang bergerak di bidang skincare. Ruang meeting itu dipenuhi suasana profesional, dengan semua pihak yang terlibat duduk mengelilingi meja besar. Beberapa presentasi sudah dimulai, tetapi Aerline bisa merasakan ketegangan kecil di udara, terutama dengan kehadiran semua pihak yang terlibat dalam proyek baru ini.Joelio duduk di ujung meja, dengan sikap tenang dan penuh kewibawaan, sementara BM Heiner yang berdiri di depan mereka menjelaskan dengan antusias mengenai perkembangan terbaru proyek mereka. Leon duduk dengan santai, sesekali melirik Aerline, tapi lebih banyak memperhatikan presentasi BM Heiner. Maya tampak serius, namun matanya sesekali melirik ke arah Leon. Begitu juga dengan manager divisi lainnya, yang tampaknya tengah mencatat dengan seksama setiap detail yang dib
“Kamu sudah tiba, Joel. Duduklah,” ucap Abraham membuat Joel duduk dihadapan Abraham. Saat ini, mereka berdua berada di ruang pribadi sebuah restoran. Terlihat ada berbagai menu lezat tertata di atas meja dengan sangat menggugah. Tetapi tidak berlaku untuk Joel yang terlihat tidak berselera makan. “Kenapa memanggilku datang?” tanya Joel tanpa basa-basi. “Kamu masih bersikap dingin pada Ayahmu. Kita sudah lama tidak makan bersama, Joel. Duduklah, dan kita nikmati makan malam bersama,” ujar Abraham duduk di kursi. Joel pun mengambil duduk di hadapan Abraham. “Setelah Anda menikah dengan Bailee... hubungan kita tidak pernah akur. Jadi, langsung pada intinya saja, kenapa Anda memanggil saya kemari?” tanya Joel. Abraham menghela napas, tatapannya melembut namun penuh kewaspadaan. “Joel, aku tahu hubungan kita tidak lagi seperti dulu. Tapi aku tetap ayahmu, dan ada hal penting yang perlu kita bicarakan.”Joel menyilangkan tangan di
“Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Lyman saat sampai di apartemen Aerline. “Tidak, Bang. Aku mau istirahat, makasih ya sudah anterin aku pulang,” ujar Aerline dengan nada lemah. Lyman tersenyum dan mengusap kepala Aerline dengan lembut. “Kamu gadis yang tangguh,” ucapnya membuat Aerline tersenyum manis di sana. “Istirahatlah, kalau butuh sesuatu langsung hubungi Abang,” ujarnya membuat Aerline menjawab dengan anggukan kepalanya. “Lin, menurut Abang, tindakanmu sudah tepat untuk menjauh dari Joel demi berhenti menyakiti dirimu sendiri. "It's another level of pain, but you will find peace eventually." ucap Lyman dengan lembut dan Aerline hanya tersenyum manis di sana. “Makasih, Abang. Aku merasa memiliki keluarga di sini berkat Abang,” ujar Aerline tersenyum di sana. “Ya, sama-sama,” jawab Lyman. “Lin!” teriak seorang wanita yang muncul di lorong apartemen membuat mereka berdua menoleh ke sumber suara dan itu a
Aerline sedang menatap keluar jendela kamarnya di ruang rawat. Leon harus pergi ke kantor dan bekerja setelah libur akhir tahun dan Lyman sedang keluar sebentar. Wanita itu masih tidak mau membuka pesan dari Joel, dia masih ingin menahan diri tanpa ingin mendengar alasan apa pun dari pria itu. Jujur saja, Aerline takut luluh dan kembali memberi kesempatan lagi pada Joel. Karena bagaimana pun, hatinya selalu lemah saat berhadapan dengan Joel. “Khem... “ Aerlie merasa tenggorokannya sakit dan kehausan. Dia mengambil botol minumnya yang ternyata kosong. Dia melihat ke arah dispenser yang ada di dekat televisi dan cukup jauh dari posisinya. Wanita itu pun menurunkan kedua kakinya ke bawah brankar dan turun perlahan. “Ugh!” dia meringis saat kepalanya terasa berputar. Ya, selama di rumah sakit, Aerline tidak bisa tidur sama sekali. Membuat darahnya semakin rendah dan kepalanya terasa sangat berat. Wanita itu berjalan per
“Lin?” Lyman masuk ke dalam ruang rawat Aerline. “Bang?” jawab Aerline melihat ke arah Lyman. Lyman berjalan mendekati Aerline yang duduk terbaring di atas ranjang rumah sakit. “Kenapa malam itu tidak tunggu Abang sih?” tanya Lyman terlihat begitu khawatir. “Aku baik-baik saja, Bang,” ujar Aerline di sana. “Kamu itu,” ucap Lyman sampai tidak bisa berkata apa-apa. “Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Abang sangat mencemaskanmu, Lin. Semalaman Abang keliling cari kamu,” ucap Lyman. “Maaf, Bang.” “Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana Abang jelasin ke Kaivan? Kamu berharga untuk keluargamu, Lin. Jangan merasa sendiri, Abang di sini untuk jaga kamu,” ucap Lyman mengusap kepala Aerline dengan lembut.Aerline menunduk, merasa hangat mendengar kata-kata Lyman. Dia tidak menyangka Lyman begitu peduli padanya, bahkan rela mencari dirinya sepanjang malam."Maafkan aku, Bang. Aku nggak bermaksud bikin abang khawat
“Um... “ Aerline perlahan membuka matanya dan melihat sekeliling ruangan. Dia meringis kecil sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Dia menoleh ke arah punggung tangannya yang dipasang infusan di sana. “Apa aku ada di rumah sakit?” gumamnya berusaha mengingat apa yang terjadi. “Kamu sudah siuman, Lin?” pertanyaan itu membuat Aerline menoleh ke sumber suara dan melihat sosok Leon di sana dan terlihat pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. “Leon?” tanya Aerline. “Aku melihatmu pingsan dan tergeletak di pinggir jalan. Jadi, aku bawa kamu ke rumah sakit, menurut dokter kamu terkena usus buntu dan harus segera di operasi,” jawab Leon. “Operasi?” Aerline mengernyitkan dahinya. “Ponselmu mati, jadi aku tidak punya pilihan lain selain menandatangani surat persetujuannya. Aku sangat khawatir padamu,” ucap Leon. Aerline tersenyum di sana. “Terima kasih, Leon. Berkatmu, aku bisa selamat,” ujarnya
“Apa semuanya sudah sesuai?” tanya Aerline pada pelayan di restoran yang sudah dia booking jauh-jauh hari untuk acara ulang tahun Joel. Dia ingin memberikan kejutan spesial untuk Joel. “Semua sudah disiapkan dengan sangat baik, Nona. Kami hanya tinggal menunggu kode dari anda,” ucap pelayan itu. “Baiklah, terima kasih.” Aerline tersenyum lebar di sana. “Kalau begitu, saya permisi,” pamit pelayan tersebut. Aerline merapikan gaun cantik yang dikenakannya. Dia sengaja memakai gaun warna violet, karena menurut Joel, dia selalu cantik kalau memakai warna itu. Wanita itu duduk di kursi sambil melihat jam tangannya. “Masih ada 20 menitan lagi sampai Joel datang. Astaga, aku deg-degan sekali. Semoga saja, acaranya berjalan dengan lancar,” gumam Aerline tersenyum lebar. Dia sengaja membooking area rooftop sebuah restoran untuk merayakan ulang tahun Joel. Dia juga sudah menyiapkan beberapa kejutan kecil, di mana mereka akan memotong kue
“Jangan lupa dengan wine yang akan jadi pelengkap makan malam kita,” ucap Joel.“Aku akan mengambilkan wine kualitas terbaik, sebentar.” Tambah pria itu berlalu pergi dari sana meninggalkan Aerline yang masih menikmati makanannya.Joel kembali beberapa saat kemudian dengan sebotol wine berlabel premium di tangannya. “Ini dia, wine terbaik untuk melengkapi makan malam kita,” ucapnya sambil tersenyum.Aerline menatap botol itu dengan kagum. “Kamu benar-benar mempersiapkan semuanya dengan sempurna, Joel. Aku terkesan.”Joel hanya tersenyum kecil sambil membuka botol wine tersebut dengan anggun. Ia menuangkan wine ke dua gelas, lalu menyerahkan salah satunya kepada Aerline. “Untuk malam yang tidak akan pernah kita lupakan.”Aerline menerima gelas itu sambil menatap Joel dengan lembut. “Untuk malam ini, dan untuk kita,” ujarnya sambil mengangkat gelasnya untuk bersulang.Mereka berdua menyeruput wine itu dengan perlahan, menikmati rasa anggur yang lembut dan kaya. Angin pantai yang sepoi-s
“Wah, apakah ini vila yang kamu maksud?” tanya Aerline saat dia menuruni mobil dan melihat suasana vila di bibir pantai. “Ya, ini adalah vila pribadi. Aku sengaja membookingnya. Jadi, tidak akan ada orang lain lagi selain kita berdua di sini,” ucap Joel memeluk Aerline dari belakang. Wanita itu tersenyum hangat dan memegang tangan Joel yang melingkar di perutnya."Tempat ini indah sekali, Joel," ucap Aerline, memandang hamparan pantai dengan pasir putih yang berkilauan diterpa sinar matahari. Suara ombak yang tenang dan angin laut yang sejuk memberikan suasana damai yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Joel menunduk sedikit, menyandarkan dagunya di bahu Aerline. "Aku ingin kamu merasa tenang dan melupakan semua beban yang ada," ucapnya lembut.Aerline menolehkan wajahnya sedikit, menatap Joel dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Joel. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini lebih dari cukup."Joel melepaskan pelukan itu perlahan, mengambil tangan Aerline dan membawanya ma
“Kamu masih marah padaku?” tanya Joel mendekati Aerline yang masih kerja di meja kerjanya. Hari sudah malam, semua rekan kerjanya sudah pulang lebih dulu. Sedangkan Aerline harus lembur karena sempat tidak masuk, membuat pekerjaannya cukup menumpuk. Wanita itu menengadahkan kepalanya dan menatap Joel di depannya. "Aku tidak marah padamu, Joel,” jawab Aerline. “Aku paham posisimu, dan aku coba mengerti.” “Tapi kamu terus menghindariku seharian ini, apa kamu akan terus bersikap begitu? Padahal aku sangat merindukanmu,” ujar Joel yang duduk dihadapan Aerline sambil memegang tangan wanita itu. “Akhir-akhir ini, hubungan kita semakin renggang dan jauh, aku sangat merindukanmu.” Joel tersenyum di sana.Aerline menarik tangannya perlahan dari genggaman Joel, lalu menghela napas dalam-dalam. Ia menatap Joel dengan sorot mata yang bercampur antara lelah dan keraguan.“Joel, aku tidak menghindarimu,” ucapnya pelan, suaranya terdengar
“Aerline… “Semua rekan kerjanya kembali menyambut kedatangannya di kantor setelah tidak masuk kerja selama tiga hari. “Kamu baik-baik saja, Lin?” tanya Lita. “Kamu sakit apa sebenarnya? Kami khawatir banget, tau.” Kali ini Agnes yang berbicara. “Sakit asam lambung,” jawab Aerline tidak mengatakan yang sebenarnya kalau dia sakit Gerd. Aerline berusaha tersenyum pada rekan-rekannya yang tampak benar-benar khawatir. “Maaf ya, bikin kalian khawatir. Aku sudah lebih baik sekarang,” katanya sambil menepuk bahu Lita dengan lembut.“Kamu harus lebih jaga kesehatan, Lin,” ujar Maya dengan nada penuh perhatian.“Iya, jangan terlalu memaksakan diri di kantor,” tambah Agnes, menatap Aerline dengan pandangan serius.Aerline mengangguk kecil. “Aku akan lebih hati-hati. Terima kasih sudah peduli,” jawabnya tulus. Meski mencoba terdengar ringan, hatinya sedikit berat karena tahu mereka tidak mengetahui sepenuhnya apa yang ia alami belakangan ini.“Ngomong-ngomong, Leon nyariin kamu tadi pagi,”