Beranda / Pernikahan / Jadi Miskin Di Hadapan Mertua / ANAK PEREMPUAN CERMINAN IBUNYA!

Share

ANAK PEREMPUAN CERMINAN IBUNYA!

Penulis: Secilia Abigail Hariono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dinda dan Eva melihat bu Nafis dan Ifah sedang bernyanyi lagu Inda, bukan itu yang menjadi masalah sebenarnya tetapi dandanan mereka yang sangat menor di tambah background Nanda yang berjoget ala- ala juga. Mereka melakukan live sosial media dari HP Ifah sepertinya.

"Bu! Hentikan!" teriak Eva.

Namun ketiga orang itu tak menggubrisnya. Eva dengan geram langsung menyahut HP Ifah yang ada di tripod depan mereka. Mematikan siaran langsung yang sedang mereka buat.

"Heh Eva rada gila kau ya?" tanya bu Nafis.

"Mengapa kau matikan?" hardiknya lagi.

"Astagfirulloh Bu, istigfar! Eling dan nyebut, Ibu sedang melakukan apa?" tegur Eva.

"Apa salahnya? Aku hanya bernyanyi! Tak ada yang salah, lagian jika ada yang menyawer Ibu nanti dapet duit! Memangnya kalian menantu- menantu miskin bisa kasih Ibu duit," sindir bu Nafis.

"Bu, benar Ibu membutuhkan uang, kita manusia hidup juga pasti butuh uang tapi ndak gini caranya! Njenengann (kamu) sama saja mempermalukan diri sendiri bu," ujar Dinda.

"Heh mena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   SANDIWARA BARU

    "Biar ibu mengaca Mbak, barangkali kaca di kamarnya kurang besar! Biar dia tahu kelakuannya seperti ini sangan memalukan!" ujar Hasan.Eva cekikan melihat tingkah Hasan. Dia segera menggantikan baju FIkri di dalam kamar."Bu, maksud panjenengan (kamu) itu apa?" tanya Zain.bu Nafis terdiam tak menjawab."Nih! Lihat bu, kaca besar ini mulai sekarang taruh di kamar Ibu!" ujar Hasan."Sekarang lihatlah penampilan Ibu! Bercerminlah!" perintah Hasan.Bu Nafis mendongakkan kepalanya berkaca pada cermin yang di bawakan Hasan. Menurunya tak ada yang salah dengan penampilannya. Kebetulan sekali tadi Nanda datang, jadi dia meminta tolong Nanda mendadaninya."Tak ada yang salah," gumam bu Nafis."Astagfirulloh Bu!" pekik Hasan setengah frustasi sambil mengusap kasar wajahnya."Lihat ini! Bayangan di cermin ini? Apa pantas istri dari seorang kyai pemimpin yayasan seperti ini? Boleh bu berdandan asal jangan berlebihan," ucap Hasan."Ibu tahu kan bagaimana hukum memakai bulu mata sambungan? Hukum me

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   JUAL MOBIL DEMI IPAR

    JUAL MOBIL DEMI ADIK IPAR"Bagaimana kalau kita jual mobil Dinda saja Mas, untuk tambahan biaya sekolah Ifah," usul Dinda."Apa?" tanya Hasan terkejut."Iya Mas, jual aja mobil Dinda! Menurutku itu ide satu- satunya saat ini yang paling rasional," ujar Dinda."Tapi Dek, itu barang milikmu! Bahkan kau membelinya dengan uangmu sendiri, bagaimana bisa kau berpikir akan menjualnya demi kuliah Ifah?" tanya Hasan."Ya Dinda tahu kok Mas, ada beberapa alasan mengapa aku mengatakan jual saja mobil itu! Pertama secara logika hanya itu aset yang kita punya sekarang Mas, mobil yang Mas pakai itu milik siapa? Bukankah itu mobil peninggalan Abah yang artinya masih milik bersama dari warisnya? Akan repot Mas nantinya," kata Dinda."Lagian mobil milik Dinda kan sudah tua Mas, paling hanya laku di kisaran delapan puluh juta, tak akan rugi jika menjualnya sekarang! Sedangkan milik Abah usia mobilnya jauh lebih muda dan lebih worth it untuk di pertahankan," sambung Dinda."Toh kalau mobil itu di jual n

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   DI KASIH JANTUNG MINTA HATI

    DI KASIH JANTUNG MINTA HATITapi Fah, bukan begitu maksud Mbak Dinda!" teriak Dinda yang tak di gubris Ifah."Mati aku! Memang tak bisa anak seperti itu di kasihani! Di kasih jantung malah minta hati," Dinda merutuki dirinya kecerobohannya sendiri.Dinda berdiri hendak menyiapkan makanan, dia melihat magicom yang tadi berisi nasi kuning sudah kosong. Lalu beralih ke panci di atas kompor, semua kosong."Tak mungkin rasanya makanan sebanyak itu di habiskan oleh teman- teman Ifah, lagian teman Ifah bukanlah anak bar- bar yang senang makan- makanan rumahan. Lalu kemana perginya nasi dan sisa sayur itu?" Dinda menggaruk kepalanya yang tak gatal.Dia lalu menuju dapur, menghitung piring kotor. Jumlahnya tak bertambah, seingatnya tadi masih ada sisa nasi yang lumayan banyak, masih cukup untuk makan malam keluarga mereka. Mengapa semua mendadak lenyap tak bersisa."Kau mencari apa sih Dek?' tegur Eva yang baru pulang dari Masjid sendiri."Loh Fikri mana Mbak?" tanya Dinda."Ikut Abinya di Mas

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   SEMUA DI LAKUKAN DEMI KONTEN

    Ifah datang dengan membawa trippod dan Hpnya. Tanpa mempedulikan semua yang ada dia dengan sigap menyetting semua."Kita bikin konten dulu dong," ajak Ifah."Kau keterlaluan Dek!" tegur Hasan."Eh Mas Hasan jangan salah, apa Mas Hasan tak belajar dari kejadian Abah? Saat Abah sedo atau meninggal secara mendadak itu Mas tak ingat bahwa kita tak banyak memiliki foto atapun video kenangan bersama keluarg," sanggah Ifah."Momen seperti ini perlu di abadikan Mas, selain untuk konten biar nanti ketika Fikri gede bisa melihat kenangan saat dia kecil dulu! Jadi ada memori masa kecil yang bisa di lihatnya," lanjut Ifah mencari pembenaran atas tindakannya."Biarkan Le, benar apa kata Ifah! Rasanya kalau mengingat kematian Abahmu itu Ibu juga menyesal, mengapa saat beliau masih ada kami tak memanfaatkannya bersama, untuk mengambil gambar kenangan yang banyak! Sehingga jika ibu benar- benar merindukannya Ibu memiiki gambaran kenangan saat itu berwujud foto atau video, bukan hanya dalam ingatan sa

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   GAYA ELIT EKONOMI SULIT!

    "Ya sebenarnya cuma sekitar tiga puluh juta Mas, untuk pembayaran uang pangkal dan biaya satu semester apa ya istilahnya kayak SKS atau apalah aku juga nggak begitu paham," kata Ifah."Lalu kenapa kau meminta nominal lima puluh juta? Itu hampir dua kali lipatnya loh," ujar Hasan heran."Iya itu sih sebenarnya belum mencakup semua kebutuhan Ifah saat kuliah Mas, ifa juga mengukur kemampuan kok! Kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya jumlahnya lebih dari itu, bayangkan saja uang UKT tiga puluh juta, iPad second lah tak usah baru sudah lima belas juta total tiga puluh lima juta," ucap Ifah."Ditambah lagi untuk beli iPhone baru yang pro max tiga belas sekitar second-nya dua puluh juta harusnya semua jadi enam puluh lima juta, tapi Ifah pikir-pikir lagi mending uangnya buat beli ipad dulu karena itu kebutuhan," sambung Ifah.Dinda dan Eva saling bertatapan dan melongo mendengar semua tuntutan dari adik iparnya. Begitupun Hasan dan Zain hanya bisa mengelus dada."Fah apakah kamu sadar berkata

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   OH, TERNYATA DIA PELAKUNYA!

    "Ada apa Bu?" tanya Eva yang ikut panik mendengar teriakan bu Nafis."Kau memasukkan racun ya di masakannya? Apa kau memasak tak menggunakan panci bersih?"cerca bu Nafis."Hah? Tidak Bu! Eva masak bersama Dinda tanya saja dia, Eva memasak sesuai kok seperti biasanya, masak iya untuk di makan keluarga Eva memasukkan racun! Ibu ini aneh!" sanggah Eva."Heh ini ada yang komplain ke ibu, katanya perutnya mulas setelah memakan masakanmu! Sengaja kau ya? Mau mempermalukan Ibu?" tanya bu Nafis."Astagfirulloh Bu! Jika memang Eva memiliki niatan seperti itu apa ndak sekalian Eva bubuhkan sianida di masakan malam ini? Nyatanya setelah makan kita semua baik- baik saja to?" tanya Eva."Bu Maaf Dinda potong! Kalau memang bnar itu sebab masakan Mbak Eva harusnya Ifah juga sakit perut kan, tadi makanan buatan Mbak Eva yang memakan paling banyak teman- teman Ifah! Dek perutmu sakit?" tanya Dinda ke Ifah yang masih cemberut.Ifah menggelengkan kepala."Apa temanmu ada yang komplain padamu mengatakan s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   PENGORBANAN YANG TAK PERNAH DI HARGAI

    "Entahlah Mas, aku juga bingung apa yang terjadi dengan Dinda! Tadi sore sebelum ke masjid dia yang ngotot ingin menjual mobilnya padahal aku sudah larang, eh sekarang jadi seperti ini," kata Hasan.Zain mengusap wajahnya dengan kasar. Dia bingung langkah apa yang harus dia ambil sekarang ini."Kalau mobil BMW itu kita jual laku berapa ya?" tanya Zain."Tak akan cukup Mas, walau hanya di gunakan untuk membayar UKT Ifah! Mobil itu hanya laku sekitar dua puluh lima jutaan, sedangkan jujur saja Hasan hanya punya tabungan sepuluh juta! Tau sendiri lah Mas, berapa gaji Hasan! Itupun harus di bagi karena kewajiban Hasan pada Dinda," jelas Zain."Yah, Mas juga buntu! Jujur saja sekarang ini untuk biaya makan sehari- hari Mas hanya mengandalkan pendapatan Mbakmu Ipar Eva," Zain mengakui."Sudah Mas, wajar saja jika Mas masih belum stabil ekonominya! Kan Mas memiliki anak yang di pesantren! Sudah jangan di pikirkan, insyaallah Hasan akan segera mencari jalan! Sudah mari kita ke kamar," ajak Ha

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AIR MATA EVA

    "Apa kau tak salah Mas? Bukankah kau dengar sendiri tadi Ibu berkata apa? Dia mengatakan aku menantu yang sok pahlawan! Bahkan Ibu juga yang berkata akan membiayai semua urusan uang UKT dan permintaan Ifah! Beliau juga melarangku menjual mobil, apa aku salah dengar tadi?" tanya Dinda.Hasan sadar dan maklum memang bukan salaha Dinda jika dia marah sampai seperti ini. Saat Dinda berbicara dan mulai menyebut nama aku bukan lagi namanya tanda dia sedang emosi tinggi."Maafkan aku Dek, sekarang tidurlah," perintah Hasan.Dinda tak menjawab pernyataan Hasan. Dia membaringkan tubuhnya yang lelah seharian membantu Eva, berbelanja, bahkan harus menghadapi watak mertuanya."Maafkan aku Mas," ujar Dinda lirih.Saat tengah malam Dinda terbangun. Tenggorokannya kering sekali. Dia tak mendapati suaminya di ranjang."Kemana Mas Hasan?" tanya Dinda dalam hati.Dia berjalan keluar kamar. Semua sepi senyam, lampu teras menyala dan pintunya terbuka. Dinda melihat jam di dinding ruang tamu, pukul tiga l

Bab terbaru

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ENDING YANG BAHAGIA!

    ENDING YANG BAHAGIA!"Ya Allah apapun yang terjadi aku ikhlas, akan semua keputusanmu. Berikan yang terbaik," kata Dinda dalam hati.Tanpa membuang waktu lagi dia mengetes dan hasilnya adalah garis dua. Dinda langsung memekik, memakai bajunya dengan baik dan keluar dari kamar mandi. DIa langsung bersujud saat itu juga, dia merasa senang sekali."Ya Allah ternyata kau adalah sebaik-baiknya pengatur! Di saat semuanya sudah damai saat seperti ini kau memberikanku kepercayaan lagi dan di saat ini pula itu bersama pak Hendi akan segera umroh. Alhamdulillah! Alhamdulillah ya Allah," pekik Dinda tertahan dalam isak tangisnya.Dia pun segera menelpon kedua orang tuanya. Dia ingin membagi kabar kebahagiaan itu pertama kali dengan kedua orang tuanya. Untung tak lama telpon itu diangkat."Assalamualaikum, Papa!" sapa Dinda."Waalaikumsalam, Nduk," jawab Pak Bukhori."Papa, sedang sibukkah?" tanya Dinda."Kenapa kok sepertinya kau terdengar sangat gembira sekali. Ada berita membahagiakankah?" s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Hamil?

    HAMIL?"Ya, lama-kelamaan aku juga ikhlas. Aku selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya. Bayangkan saja betapa akan mengasyikkan nanti hidup kita berdua setelah menjadi saudara tiri dan kau serta aku bisa berbaikan. Ini akan sangat menguntungkan sekali bagi kita, karena kita bisa menginap di rumah masing-masing sesuka hati lagi. Ide bagus kan?" bujuk Ifah.Dinda salut sekali pada adik iparnya itu, Ifah nampak sekali mencoba untuk lebih bijak dan dewasa. Hal itu membuat Dinda dan Hasan tersenyum."Nah kau dengar sendiri kan, Nduk? Ifah saja sudah bisa berdamai dengan keadaan, kau sampai kapan mau begini terus? Percayalah Ibumu juga ingin melihat Papa bahagia dan mungkin saat ini Papa bisa bahagia jika bersama Bu Nafis. Bukannya sebagai Bapak egois tetapi Papa membutuhkan teman saat tua. Kau juga akan memiliki kehidupan sendiri nantinya. Lalu bagaimana kalau kita tua? Papa juga membutuhkan sosok bu Nafis sebagai ibu pengganti kalian," terang Pak Hendi."Jadi tolong terimalah," l

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AWAL BARU KEBAHAGIAAN

    AWAL BARU KEBAHAGIAAN"Benarkah , Pak? Sungguh rasanya ini masih seperti mimpi, Mas. Alhamdulillah ya Allah," kata Bu Nafis langsung luruh di lantai.Da bersujud syukur, tak pernah terbayangkan di dunia bisa menginjak tanah suci bersama suami barunya itu. Dia sekarang benar-benar merasa sangat dicintai dan sangat bahagia meskipun pernikahannya dengan Abah dulu cukup bahagia namun dia tidak pernah mencintai Abah sepenuhnya. Beda halnya dengan Pak Hendi, dia benar-benar mencintai lelaki itu. Pak Hendi pun membiarkan sang istri menikmati sujud syukurnya, setelah selesai dia merengkuh sang istri. "Semua telah berlalu, semua telah usai. Buang semua traumamu, buang semua marahmu terhadap anak-anakmu, terhadap menantumu. Hubungan semua yang buruk-buruk lupakan, kita mulai semuanya baru. Kita akan pergi umroh bersama, kita berpamitan kepada anak-anak ya," pinta Pak Hendi.Bu Nafis memeluk Pak Hendi dan menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya.

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HADIAH DARI SUAMI BARU

    HADIAH DARI SUAMI BARU"Bu? Apa Ibu tidak berjualan lagi?" tanya Dinda saat dia melihat dapur yang masih bersih."Tidak, Pak Hendi melarangku untuk jualan," jawab Bu Nafis.Mertuanya itu masih meminum kopinya di meja makan, sedangkan Pak Hendi entah kemana.Pamit pulang ke rumahnya. Dinda menggeret kursinya. "Maafkan Dinda ya, Bu. Selama ini Dinda yang egois, Dinda yang banyak salahnya sebagai menantu," kata Dinda."Maafkan Ibu juga," ucap Bu Nafis lirih. Terlihat dari wajahnya sepertinya dia juga menyesal. "Terkadang sebagai seorang ibu aku merasa belum rela jika anak lelakiku mencintai wanita lain bahkan terkadang aku merasa iri. Bagaimana bisa anakku memperlakukanmu begitu istimewa sedangkan akulah yang melahirkannya, akulah yang menyusuinya, akulah yang selalu membersamainya sampai dia besar. Ketika dia sudah besar aku harus melepaskannya, rasanya aku masih belum ikhlas. Aku tahu ini salah, tetapi itulah yang aku rasakan sekarang," kata Bu Nafis menghela napasnya panjang."Bu...

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA

    ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA"Hahaha lalu kau percaya begitu saja?" tanya pak Hendi. Hasan pun mengangguk dengan polosnya. Membuat Dinda dan Pak Hendi gemas sendiri namun merasa lucu dengan tingkah Hasan."Mana ada online sembako yang bisa menggaji karyawannya sebanyak itu? Bahkan bisa untuk mencukupi dan menambal semua kekurangan kebutuhan keluarga kalian. Apakah kau pernah membelikan bensin kendaraanmu itu, San?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Lalu biaya servis? Siapa yang menanggungnya?" selidiknya."Dinda, Pak," jawab Hasan lemah."Lalu untuk kekurangan-kekurangan kebutuhan harian kalian? Bahkan untuk makan sehari-hari, biasanya siapa yang mennambal sulam?" cerca Pak Hendi."Dinda," sahut Hasan."Lalu, apakah selama ini Dinda pernah menuntutmu atau keluarga Dinda pernah menuntutmu dengan semuanya berkaitan dnegan nafkah atau uang?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Menurutmu kenapa mereka tidak menuntutmu? Bukankah itu a

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS

    MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS"Terima kasih karena Ibu sudah bicara seperti itu kepada Dinda. Sungguh Hasan tak mengira itu. Ibu bisa meminta maaf kepada Dinda dengan tulus. Hari ini rasanya adalah hari yang paling membahagiakan untuk Hasan," kata Hasan. Bu Nafis hanya tersenyum kecut mendengar semua ucapan Dinda dan diam. Begitupun dengan pak Hendi, lelaki itu lebih senang memperhatikan mereka. Ada bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata melihat keluarga barunya ini sedang mencoba memperbaiki semuanya."Kau ke sini tulus kan Nafis?" tanya pak Hendi."Iya," jawab Bu Nafis. "Nafis, ingatlah. Selama ini banyak hal dan kebaikan yang diperbuat Dinda untuk keluargamu. Jadi sekarang tak ada salahnya jika kau ganti membahagiakan Dinda. Toh Dinda tak pernah meminta banyak padamu kan? Dia tak minta hartamu, dia juga tak meminta kau menjadi ini dan itu. Dia hanya ingin mencoba membina keluarga sendiri dengan Hasan putramu, tak ada yang salah sebenarnya" ucap Pak Hendi."Nah memisah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!

    RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!"Pak, Bu," panggil Dinda lirih. Hasan tersedak."Uhukkk," Hasan langsung terbatuk."Kenapa to, San? Kok sampai tersedak begitu? Mbok ya kalau makan itu hati-hati. Tak akan ada yang meminta makananmu," tegur Bu Nafis dengan sigap mengulurkan air minum dalam gelas.Hasan dengan segera meminumnya, Dinda yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang. Lagi dia merasa, bahwa dia lah yang harus bersikap tegas sekarang. Kalau saja dia tak tegas maka yang rugi akan dirinya sendiri."Ada apa?" tanya pak Hendi."Begini, Pak. Maaf sebelumnya jika pagi-pagi Dinda langsung membahas pembahasan berat seperti ini. Tapi Dida tak dapat menahannya lagi. Karena sepertinya suami Dnda ini tidak sanggup mengatakannya," ucap Dinda. Hasan hanya mampu menundukkan kepalanya."Katakanlah, Nduk," perintah Pak Hendi."Dulu kan Mas Hasan pernah berjanji kepada Dinda untuk membawa Dinda mengekost dan membina hubungan rumah tangga sendiri tanpa ikut campur tangan

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Izin Pergi Dari Rumah

    IZIN PERGI DARI RUMAH"Kau sudah berkemas, Dek? Pagi sekali. Bukankah kita bisa pindahan nanti saja saat aku pulang bekerja?" tanya Hasan."Tentu saja, Mas. Kita bisa kok pindahan nanti dan aku juga tidak menuntut untuk pindahan sekarang juga," kata Dinda menyahut."Lalu kenapa kau sudah bersiap dan berkemas seperti itu? Toh pindahnya kan masih nanti," ucap Hasan."Tak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang senang saja, kita akhirnya bisa pindah. Aku tak ingin kau berubah pikiran, maka dari itu aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tinggal berangkat nanti setelah kau pulang dari bekerja," teramg Dinda. Hasan menghela napasnya panjang. "Tapi aku belum berpamitan dengan ibu atau Pak Hendi Dek. Nanti kita pahami dulu ya," minta Hasan."Iya, Mas," sahut Dinda tanpa keberatan sedikitpun."Apa Kita tak bisa sedikit lebih lama lagi di sini, Dek?" gumam Hasan lirih namun masih bisa terdengar oleh Dinda."Tidak, Mas. Seperti janjimu dulu. Aku hanya menuntut apa saja yang sudah kau katakan padaku di dep

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?

    MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?"Selama ini aku salah Pak," gumam Bu Nafis."Nafis, kau itu harus menyadarinya kalau kau yang salah saat ini. Jangan semua kau nilai dari keuangannya saja, kau ini terbiasa menilai semua dari uang dan harta. Kita tidak tahu orang itu sebenarnya kaya atau tidakk. Karena apa? Banyak orang yang berpura-pura kaya namun tak sedikit orang juga yang masih berpura-pura miskin agar tak terlihat kaya dan banyak di hutangi orang," jawab Pak Hendi."Kita tidak dapat menilai semua hanya dari harta, tapi lihatlah. Coba kau ingat lagi, kebaikan apa yang sudah Dinda buat selama ini untukmu? Apa yang dilakukan untuk keluargamu juga? Kau bahkan juga menggadaikan mobil miliknya padaku. Apakah itu benar? Dinda masih legowo juga lo. Nah, coba kau renungi semua. Itu yang penting," tegur Pak Hendi."Lalu aku harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Nafis. "Jika aku menjadi dirimu maka aku akan minta maaf. Jadi saranku mending sekarang kau minta maaflah kepada Dinda," jawab Pak Hendi."

DMCA.com Protection Status