Hanya dengan mengingat nama Lavanya Inka Jatayu, sudah lebih dari cukup bagi dirinya untuk mendapatkan kembali seluruh memori yang telah ia pendam dan lupakan.Dia adalah Lava, seorang anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mengidap trauma terhadap pria. Dia lahir dari hubungan tidak sah kedua orang tuanya. Dia bukan Faryn.Dia Lava.Faryn, tidak Lava, entah dia harus mengenakan nama yang mana sekarang. Haruskah ia terus menjadi Faryn seperti yang selama ini orang-orang kenal? Atau Lava, seorang anak kecil yang menghilang beberapa tahun lalu?Kepalanya terasa berat. Perutnya bergejolak. Dia sudah sering merasakannya. Namun, kali ini terasa jauh lebih menyiksa. Tubuhnya terkulai di depan bekas bangunan panti tempatnya dulu berkenalan dengan seorang gadis cilik yang sekarang ia ambil namanya.Air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Napasnya kian terasa sesak saat isaknya semakin keras. Sudah tidak ada siapa pun di sini. Pria tua yang tadi bersamanya, sudah berlalu pulang
Dia tahu Saba tentu tidak menceritakan semua yang terjadi di masa lalu Bahari yang bersinggungan dengan dirinya dan Faryn yang asli. Kalau dia memang menceritakan semuanya, pasti ada bagian di mana pria itu menutupinya dengan kebohongan.Lava tidak peduli kalau pun memang dia sudah dibohongi oleh Saba.Yang dia pedulikan saat ini adalah dia sudah mengetahui sendiri apa yang terjadi pada kehidupannya.Rasa sakit, sedih, terluka, marah, kecewa, semua bekecamuk menjadi satu. Terlebih lagi saat dia memutuskan untuk mengunjungi rumah masa kecilnya ketika masih tinggal bersama sang ibu.Selintas wajah ibunya yang cantik mampir di kepalanya. Kenangan buruk dan lebih buruk yang diciptakan oleh Mama begitu jelas di ingatannya seperti sebuah film hitam putih yang ditayangkan di dalam otaknya."Anak laki-laki nggak boleh menangis!"Suara hardikan Mama terngiang di telinganya. Bayangan sabetan penggaris kayu panjang yang mengenai punggungnya, terasa begitu nyata. Lava memeluk dirinya sendiri sepe
Lava sudah memantapkan hatinya sekarang. Kali ini bukan sebagai Faryn, melainkan dirinya sendiri. Dia tidak begitu merasa kehilangan sosok ibunya. Dia malah lebih merasa sedih karena tahu Faryn yang sebenarnya tidak bisa lagi ia temui.Maka dari itu, dia akan membalas perbuatan Bahari bukan hanya untuk Mama. Tapi untuk Faryn Titis Kemala juga.Hanya butuh dua hari bagi Lava melakukan aksi balas dendamnya. Dia menjual seluruh aset yang diberikan oleh Bahari kepadanya ke pihak perusahaan lawan. Banyak pihak perusahaan saingan yang berminat untuk membeli aset tersebut dengan harga tinggi.Lava tidak peduli dengan harganya. Ia hanya ingin membuat Bahari kehilangan harta yang dibanggakannya.Harta yang membawa mereka semua ke dalam kehancuran.Lava menutup laptopnya dan bersiap memberikan serangan terakhir. Semua data yang ia kumpulkan mengenai bisnis ilegal Bahari sudah ia kumpulkan dan siap untuk disebar luaskan. Tinggal menghitung waktu saja sampai pria itu benar-benar terpuruk.Lalu ma
Semua terjadi begitu cepat. Saking cepatnya, Lava bahkan sampai tidak benar-benar tahu jika perbuatannya menjual seluruh hadiah dari Bahari akan membawa dampak sebegini besarnya.Sejak ia menjual saham yang diberikan padanya sebagai salah satu kado ulang tahun, kantor pusat Jatayu mengalami goncangan. Lava tidak sepenuhnya paham bagaimana cara kerjanya. Yang ia dengar perusahaan saingan yang membeli saham tersebut membuat isu, yang tidak sepenuhnya benar, lalu melepaskan seluruh saham tersebut.Karena yang membeli adalah seseorang dengan posisi yang cukup terkenal, isu yang awalnya diragukan pun, meluas dengan cepat. Akibatnya para pemegang saham satu per satu pun ikut mengambil tindakan yang sama.Keuangan perusahaan Bahari benar-benar mengalami krisis parah. Berkurangnya penyuntik dana melalui saham perusahaan, menyebabkan PHK besar-besaran. Bukan hanya itu, kondisi yang buruk itu juga membawa dampak pada kehidupan keluarga Jatayu."Kamu lihat sekarang? Ini akibatnya kalau kamu terl
Linggar kesal setengah mati. Setelah semua yang terjadi, tidak ada satu pun rencananya yang berjalan lancar. Rencananya untuk mengorbankan Vina ternyata tidak berjalan semulus yang ia kira.Vina adalah salah satu pion yang dia harapkan akan mengakhiri rencana Faryn yang tidak ia prediksi. Namun, nyatanya bukan wanita selingkuhannya yang berakhir. Malah hidup Vina yang memiliki kisah tragis.Linggar tahu semua perempuan yang menemani sang Papa ketika dinas keluar kota. Dia sudah mengetahui sejak lama bahwa Bahari menjadikan sahabat anak menantunya itu sebagai perempuan simpanan. Dan dia sama seai tidak mempermasalahkan apalagi peduli.Pria itu percaya Vani bisa menjadi senjatanya di kemudian hari. Yang tidak ia ketahui adalah ternyata perempuan itu bisa menjadi senjata yang berbalik menyerangnya. Senjata makan tuan."Argh. Sialan. Dasar pria tua tengik!"Linggar tidak berhenti memaki Bahari. Mulutnya dipenuhi sumpah serapah untuk Faryn dan Papa. Malam ini dia tidak bisa menemui Paras u
Hakam terus menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan selama perjalanan menuju rumah sakit. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri setelah menerima telpon dari Lintang. Jika sesuai jadwal, dia seharusnya baru kembali besok pagi.Tapi, Hakam tidak memiliki pilihan lain. Begitu menyelesaikan acara terakhir dari rangkaian acara seminar yang diikutinya, dia segera bergegas menyusul Lintang.Wanita hamil itu mengatakan jika ia kini berada di rumah sakit dan meminta Hakam untuk menemani. Dia harus segera menjalankan operasi untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan karena air ketubannya kurang.Setahu Hakam, perhitungan hari lahir keponakan keduanya itu masih 2 minggu lagi. Ia tidak menyangka jika ternyata sang bayi ingin keluar lebih cepat.Bukan, bukan karena itu dia panik dan gelisah seperti sekarang. Melainkan karena sang kakak mengatakan jika tidak ada seorang pun yang menemaninya saat ini di rumah sakit.Mama sedang tidak enak badan dan sedang akan beristirahat, jadi Lintang
Faryn mengabaikan panggilan yang masuk ke ponselnya. Dia tidak peduli pada siapa yang mencoba menghubunginya. Tidak terkecuali suaminya sendiri. Setelah kekacauan yang dia buat, tentu pihak-pihak yang mengenalnya akan berebut mencari tahu kebenaran hubungannya dengan Bahari. Dan cepat atau lambat, Hakam juga akan mengetahuinya meski saat itu dia sedang berada di luar kota. Yang dilakukan oleh Faryn, hanya duduk diam menatap kosong pada televisi yang tidak dinyalakan. Wajahnya terpantul dari layarnya yang hitam, menampilkan raut tak terbaca. Ia sendiri juga masih menelaah mengenai perbuatan impulsifnya. Dan dalam dirinya sendiri mulai mengembangkan sebuah pertanyaan. Apakah semua yang ia lakukan ini sebanding dengan apa yang terjadi di masa lalu? Hidupnya hancur, hidupnya menderita. Dan dengan semua yang telah ia lakukan, kenapa dia tidak merasakan kelegaan atau pun ketenangan seperti yang dipikirkannya? Kalau begitu, sebenarnya apa yang ia cari dari semua ini? Semakin jauh ia
Hakam sama sekali tidak bisa dan tidak ingin memahami apa yang dijelaskan Faryn. Baginya semua itu tidak lebih dari sekedar alasan yang mengolok-olok dirinya.Dia melakukan banyak hal untuk Faryn, demi istrinya. Sebagai balasannya, wanitanya tetap berselingkuh dengan pria lain. Hakam rela melepas apa yang dia punya sebelumnya, untuk bisa bersama Faryn. Dan inilah hasilnya."Ha ... Hahaha. Sial," umpatnya pelan. Tawanya penuh dengan nada ironi yang terdengar menyesakan.Pukul tiga dini hari. Jika semuanya berjalan seperti biasanya, dia pasti sedang tertidur pulas untuk persiapan pulang beberapa jam lagi. Jika situasinya segawat barusan, saat sang kakak harus segera menjalankan operasi, tentu saja saat ini dia tengah menunggui kakaknya.Siapa sangka, sekarang dia malah berada di bar dengan keadaan setengah sadar akibat minuman keras yang ditenggaknya karena mengetahui istrinya selingkuh dengan kakak iparnya."Sial sial sial!" umpatnya kian geram. Ia kesal pada dirinya, pada Faryn, pada