Saka, Aleana, Raka dan Kevin kini sedang berada diruang kerja dalam Suite milik Raka. Semua orang bekerja dengan fokus. Terlebih Raka yang tidak menyangka semua kekacauan ini disebabkan oleh dirinya. Ya, Saka memang fokus mencari investor untuk mengembangkan perusahaan mereka dan kali ini perusahaan mereka membutuhkan suntikan dana untuk kelangsungan perusahaan.
Sementara Aleana hanya diam bingung harus mengerjakan apa karena Raka dan Saka hanya memberi perintah pada Kevin. Aleana menyadari suasana tengang yang penuh tekanan sedang terjadi disini. Raka merasa bersalah atas apa yang terjadi sementara Saka pusing dengan apa yang sedang terjadi.
"Gue bakal cari opsi lain Bang. Masalah ini bisa loe urus segera? Kita butuh dana itu sesegera mungkin," ucap Saka dengan wajah serius.
Raka menghela nafas. "Bisa. Kasih gue waktu dua hari. Gue akan coba cari opsi lain."
Saka mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya lalu keluar dari ruang kerja itu. Saka berjalan menuju kulkas dan mengambil air mineral dari dalam sana. Saka meminum air itu sampai habis. Saka merasa lelah yang teramat sangat memikirkan perusahaan dan Aleana. Saka meminum air mineral itu sampai habis dan membuang botol kosongnya ke tempat sampah tidak jauh dari tempat ia berdiri.
Raka kini berada dihadapan Saka diikuti dengan Kevin dibelakangnya. Raka dan Kevin membawa barang mereka. "Gue keluar dulu sama Kevin. Loe istirahat aja dulu sambil cari opsi lain."
Saka mengangguk dan menatap kepergian Raka dan Kevin. Saka pun menghela nafas panjang. Semua gerak gerik Saka terekam jelas dalam kepala Aleana karena Aleana berada disana. Ketika Raka dan Kevin keluar dari ruang kerja, Aleana pun mengikuti mereka.
Aleana kini tinggal berdua dengan Saka didalam suite Saka. Saka memilih duduk di meja bar yang berada di dekat kulkas dan mengusap wajahnya kasar. Aleana mendekati Saka. Ada rasa kasihan dalam hati Aleana melihat Saka kesulitan seperti ini namun Aleana berusaha bersikap profesional.
"Ada hal lain yang perlu saya kerjakan Pak?" tanya Aleana dengan nada sopan dan formal.
Saka menatap lekat-lekat Aleana dan menghela nafas panjang. "Apakah kamu akan mengabulkan permintaan aku?"
Aleana memandang Saka bingung dan Aleana terdiam sejenak. "Tentu saya akan memenuhi permintaan Bapak selama itu menyangkut pekerjaan."
"Kalau aku meminta kamu kembali menjadi Leana ku bisa?" ucap Saka to the point sambil memandang lekat-lekat kedua mata Aleana.
Aleana membeku mendengar pertanyaan Saka. Entah sampai kapan Saka akan menyerah untuk menarik Aleana kembali mendekat pada Saka. Berdekatan dengan Saka rasanya Saka berhasil menarik seluruh oksigen yang berada disekitar Aleana membuat Aleana sesak dan sulit bernafas namun realita kehidupan memaksanya untuk bertahan dengan berada disamping Saka. Aleana berusaha untuk terus berfikir realistis demi kelangsungan kehidupan panti dan dirinya sendiri.
Aleana menghirup udara dalam-dalam kemudian berucap. "Maaf Pak. Saya hanya bisa memenuhi permintaan Bapak terkait pekerjaan saja," jawab Aleana dengan nada formal.
Saka tersenyum miris. Tentu Aleana tidak akan mengabulkannya. "Aku minta maaf Leana. Aku sungguh menyesal. Aku sungguh menyesal," ucap Saka dengan nada lirih.
Aleana memandang Saka dengan tatapan penuh luka. Nada lirih Saka berhasil mengorek luka yang bahkan masih bernanah dihati Aleana. Luka yang sampai sekarang masih berdarah dan tidak kunjung sembuh walau melewati waktu. Mata Aleana mulai berkabut. Tanpa sadar Aleana berucap. "Apa kata maaf dan menyesal kamu bisa membalikan masa lalu saya yang kamu hancurkan? Apa ... "
Saka memandang Aleana yang hampir menangis dan Saka berdiri hendak mendekati Aleana namun Aleana sudah terlebih dahulu mundur dan memberi jarak. "Maaf, ucapan saya melantur. Saya mohon undur diri. Kalau Bapak ada perlu, Bapak bisa kirim pesan ke nomer saya. Saya permisi," ucap Aleana cepat.
Aleana segera keluar dari suite milik Saka dan bergegas menuju kamar hotelnya. Aleana masuk kedalam kamarnya dan langsung menutup pintu. Aleana bersandar di daun pintu. Lututnya terasa bergetar dan jantungnya berdebar cepat. Tubuh Aleana meluruh kelantai. Aleana terduduk dilantai dan meruntuki dirinya sendiri bagaimana Aleana bisa terbawa ucapan lirih Saka hingga akhirnya tembok pertahanan Aleana yang selama ini Aleana bangun hampir runtuh.
Aleana merasakan getaran di HPnya yang berada di dalam kantongnya, Aleana pun langsung berusaha mengeluarkan HP yang berada di kantongnya. Aleana melihat ada sebuah pesan dari Saka yang masuk ke HPnya.
[Pak Saka : Aku sadar mungkin permintaan maaf dan rasa penyesalan yang aku miliki tidak akan mengembalikan masa lalu kamu yang sudah saya hancurkan. Aku sangat sadar seharusnya aku tidak pantas meminta maaf dari kamu tapi bagaimana kalau hati aku terus memanggil nama kamu. Aku cinta kamu Aleana. Masih terus mencintai kamu.]
Aleana berdecih sinis. Mungkin Aleana yang dulu percaya dengan ungkapan cinta Saka. Aleana dulu mungkin akan bahagia setengah mati mendengar ungkapan cinta yang baru saja Aleana terima di HPnya. Namun sekarang Aleana bukan lagi Aleana yang polos dan percaya akan segala sesuatu yang Saka ungkapkan. Aleana tidak akan tertipu lagi oleh ucapan atau rayuan yang Saka ucapkan. Bagi Aleana perasaan cinta miliknya yang dulu ada untuk Saka sudah mati karena perbuatan Saka. Rasanya hingga menutup matapun Aleana tidak bisa memaafkan Saka dan dirinya sendiri.
Aleana menghirup udara dalam-dalam mengeluarkan rasa sesak yang menghimpit diri dan perasaannya. Aleana berusaha kuat. Aleana mengadahkan kepalanya ke atas menatap langit-langit kamar hotelnya dan mengucapkan mantra ampuh miliknya.
'Yang berlalu biarlah berlalu. Lupakan. Maju kedepan.'
Aleana mengucapkan mantra yang ia dapatkan dari Ibu Yeni pemilik sekaligus pengurus Panti Asuhan Citra Mentari. Citra Mentari adalah segalanya bagi Aleana karena disana satu-satunya tempat yang bisa ia panggil rumah sekarang setelah kedua orang tuanya pergi menghadap sang pencipta kehidupan. Aleana kembali melihat HPnya ketika sebuah pesan kembali masuk kedalam HPnya.
[Pak Saka : Kalau kamu belum bisa memaafkan aku setidaknya izinkan aku mendekat dan membuat kamu memaafkan aku. Aku sungguh mencintai kamu Aleana. Rasanya sungguh menyiksa hanya bisa memandang kamu dari jauh.]
Aleana memejamkan matanya dan kembali merapalkan mantra 'Yang berlalu biarlah berlalu. Lupakan. Maju kedepan.' Aleana mengabaikan pesan yang Saka kirimkan. Aleana tidak pernah membalas pesan Saka kecuali isi pesan Saka berkaitan dengan pekerjaan. Aleana cukup pintar membatasi diri agar tidak kembali terjatuh dilubang yang sama.
'Ingat Aleana, peranmu saat ini hanyalah sekertaris Saka Diratama. Tidak lebih!'
ALEANA's DREAM ON.Sore hari dua orang anak manusia berada disebuah kamar dalam sebuah apartemen milik anak laki-laki itu. Keduanya terlibah sebuah pergulatan panas yang sama-sama baru mereka kenali. Pergulatan panas diantara kedua anak manusia itu seharusnya belum mereka lakukan diusia mereka yang masih sangat muda namun karena pergaulan mereka akhirnya keduanya terjerumus dalam sesuatu yang seharusnya belum waktunya mereka kenali. Keduannya sudah sama-sama polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi anggota tubuh mereka. Seragam putih abu-abu mereka teronggok dilantai dengan posisi bertebaran dilantai. Keduanya pun larut dalam kegiatan yang mereka lakukan dengan dalil suka sama suka."Aku berjanji ini tidak akan sakit sayang. Kita sama-sama pemula. Aku juga pertama kali melakukan ini. Aku mencintai kamu Leana. My Leanaaa," ucap si anak laki-laki sambil melakukan segala upaya untuk membuat anak perempuan yang berada dibawah kungkungan tubuhnya semakin rileks dan menerima setiap
"Kev! Panggil dokter!"Kevin pun langsung menghubungi pihak hotel dan meminta bantuan mendatangkan seorang dokter ke kamar Aleana lalu kemudian Kevin dengan sigap langsung menghubungi Raka atasannya untuk memberikan kabar.Saka sendiri kini sudah membungkus tubuh Aleana dengan handuk dan mengangkat Aleana keluar dari kamar mandi. Saka dengan cepat mengangkat Aleana ke atas tempat tidur membuat tempat tidur Aleana basah karena Aleana masih mengenakan bajunya. Saka dengan sigap mematikan AC kamar Aleana sementara Kevin melakukan apa yang Saka perintahkan.Sepeninggal Kevin, Saka pun dengan segera mengambil baju Aleana dari dalam koper dan menggantikan baju Aleana. Saka tidak tega membuat Aleana menunggu orang lain untuk datang dan terus menggunakan baju basahnya. Saka akhirnya dengan segera menggantikan pakaian Aleana dan membawa pakaian basah Aleana ke kamar mandi dan menaruhnya dalam kantung laundry bag yang sudah disediakan pihak hotel.Walau membutuhkan usaha untuk menggantikan paka
"Pasien baik-baik saja untuk saat ini. Pasien memang mengalami demam dan berdasarkan cerita Bapak mungkin pasien memiliki riwayat sesak nafas. Namun untuk lebih pastinya saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan bertanya langsung pada pasien karena saya perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien agar diagnosa saya lebih akurat," ucap sang dokter jaga ruang IGD itu pada Saka.Saka mengangguk menanggapi ucapan sang dokter. Saka merasa sedikit lega setelah tadi dirinya dengan panik membawa Aleana ke bagian gawat darurat. Untungnya Aleana dengan cepat mendapat penanganan medis sehingga kini kondisi Aleana jauh lebih baik. Yang Saka tau Aleana dulu tidak memiliki penyakit asma atau sesak nafas namun seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.Aleana terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, punggung tangannya terpasang infus dan Aleana tertidur. Sungguh pemandangan yang membuat dada Saka terasa sesak. Saka duduk di samping tempat tidur Aleana menunggu Aleana yang masih
"Apa panic attack yang kamu alami karena ... aku?" tanya Saka dengan nada takut.Aleana yang sedang memejamkan matanya berusaha untuk tidur pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rawat inapnya. "Kalau saya bilang, iya. Apa Bapak bisa bersikap profesional dan jangan lagi membahas mengenai masa lalu?" tanya balik Aleana dengan nada dingin.Saka mengusap wajahnya dengan gerakkan kasar kemudian menyugar rambutnya dengan kedua tangannya dengan gerakan frustrasi. "Demi Tuhan, Aleana. Aku ingin kita kembali bersama. Aku bener-bener cinta sama kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sadar sudah jadi pria berengsek di masa lalu jadi biarkan aku memperbaiki semuanya," ucap Saka dengan nada memohon dan frustrasi di saat yang bersamaan.Aleana menyungingkan senyum sinis. "Tidak ada yang bisa anda perbaiki. Kaca yang hancur tidak bisa anda satukan kembali. Semua sudah hancur di masa lalu.""Jadi benar, aku yang mengakibatkan kamu mengalami pani
Pagi ini Saka kembali ke Jakarta bersama Aleana begitu Aleana diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Sementara itu Raka dan Kevin tetap tinggal di singapura untuk melanjutan urusan bisnis mereka. Aleana awalnya menolak untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya merasa tidak enak pada Raka dan Kevin namun Raka meyakinkan Aleana membuat Aleana terbungkam. Aleana pada akhirnya pulang ke Jakarta bersama dengan Saka. FLASHBACK ON. Raka duduk bersebelahan dengan Kevin dan di sebrang mereka ada Saka yang duduk bersebelahan dengan Aleana. Mereka sedang berkumpul di kamar Raka karena Raka ingin menyampaikan sesuatu pada Saka dan Aleana. "Kamu dan Saka pulang saja ke Jakarta. Saya dan Kevin akan tetap di sini menyelesaikan apa yang ada disini..." ucap Raka pada Aleana kemudian Raka menoleh pada Saka, "Dan lo, Kak. Gue minta lo fokus urus kantor aja." "Tapi, Pak ... " "Tidak ada tapi, Aleana. Lebih baik kamu istirahat dan pulihkan diri kamu terlebih dahulu. Kalau saya tetap mempert
Jason mulai menyelidiki Aleana sesuai permintaan Saka. Saka sendiri mulai berusaha memenuhi permohonan Aleana selama dirinya menunggu hasil penyelidikan Jason. Saka merasa ada hal lain yang sudah terjadi dan membuat Aleana begitu berubah. Saka memulai harinya seperti biasa. Saka datang ke kantor dan mendapati Aleana sudah berada di meja kerjanya berkutat dengan komputer dihadapannya bersama dengan Lili. Saka menghela nafas kecil dan berusaha fokus dengan pilihannya untuk berusaha memenuhi permohonan Aleana untuk bersikap profesional.Pintu ruang kerja Saka diketuk. Saka yang sedang memakan sarapannya pun hanya tetap fokus dengan roti sarapannya. Dari ujung matanya, Saka bisa melihat bahwa pintu terbuka dan Aleana masuk ke dalam ruang kerjanya. Aleana berjalan mendekati meja kerja Saka."Selamat Pagi, Pak. Saya kesini mau menyampaikan jadwal Bapak hari ini," ucap Aleana yang baru masuk dan berdiri di hadapan Saka.Saka hanya mengangguk sambil memakan roti sarapannya dan mendengarkan j
Aleana muda menangis. Usíanya bahkan belum sampai 20 tahun, tetapi kemalangan terus berdatangan singgah dalam kehidupannya. Setelah ayah dan ibunya meninggal, día kini tidak dapat menemukan tempat berlindung.Gadis itu dengan susah payah menyeret kakinya, berusaha pergi secepat mungkin. Dia tidak diterima di mana pun. Tidak oleh keluarga besarnya, tidak juga oleh kekasihnya. Pria yang ia anggap kekasih itu bahkan tidak dapat Alena temui. Aleana malah bertemu dengan Ibu sang kekasih yang dengan tega malah mengusir dan menghinanya.Rasanya, Alena ingin menyusul kedua orang tuanya. Sayang, akal sehat tidak membiarkannya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki Aleana menyusuri jalanan sambil memegangi perutnya yang terasa sakit, Alena pergi terlunta-lunta di jalan sambil memegang perutnya. Dia bersumpah tidak akan menjalin hubungan lagi dengan siapa pun.Sebelum kesadarannya menghilang, seorang perempuan paruh baya dengan gurat wajah ramah mendekatinya. Alena dapat mendengar kepanikan dari su
Aleana Winona. Wanita berumur 25 tahun yang memiliki paras cantik. Rambutnya berwarna coklat alami tanpa harus dicat terlebih dahulu. Matanya cantik dengan bola mata berwarna coklat membuat siapa pun yang menatapnya iri dibuatnya. Kulitnya putih pucat dan bersih. Tubuhnya tinggi semampai dan proporsional bak model professional. Siapapun yang menatap Aleana tidak akan bosan.Namun kecantikan Aleana ternyata tidak membuat hidupnya lantas memiliki cerita yang cantik seperti parasnya. Wanita berumur 25 tahun ini mengalami banyak peristiwa yang dialaminya hingga kini Aleana tinggal di sebuah panti asuhan.Aleana melangkah memasuki lobi sebuah perkantoran sambil mendekap ijazah sarjananya dan cv miliknya. Aleana kesana kemari melamar pekerjaan dan berharap salah satu dari tempat yang ia kunjungi menerimanya sebagai salah satu karyawan mereka.Aleana menunggu di depan ruang HRD, hari ini Alea memiliki jadwal interview di Diratama Corporation. Sejujurnya Aleana sangat berharap dapat diterima
Jason mulai menyelidiki Aleana sesuai permintaan Saka. Saka sendiri mulai berusaha memenuhi permohonan Aleana selama dirinya menunggu hasil penyelidikan Jason. Saka merasa ada hal lain yang sudah terjadi dan membuat Aleana begitu berubah. Saka memulai harinya seperti biasa. Saka datang ke kantor dan mendapati Aleana sudah berada di meja kerjanya berkutat dengan komputer dihadapannya bersama dengan Lili. Saka menghela nafas kecil dan berusaha fokus dengan pilihannya untuk berusaha memenuhi permohonan Aleana untuk bersikap profesional.Pintu ruang kerja Saka diketuk. Saka yang sedang memakan sarapannya pun hanya tetap fokus dengan roti sarapannya. Dari ujung matanya, Saka bisa melihat bahwa pintu terbuka dan Aleana masuk ke dalam ruang kerjanya. Aleana berjalan mendekati meja kerja Saka."Selamat Pagi, Pak. Saya kesini mau menyampaikan jadwal Bapak hari ini," ucap Aleana yang baru masuk dan berdiri di hadapan Saka.Saka hanya mengangguk sambil memakan roti sarapannya dan mendengarkan j
Pagi ini Saka kembali ke Jakarta bersama Aleana begitu Aleana diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Sementara itu Raka dan Kevin tetap tinggal di singapura untuk melanjutan urusan bisnis mereka. Aleana awalnya menolak untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya merasa tidak enak pada Raka dan Kevin namun Raka meyakinkan Aleana membuat Aleana terbungkam. Aleana pada akhirnya pulang ke Jakarta bersama dengan Saka. FLASHBACK ON. Raka duduk bersebelahan dengan Kevin dan di sebrang mereka ada Saka yang duduk bersebelahan dengan Aleana. Mereka sedang berkumpul di kamar Raka karena Raka ingin menyampaikan sesuatu pada Saka dan Aleana. "Kamu dan Saka pulang saja ke Jakarta. Saya dan Kevin akan tetap di sini menyelesaikan apa yang ada disini..." ucap Raka pada Aleana kemudian Raka menoleh pada Saka, "Dan lo, Kak. Gue minta lo fokus urus kantor aja." "Tapi, Pak ... " "Tidak ada tapi, Aleana. Lebih baik kamu istirahat dan pulihkan diri kamu terlebih dahulu. Kalau saya tetap mempert
"Apa panic attack yang kamu alami karena ... aku?" tanya Saka dengan nada takut.Aleana yang sedang memejamkan matanya berusaha untuk tidur pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rawat inapnya. "Kalau saya bilang, iya. Apa Bapak bisa bersikap profesional dan jangan lagi membahas mengenai masa lalu?" tanya balik Aleana dengan nada dingin.Saka mengusap wajahnya dengan gerakkan kasar kemudian menyugar rambutnya dengan kedua tangannya dengan gerakan frustrasi. "Demi Tuhan, Aleana. Aku ingin kita kembali bersama. Aku bener-bener cinta sama kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sadar sudah jadi pria berengsek di masa lalu jadi biarkan aku memperbaiki semuanya," ucap Saka dengan nada memohon dan frustrasi di saat yang bersamaan.Aleana menyungingkan senyum sinis. "Tidak ada yang bisa anda perbaiki. Kaca yang hancur tidak bisa anda satukan kembali. Semua sudah hancur di masa lalu.""Jadi benar, aku yang mengakibatkan kamu mengalami pani
"Pasien baik-baik saja untuk saat ini. Pasien memang mengalami demam dan berdasarkan cerita Bapak mungkin pasien memiliki riwayat sesak nafas. Namun untuk lebih pastinya saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan bertanya langsung pada pasien karena saya perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien agar diagnosa saya lebih akurat," ucap sang dokter jaga ruang IGD itu pada Saka.Saka mengangguk menanggapi ucapan sang dokter. Saka merasa sedikit lega setelah tadi dirinya dengan panik membawa Aleana ke bagian gawat darurat. Untungnya Aleana dengan cepat mendapat penanganan medis sehingga kini kondisi Aleana jauh lebih baik. Yang Saka tau Aleana dulu tidak memiliki penyakit asma atau sesak nafas namun seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.Aleana terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, punggung tangannya terpasang infus dan Aleana tertidur. Sungguh pemandangan yang membuat dada Saka terasa sesak. Saka duduk di samping tempat tidur Aleana menunggu Aleana yang masih
"Kev! Panggil dokter!"Kevin pun langsung menghubungi pihak hotel dan meminta bantuan mendatangkan seorang dokter ke kamar Aleana lalu kemudian Kevin dengan sigap langsung menghubungi Raka atasannya untuk memberikan kabar.Saka sendiri kini sudah membungkus tubuh Aleana dengan handuk dan mengangkat Aleana keluar dari kamar mandi. Saka dengan cepat mengangkat Aleana ke atas tempat tidur membuat tempat tidur Aleana basah karena Aleana masih mengenakan bajunya. Saka dengan sigap mematikan AC kamar Aleana sementara Kevin melakukan apa yang Saka perintahkan.Sepeninggal Kevin, Saka pun dengan segera mengambil baju Aleana dari dalam koper dan menggantikan baju Aleana. Saka tidak tega membuat Aleana menunggu orang lain untuk datang dan terus menggunakan baju basahnya. Saka akhirnya dengan segera menggantikan pakaian Aleana dan membawa pakaian basah Aleana ke kamar mandi dan menaruhnya dalam kantung laundry bag yang sudah disediakan pihak hotel.Walau membutuhkan usaha untuk menggantikan paka
ALEANA's DREAM ON.Sore hari dua orang anak manusia berada disebuah kamar dalam sebuah apartemen milik anak laki-laki itu. Keduanya terlibah sebuah pergulatan panas yang sama-sama baru mereka kenali. Pergulatan panas diantara kedua anak manusia itu seharusnya belum mereka lakukan diusia mereka yang masih sangat muda namun karena pergaulan mereka akhirnya keduanya terjerumus dalam sesuatu yang seharusnya belum waktunya mereka kenali. Keduannya sudah sama-sama polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi anggota tubuh mereka. Seragam putih abu-abu mereka teronggok dilantai dengan posisi bertebaran dilantai. Keduanya pun larut dalam kegiatan yang mereka lakukan dengan dalil suka sama suka."Aku berjanji ini tidak akan sakit sayang. Kita sama-sama pemula. Aku juga pertama kali melakukan ini. Aku mencintai kamu Leana. My Leanaaa," ucap si anak laki-laki sambil melakukan segala upaya untuk membuat anak perempuan yang berada dibawah kungkungan tubuhnya semakin rileks dan menerima setiap
Saka, Aleana, Raka dan Kevin kini sedang berada diruang kerja dalam Suite milik Raka. Semua orang bekerja dengan fokus. Terlebih Raka yang tidak menyangka semua kekacauan ini disebabkan oleh dirinya. Ya, Saka memang fokus mencari investor untuk mengembangkan perusahaan mereka dan kali ini perusahaan mereka membutuhkan suntikan dana untuk kelangsungan perusahaan.Sementara Aleana hanya diam bingung harus mengerjakan apa karena Raka dan Saka hanya memberi perintah pada Kevin. Aleana menyadari suasana tengang yang penuh tekanan sedang terjadi disini. Raka merasa bersalah atas apa yang terjadi sementara Saka pusing dengan apa yang sedang terjadi. "Gue bakal cari opsi lain Bang. Masalah ini bisa loe urus segera? Kita butuh dana itu sesegera mungkin," ucap Saka dengan wajah serius.Raka menghela nafas. "Bisa. Kasih gue waktu dua hari. Gue akan coba cari opsi lain."Saka mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya lalu keluar dari ruang kerja itu. Saka berjalan menuju kulkas dan mengambi
Aleana kembali ke kamarnya yang berada satu lantai dibawah lantai dimana Suite Saka berada. Aleana memilih membersihkan diri kemudian mengatur alarm dan merebahkan dirinya dikasur. Tubuhnya terasa lelah terlebih kemarin Aleana kurang tidur. Dua jam tertidur Aleana terbangun karena Aleana merasakan ingin ke toilet. Aleana bangkit dan segera pergi ke toilet sekalian mandi bersiap untuk menjalankan kembali pekerjaannya. Sesuai dengan perintah Saka tadi, Aleana harus mengingatkan Saka saat jam makan malam tiba.Aleana mandi dan bersiap. Aleana mengambil HP nya yang berada di nakas tepat di samping tempat tidurnya dan melihat jam menunjukan pukul lima sore waktu Singapore. Aleana pun melihat ada beberapa pesan whatsapp masuk dari Liliana dan Aleana segera membukanya.[Liliana : Alea, Semua lancar?][Aleana : Tidak, ada masalah sekarang aku nunggu instruksi aja Mbak.][Liliana : Aku uda denger ceritanya dari Kevin. Kamu harus cepat tanggap untuk bantuin Pak Saka ya, Lea][Aleana : Baik Mba
Saka dan Aleana makan dalam diam. Aleana sama sekali tidak berniat untuk membuka pembicaraan dengan Saka. Aleana sudah berdamai dengan masa lalunya tapi untuk berusaha seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara mereka dimasa lalu masih terasa sulit. Saka menyadari keenganan Aleana berbicara padanya. Berdua bersama Aleana dalam hening seperti ini membuat Saka tidak nyaman karena dulu mereka selalu bercerita tentang apapun dan bahkan tertawa bersama tanpa beban dan itu terjadi sebelum Aleana mengetahui semua perbuatannya."Aku minta maaf," ucap Saka memecah keheningan.Aleana yang sedang makan tiba-tiba membeku. Gerakannya menyendok nasi dipiringnya terhenti. Aleana membeku diam."Aku salah menjadikan kamu taruhan bersama teman-temanku. Saat itu aku tersulut egoku untuk membuktikan perkataan mereka sehingga aku-""Aku sudah memaafkan kamu," ucap Aleana cepat.Saka yang tadinya berbicara sambil menunduk tiba-tiba mengangkat wajahnya mendengar ucapan Aleana. Saka terkejut dan menatap Ale