KEJUJURAN DINDA ON LOADING!"Dek!" tegur Hasan."Katakanlah!" perintah Hasan mulai meninggikan suaranya agar terlihat tegas. Dinda tak bisa di toleransi lagi karena penjelasannya akan memicu konflik baru untuk rumah tangganya."Baiklah, Mas! Dinda akan mengakui semuanya dan berharap Mas tidak akan marah," ucap Dinda dengan menatap suaminya. Hasan hanya menganggukkan kepalanya."Semua ini tidak berniatan untuk membohongi sebenarnya! Jujur saja, karena Dinda tidak memiliki niatan apapun dan tak pernah berpikir jelek," sambung Dinda."Memangnya kenapa sih, Dek?" tanya Hasan makin penasaran.Namun dia masih berusaha melunak dan tak langsung memojokkan Dinda. Setelah tadi sempat meninggikan suaranya."Ini masalah pekerjaan, Mas," ucap Dinda."Maksudmu apa itu, Dek? Memang aku aku tadi mendengar bahwa kau mengatakan perusahaan. Sebenarnya kau itu tadi telpon dengan siapa?" tanya Hasan yang masih tak mengerti."Tadi Dinda menelpon Papa, Mas," jawab Dinda."Papamu?" sahut Hasan makin bingung.
AKU IBUNYA DAN KAU HANYA ISTRINYA!Hasan pun merasa selama ini dia benar- benar tidak mengenal sepenuhnya siapa sejati istrinya itu sebenarnya. Mengapa begitu banyak teka-teki yang tidak dimengetahui Hasan, sedangkan Dinda mengetahui semua tentang hidupnya."Ya begitu kejujuran yang bisa aku katakan saat ini, Mas. Intinya Dinda akan mengatakan kejujuran itu dan memang kejujurannya adanya seperti itu, Dinda bekerja di perusahaan Papa Dinda sendiri dan maaf jika selama ini kalau Mas merasa terbohongi oleh Dinda," kata Dinda menahan tangisnya."Mengapa kau melakukan ini, Dek?" tanya Hasan."Aku tak ada niatan apa- apa, Mas! Toh selama ini kan Mas Hasan sendiri tak pernah mennayakan details pekerjaanku. Jadi aku pun tak menceritakan semua pada, Mas," jawab Dinda."Aku begitu karena aku amat sangat percaya padamu, Dek," ucap Hasan.Mendengar penjelasan Hasan itu pun Dinda sontak merasa bersalah dan berdosa karena membohongi suaminya. Dia mencium tangan Hasan. Tak terasa air matanya jatuh.
DUA GARIS YANG KEDUA!"Bu, AKU INI MENANTUMU! BUKAN SAINGANMU!" kata Dinda lagi.Dia sudah tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Dia menangis tak sanggup menahan sesak di dadanya. Bagaimana mungkin mertua nya menganggap dirinya bukan menantu tapi saingan. Entahlah bagaimana besok saat Bu Nafis mengetahui semuanya.Dia segera mengambil air wudhu dan salat malam untuk menenangkan hatinya. Tak bisa lagi dia berkata- kata saat di tengah sujudnya. Dia baru menyadari satu hal bahwa belum mendapatkan menstruasi selama satu bulan ini. Hal itu tentu membuat salat Dinda tak khusyuk. Setelah salam, dia segera membuka kalender di hp-nya. Benar saja dia belum menstruasi sudah telat dua minggu tanpa Dinda sadari."Ya Allah! Apakah ini artinya aku hamil?" batin Dinda di dalam hati sambil mengelus perutnya yang masih buncit karena memang dia gendut.Dinda pun segera mengambil hp nya, dia mulai mensecroll tiktok dan mencari Apotek yang masih buka dua puluh empat jam. Dinda pun segera memesan tespek
OBESITAS SAAT HAMIL!"Pah," Panggil Dinda. "Ada apa?" tanya Hasan."Haruskah aku memberitahu masalah ini kepada Mas Hasan?" tanya DindaTerdengar helaan nafas panjang dari Pak Bukhori. Ingin hati Pak Bukhori melarang Dinda memberi tahu masalah kehamilannya pada sang suami. Namun apa daya, jika sampai dia melarangnya justru Pak Hasan menjerumuskan Dinda dan mengajari anaknya tak berbakti pada orang tua."Kau harus mengatakannya, Nduk! Inikan kabar kebahagiaan kalian, apalagi ada hak Hasan juga untuk tahu, selain itu Papa juga peasaran bagaimana tanggung jawab Hasan. Sudah sejauh mana kah dia akan mencoba merawatmu saat kau hamil ini," jelas Pak Bukhori."Baiklah, Pa! Dinda akan memberi tahunya setelah USG nanti," ujar Dinda.Memang benar apa kata papa nya. Ada hak Hasan pada anaknya ini. Dia menghela nafas panjang, mereka berbincang sebentar. Pagi ini Dinda berniat membooking dokter kandungan dan memeriksakan diri naik grab saja. Karena mobilnya di pakai Hasan, pagi ini juga Dinda hany
NANDA, MAS HASAN, BU NAFIS DAN DOKTER KANDUNGAN!"Untuk kelahiran kita hitung lagi," jelas Dokter Maya.“Apakah embrio ada dalam kantung hamil dan tidak terjadi blighted ovum, Dok?" tanya Maya lagi.Dokter Maya tertegun mendengar pertanyaan Dinda. Dia masih terus menekan alat itu di perut Dinda. Dokter Maya menyadari bahwa belum ada bakal janin di tubuh Dinda. Dugaan sementaranya Dinda mengalami hamil kosong. Kondisi di mana embrio atau janin tidak terbentuk, namun plasenta dan kantung hamil sudah terbentuk di dalam rahim Ibu. Penyebab umumnya adalah masalah genetik atau kelainan kromosom pada embrio yang mencegahnya berkembang dengan normal. Kondisi ini umumnya terjadi pada awal kehamilan atau bahkan sebelum Ibu mengetahui bahwa Ibu sedang hamil. Ibu perlu memahami dulu bahwa untuk bisa terjadi kehamilan, tubuh membentuk suatu kantung (yang disebut gestational sac) dahulu. Kemudian, sel sperma Ayah dan sel telur Ibu akan bersatu membentuk suatu janin. Nah, pada situasi hamil kosong,
CERAIKAN AKU JIKA KAU INGIN BERSAMA MASA LALUMU, MAS!"Oh baiklah Pak Agus kalau begitu, terima kasih ya!" ucap Dinda dalam hati."Aku tak akan membiarkanmu, Mas! Dari pada kau bersama wanita lain dengan uang gaji dari perusahaan Papaku, lebih baik Kau di pecat saja sekalian!" tekad Dinda dalam hati.Dinda sudah mengepalkan tangannya tanda amarah memuncak. Dia berjalan mondar -mandir di depan pintu ruangan dokter Maya. Membuat dia menjadi bahan perhatian orang -orang. Namun Dinda berusaha untuk tak menghiraukannya, meskipun tatapan itu aneh dan menghakimi. Bagaimana mungkin dia bisa tenang. Dia harusnya yang datang ke ruangan Dokter Maya di temani oleh Hasan dan mertuanya. Harusnya Dinda yang berada di posisi itu. Tapi kenyataannya justru Hasan datang menemani wanita lain bukan untuk memeriksakan istrinya. Dinda mondar mandir."Mbak, duduk sini," panggil Ibu setengah baya yang kasihan karena melihat Dinda terus berdiri hilir mudik di depan ruangan dokter.Dinda nampak berjalan ke kan
FIND MY DEVICE!"Pak tolong! Orang ini ingin mencekal saya, Pak! Tolong amankan dia, Pak!" pinta Dinda."Pak, bohong saya itu suaminya....""Tidak Pak! Tolong saya, Pak! Saya tak mau lagi dengan lelaki ini, Pak! Tolong saya! Saya hanya ingin mengambil mobil saya dan pulang," ujar Dinda memotong pembicaraan Hasan.Satpam pun akhirnya mencekal tangan Hasan dan mencegahnya menarik Dinda. Hal itu mempermudah Dinda untuk kabur. Dinda pun tak menyia- nyiakan kesempatan itu, dia langsung berlari secepatnya ke depan parkiran dan mengambil mobil. Dinda berusaha untuk pergi meninggalkan Hasan dan Bu Nafis. Entah bagaimana pulang Mereka nanti itu bukan urusannya yang penting Dinda ingin segera pergi karena tak sanggup menahan sesak hatinya."Hasan! Mengapa kau diam saja dan berpelukan sama saatpam di sini? Bodoh!" hardik Bu Nafis."Cepat! Sana! Kejar Dinda bodoh! Kunci mobilnya kan sudah di ambil istrimu itu! Lalu bagaimana kita pulang nya nanti? Cepat sana" teriak Bu Nafis memaki anaknya.Bu Na
GPS MOBIL"Ya Allah! Jangan balik ke Kediri lagi, Dek!" doa Hasan saat melihat posisi HP Dinda mulau mendekati arah tol.Dinda melajukan mobilnya tanpa arah. Rasnaya dia ingin pulang dan mengadukan semua pada kedua orang tuanya agar Hasan di pecat, hidupnya sengsara. Saat ini Dinda mengendarai mobil sendiri dari Madiun ke Kediri. Namun dia sadar jika pulang ke Kediri itu tak mungkin kedua orang tuanya mengizinkan dia untuk bisa pulang ke Madiun lagi.Padahal jujur saja, di hati Dinda terdalam dia masih sangat mencintai Hasan. Apapun alasannya Dinda sebenarnya ingin bertahan dan bingung. Satu sisi mempertahankan rumah tangganya demi bayi yang di kandungnya atau meninggalkan Hasan karena kesakitan yang dia berikan.'Shittttt' Dinda langsung mengerem mobilnya. Dia menghentikan mobil tepat di depan salah satu Indomaret sebelum masuk gerbang tol Madiun. Dinda menghentikan mobilnya dan masuk ke dalam Indomaret untuk memesan secangkir kopi espresso."Mbak kopi satu ya," kata Dinda meminta pe