Share

RESAH DAN GELISAH

Penulis: Ummu Amay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-26 07:12:52

Felisha dibuat terkejut ketika mobil tidak menuju ke hotel tempat ia dan Alan menginap beberapa hari belakangan. Alvaro justru membawa mereka kembali ke kediaman Tanujaya.

"Kita pulang? Udah gak nginep di hotel lagi?" tanya Felisha menatap suaminya yang sejak tadi diam tak bicara.

"Kenapa? Apakah kamu tidak suka? Apa menginap di hotel lebih menyenangkan?" Alan malah balik bertanya tanpa menengok sedikit pun ke arah sang istri.

Seketika Felisha kembali melihat ke samping di mana gerbang tinggi berwarna putih itu terlewati bersamaan dengan sikap hormat beberapa penjaga rumah saat mobil melewati mereka.

"Siapa yang bilang begitu?" tanya Felisha pelan. Tanpa ia sadari Alan sempat menengok kepadanya sebelum kembali melihat lurus ke depan.

'Kenapa ia harus marah? Apakah aku telah mengatakan sesuatu yang salah?' batin Felisha demi melihat perubahan sikap Alan padanya.

Saat mobil sudah berhenti di pelataran teras, Felisha memilih untuk langsung turun tanpa perlu menunggu Luna membukakan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PERINTAH

    Alan tampak keluar dari kamar mandi. Handuk putih yang hanya melilit di pinggangnya, membuat area bagian atasnya ter-ekspos. Terlebih saat tetesan air dari rambutnya yang basah jatuh ke wajah dan bahunya yang bidang, membuat penampilannya semakin sempurna, tampan, dan keren. Pengusaha itu tidak langsung memakai baju. Ia malah memeriksa ponselnya demi mencari sesuatu. "Halo!""Iya, Tuan?""Apakah dia sudah kamu beri tahu?""Sudah, Tuan.""Tapi, kenapa dia masih belum ada di sini?""Maaf, Tuan. Nona tadi bilang katanya masih ada sesuatu yang harus dilakukan."Rupanya Alan berbicara dengan Luna. Anak buahnya yang tadi ia perintahkan untuk memberi tahu Felisha jika malam ini hingga seterusnya, wanita itu akan tidur di kamar utama dengannya. "Ini sudah lebih dari satu jam," ucap Alan sembari melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarnya."Kembali kamu beri tahu supaya ia cepat kemari!" lanjut Alan lagi "Baik, Tuan."Panggilan pun terhenti dengan Alan yang memutuskan secara sepihak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Jadi Budak Kakak Ipar   FELISHA YANG MENGGODA

    Di dalam kamar mandi beberapa menit setelah Felisha selesai dengan kegiatannya membersihkan diri, ia baru menyadari jika saat ini tidak ada sehelai handuk apalagi baju untuk ia kenakan. 'Ah, bodoh sekali. Kenapa aku bisa sampai lupa. Ini karena Luna tadi yang memaksaku keluar buru-buru,' gumam perempuan itu kesal. Jika ia memakai pakaian hari itu lagi, bukan tidak mungkin Alan akan marah. Lagipula, baju itu sudah lembab. Bayangkan saja, setelah ia diberi hukuman karena pergi menonton, baju yang ia kenakan saat pergi tadi sudah pasti menempel dengan peluh dan keringatnya. Tak tahu lagi bagaimana aromanya. Tak ada cara lain menurutnya. "Sepertinya aku terpaksa harus meminjam baju Kak Alan," katanya kemudian mencoba mengumpulkan keberanian untuk memanggil nama suaminya itu. "Ehem, ehem!" Felisha berdehem. "Kak Alan!"Felisha menunggu beberapa detik respon dari lelaki yang ada di luar kamar mandi. "Ada apa teriak-teriak?" 'Ah, dia mendengar,' batin Felisha tak ayal tersenyum. "Eng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Jadi Budak Kakak Ipar   KABAR BURUK ATAU BAIK?

    Alan boleh kesal, tapi tidak dengan Felisha begitu mendengar suara ketukan di pintu kamar. Bagaimana tidak, Felisha bisa menebak jika suaminya itu akan kembali menyerangnya seperti waktu di mobil tadi. 'Apakah ia tidak lelah? Aku saja yang wanita udah gak sanggup kalo harus kembali melayaninya,' batin Felisha tatkala Alan meninggalkannya demi mengetahui siapa gerangan orang yang sudah menggagalkan aksinya. Tak lama terdengar suara hardikan Alan yang ditujukan pada seseorang yang sudah berani mengganggunya. "Apa kamu lupa peraturan di rumah ini, Alvaro!"Suara Alan begitu kencang hinga bisa Felisha dengar dari ruangan di mana ia berdiri saat ini. Felisha berusaha mendengar jawaban dari anak buah suaminya itu. Tapi, karena suara Alvaro yang kecil dengan jarak antar ruangan dengan ruangan lain yang cukup jauh, ia pun tak bisa mendengar apa gerangan yang sudah membuat Alvaro berani mengganggu tuannya. "Hah! Apa?"Felisha terdiam saat mendengar respon kaget yang Alan lontarkan. Sek

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Jadi Budak Kakak Ipar   SEBUAH FAKTA

    Felisha diam. Ia seperti menunggu kalimat apalagi yang akan terlontar dari mulut Luna. Namun, hingga keduanya sampai di pelataran sebuah rumah sakit, Luna tak kunjung bercerita. "Apa kamu tidak mau mengubah tuduhanmu tadi, Luna?" kata Felisha setelah mobil berhenti tepat di depan rumah sakit. Luna menengok dengan wajahnya yang datar. "Tuduhan yang mana, Nona?""Tuduhan mengenai kakakku yang kamu bilang bersandiwara. Dan asal kamu tahu, aku tidak percaya hal itu."Ada segaris senyum yang tampak di wajah Luna saat mendengar ucapan Felisha barusan. Ekspresi yang datar tiba-tiba berubah ketika muncul pernyataan mengenai ketidakpercayaan istri tuannya tersebut. "Apa yang sudah keluar dari mulut saya, tidak mungkin saya tarik kembali, Nona. Terlebih jika itu adalah sebuah fakta."Felisha diam dengan tatapan sebal. Bagaimana bisa orang-orang menuduh kakak kandungnya itu seseorang yang buruk hanya karena dengan melihat satu kesalahan saja. "Kak Dina mau mengubah semuanya demi bisa kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Jadi Budak Kakak Ipar   PANTAUAN

    Sekian waktu menunggu di depan ruang IGD, Felisha masih berharap ada kejelasan mengenai siapa dirinya di keluarga Sumitra. Juga siapakah orang tua dia yang sebenarnya.Namun, kedua sosok manusia yang selama ini ia kenal sebagai dua orang tua yang paling berjasa dalam hidupnya itu, tak kunjung muncul minimal memberi jawaban tentang kecocokan darah sang ibu untuk kakaknya, Dina. 'Mungkin darah ibu sungguh-sungguh bisa membantu Kak Dina,' batin Felisha begitu penuh harap. Akhirnya Felisha memilih pergi, meninggalkan rumah sakit dalam pikiran kosong dan perasaan sedih. Tak ada yang mengharapkan kehadirannya di sana, begitu pikir Felisha. Hingga sang ayah melontarkan satu kalimat sederhana yang membuat satu rahasia terbongkar. Saat Felisha keluar dari area rumah sakit, hujan deras telah mengguyur semesta. Langkah kedua kakinya yang saat itu hanya mengenakan sandal khusus kamar, membuat kakinya basah seketika. Namun, Felisha tak peduli. Malahan ia bersyukur karena dengan turunnya hujan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Jadi Budak Kakak Ipar   SATU KABAR

    Alan tampak syok setelah menyadari bahwa ia baru saja akan menabrak istrinya, Felisha. Sosok perempuan itu tadi tiba-tiba menyeberang setelah lampu merah belum memperbolehkannya melangkah. Alan melepas safety belt-nya cepat. Alvaro yang duduk di sebelahnya juga melakukan hal yang sama setelah tuannya itu keluar dan turun. "Felisha!" teriak Alan setelah ia melihat sosok sang istri tengah terduduk dengan tangan menutup wajah. Terlihat tubuhnya gemetar ketakutan, membuat Alan sontak merangkul tubuh itu meski tak ada respon yang diberikan. Isak tangis terdengar memilukan saat Alan mendekap tubuh Felisha yang sudah basah kuyup. "Kak Alan," ucap Felisha yang langsung tahu meskipun ia belum mengangkat wajahnya dan melihat sosok lelaki yang tiba-tiba memeluknya. "Apa kau sudah gila! Kau mau mati?" seru Alan kesal meski kenyataannya ia khawatir atas kondisi Felisha yang menurutnya menyedihkan. "Maaf," sahut Felisha masih menangis. Alan tak kuasa untuk tidak mendekap lebih erat tubuh ist

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Jadi Budak Kakak Ipar   SEBUAH PENGAKUAN

    Entah perasaan apa yang saat ini tengah Alan rasakan setelah mendengar penuturan yang dokter sekaligus kawannya bernama Sherly katakan beberapa waktu lalu. "Istrimu hamil, Alan. Usia kandungannya mungkin sudah enam minggu. Aku tidak tahu pasti, kamu bisa memeriksanya langsung ke dokter kandungan bila ingin tahu lebih jelas dan pasti."Perkataan sang kawan masih terngiang di telinganya. Jujur saja Alan bahagia, tapi masih ada perasaan lain yang mengganjal di hatinya, dan ia tidak tahu apa. Alan masih melihat wajah damai Felisha, yang saat ini tampak terlihat jauh lebih tenang. Istrinya itu sempat siuman tadi, tapi beberapa menit kemudian kembali tertidur setelah Alan menenangkan istrinya itu bahwa semua baik-baik saja. Meski ia sendiri belum memberi tahu Felisha jika saat ini ada calon buah hati mereka di dalam perutnya. 'Entah mengapa aku merasa khawatir tentang kehamilanmu ini,' gumam Alan yang beberapa waktu kemudian memilih untuk pergi ke luar kamar, membiarkan Felisha istiraha

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Jadi Budak Kakak Ipar   FELISHA SADAR

    Suasana pagi hari mulai terasa kala cahaya kamar perlahan mulai disusupi mentari yang mengintip dari balik jendela. Masih ada Alan yang tertidur di atas ranjang tepat di sebelah sang istri, Felisha. Lelaki itu tampak nyenyak dalam tidurnya setelah semalam begadang sampai larut, berbincang dengan Alvaro —anak buahnya. Felisha yang terbangun lebih dulu. Perlahan menggerakkan kedua tangan dan merentangkan ke arah samping. Saat itu ia merasa ada sesuatu yang menghalangi tangannya. Ketika tersadar, ia melihat bahwa bahu Alan adalah sesuatu yang tadi menahannya. Namun, beruntung bagi Felisha karena tidak sampai membangunkan suaminya itu. Lelaki yang sebelumnya adalah kakak iparnya itu, hanya terlihat sedikit menggerakkan kepala sebelum kemudian kembali mendengkur pelan. 'Sepertinya Kakak lelah sekali,' gumam Felisha yang terlihat memiringkan tubuhnya demi melihat wajah Alan yang tenang. 'Apa yang terjadi semalam sampai Kakak telat bangun seperti sekarang?' tanya Felisha dalam hati semba

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24

Bab terbaru

  • Jadi Budak Kakak Ipar   MURKA

    Alan sampai di sebuah rumah sakit bersama Alvaro dan Luna. Ia berlari menuju area UGD untuk mencari keberadaan Felisha. "Siapa namanya, Pak?" tanya seorang perawat penjaga ketika Alan bertanya begitu heboh. "Felisha Putri.""Sebentar saya lihat dulu." Perawat lelaki itu kemudian mengecek nama Felisha di komputer. Beberapa saat kemudian ia kembali melihat Alan. "Maaf, Pak. Tidak ada nama pasien bernama Ibu Felisha di sini.""Jangan bohong, Mas. Dengan jelas teman saya melihat kalau istri majikan saya ke rumah sakit ini." Alvaro mencoba menjelaskan. "Saya tidak tahu itu. Kalau melihat data yang saya lihat, nama Felisha Putri memang tidak ada di sini."Alan menatap Alvaro kesal. "Kamu tahu kabar itu dari siapa?""Dari Fery, Tuan. Dia tadi mau pulang dan tidak sengaja melihat Nona Felisha dibawa kesini.""Dia melihat di sini atau di mana? Coba kamu hubungi dia lagi sekarang!""Baik, Tuan. Sebentar saya hubungi Fery."Di saat Alvaro mencoba menghubungi salah seorang temannya, Alan meng

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PERGI MENINGGALKAN

    Semua orang menatap tak percaya. Bu Rumi yang tadi tengah membantu Felisha di kamar, terperangah demi mendengar kalimat Alan barusan. "Apakah Kaka pikir keluargaku hanya mereka saja?" Felisha terlihat tertawa. Alan menatap tajam dengan mulut membisu. "Jadi, terakhir aku tanya, Kaka mau apa? Mau menghukum aku seperti dulu? Atau mau aku pergi dari sini?""Kau tak akan berani." Alan berkata dingin. Lagi-lagi Felisha tertawa mengejek. "Apakah Kaka sedang menantang aku?"Alan diam tidak menjawab, membuat Felisha kemudian masuk ke kamar untuk mengambil satu-satunya barang miliknya, yaitu tas ransel berukuran kecil yang hanya berisi beberapa benda penting, yang ia miliki sebelum dinikahi Alan. Alan masih diam ketika perempuan itu berdiri di depannya. "Entah apa yang sebenarnya terjadi, satu yang pasti aku tak akan pernah terima dengan tuduhan Kaka kepadaku. Termasuk tindakan Kaka yang memaksaku tadi."Setelah berkata demikian Felisha pergi meninggalkan Alan dan orang-orang yang hanya bi

  • Jadi Budak Kakak Ipar   BODOH

    Keesokan paginya Alan sudah bersama Alvaro di sebuah tempat di mana tampak sesosok perempuan yang duduk dalam keadaan terikat di atas sebuah kursi kayu yang diletakkan di tengah-tengah ruangan. Perempuan itu tertawa menatap Alan yang melihatnya marah. "Kenapa, Alan? Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanpa ada rasa takut sedikit pun, perempuan itu kembali tertawa. "Apakah kamu tidak menyesal sama sekali, Dina?" Pertanyaan yang Alan lontarkan disambut tawa riang yang menggema di seluruh sudut ruangan. "Menyesal katamu? Menyesal untuk apa?""Kau sudah tertangkap, Dina. Semua bukti tentang rencana penculikan yang kau lakukan bersama kekasihmu itu sudah aku pegang. Aku hanya tinggal membawamu ke kantor polisi dan membiarkanmu membusuk di dalam penjara.""Hahaha. Kamu pikir aku takut, Alan?"Tidak menatap wajah pengusaha itu, Dina justru menatap lampu serta langit-langit ruangan yang tinggi. Entah di mana ia berada sekarang, hanya kegelapan yang tampak di matanya. "Kau benar-benar sudah ti

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PENYESALAN ALAN

    "Katakan, apa ia sudah berhasil melakukannya?"Kata 'melakukan' yang Alan maksud sangat bisa Felisha pahami dengan jelas. Suaminya pasti berpikir bahwa Gani telah berhasil melecehkannya karena kondisi Felisha saat itu yang hampir tak berbusana. "Menurut Kak Alan?" sahut Felisha dingin. "Jangan menantangku, Felisha. Jawab saja pertanyaanku karena cuma kamu satu-satunya yang ada di sana.""Kenapa tidak Kaka tanyakan saja pada lelaki brengsek itu. Berharap saja ia berkata jujur.""Andai ia masih hidup pun aku tak sudi bertanya padanya."Sontak Felisha terkejut. Jadi, benar anggapannya jika suara tembakan itu tertuju pada Gani. "Kenapa? Kamu tidak rela lelaki itu mati?""Apa sebenarnya yang Kak Alan harapkan dari jawabanku?""Aku hanya ingin tahu sejauh apa dia melakukannya padamu.""Lalu, setelah tahu Kaka mau apa?" Felisha menatap Alan marah. Lelaki itu berjalan mendekat, lalu berdiri di sisi ranjang. Tampak tatapannya yang begitu dingin dan penuh amarah. "Kaka mau menceraikan aku,

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PENYELAMATAN

    Gani tertawa mendengar pertanyaan yang Felisha ajukan. Menurutnya Felisha tak perlu tahu apa yang terjadi atas hubungannya dengan Dina, kakak sepupunya itu. "Dina bosan. Pengusaha itu terlalu monoton. Jadi, ia memutuskan untuk pergi sejenak untuk bersenang-senang.""Monoton? Apa maksudmu?" tanya Felisha tak mengerti. Tawa Gani semakin kencang seolah Felisha telah melakukan sesuatu yang lucu di depannya. "Apalagi, Feli? Menurutmu apa yang monoton kalau bukan urusan ranjang?" sahut Gani tertawa. "Seks," lanjutnya berkata pelan. Seketika Felisha paham. Sejenak ia membayangkan apa yang Gani katakan. 'Monoton? Apakah Kak Dina seseorang yang hyper? Bagaimana bisa ia menilai kalau Kak Alan seorang yang monoton?' benak Felisha bertanya. Sejauh yang Felisha rasakan selama melayani Alan, lelaki itu sama sekali tidak monoton. Alan sangat aktif dan penuh gaya. Namun, entahlah. Mungkin bagi seorang Felisha yang selama ini tak pernah melakukan hubungan intim dengan orang lain kecuali dengan

  • Jadi Budak Kakak Ipar   MENGULUR WAKTU

    Saat ini hanya tinggal Felisha dan Gani saja di dalam ruangan. Dina sudah pergi bersama orang-orang bayarannya sebab tak ingin melihat aksi yang Gani lakukan terhadap Felisha. "Tak ingin melihat wanita ini mati tersiksa?" tanya Gani sesaat sebelum Dina pergi meninggalkannya. "Kau gila kalau berpikir aku mau melihat kalian bersenang-senang," balas Dina waktu itu. Yang kemudian mendapat respon tawa mengerikan dari mulut Gani. Sekarang giliran Felisha yang ketakutan karena membayangkan hal apa yang hendak lelaki itu lakukan kepadanya. 'Sampai membuat calon bayi di dalam kandunganku mati, itu berarti ada dua kemungkinan. Tapi, apakah ia akan setega itu padaku?' batin Felisha demi membayangkan hal mengerikan tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi. "Kamu tahu, aku serius ketika mengatakan bahwa wajahmu sangat mempesona. Jadi, aura wanita yang sedang hamil memang tak bisa dipungkiri begitu menggoda." Perkataan Gani tentang Felisha yang sempat membuat Dina cemburu, kembali lelaki it

  • Jadi Budak Kakak Ipar   SEBUAH PERINTAH

    Felisha merasakan suasana yang dingin dan lembab. Ia tak tahu ada di mana sekarang. Karena selain kedua matanya yang tertutup, suasana hening di tempat tersebut semakin membuat keberadaannya tak bisa dibayangkan. Wanita itu hanya ingat mobil yang Pak Zaky kendarai dihadang oleh rombongan mobil lain ketika ia sudah hampir sampai rumah. Beberapa orang berpakaian serba hitam, seperti pakaian para anak buah Alan, turun dari dalam mobil tersebut lalu menghampiri dan menarik paksa dirinya keluar. Felisha tak diam saja, termasuk Luna dan dua pengawal yang Alan tugaskan untuk menjaganya. Mereka melawan sampai akhirnya terjatuh dan tak berdaya sebab jumlah yang tidak sebanding. Bahkan, Felisha harus pingsan ketika salah seorang dari mereka memukul tengkuknya dengan kencang. Setelah itu ia tak lagi ingat apa yang terjadi. Berapa lama ia tak sadarkan diri hingga kemudian terbangun di sebuah tempat yang saat ini ia rasakan terasa mencekam. Bagian yang terlewati tak ada dalam memorinya. Lama Fe

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PENCULIKAN

    Alan memutuskan untuk segera menyusul Felisha yang sudah pulang lebih dulu setelah tak ada hal apapun yang dilakukan oleh mereka berdua di kantor selain bertengkar. Alan yang baru saja mendapat pencerahan atas kelalaiannya terhadap sang istri, kini menyesali apa yang sudah terjadi. Alvaro, lelaki yang mendadak menjadi seorang penasihat perkawinan, rela menghabiskan waktunya di kantor setelah sebelumnya habis dimarahi oleh sang tuan. Dianggap tak becus memberi nasihat serta saran, yang nyatanya justru Alan sendiri yang salah menanggapi saran tersebut. "Aku akan pulang dengan pengawal. Kamu selesaikan saja laporan kegagalan proyek tahun lalu, lalu kirimkan hasilnya ke email-ku. Aku harus meminta maaf pada istriku karena kebodohan yang sudah aku buat."Alvaro senang mendengarnya. Itulah mengapa ia dengan penuh kerelaan lembur hari itu sebab tugas yang tak main-main Alan berikan. 'Semoga saja Nona Feli mau memaafkan Anda, Tuan. Sebab setahuku, wanita hamil akan sulit dibujuk apalagi un

  • Jadi Budak Kakak Ipar   TAK PEKA

    Sekian menit berjalan masih dengan diamnya Alan sebab aksi yang istrinya lakukan. Ciuman yang Felisha lakukan kali ini, entah mengapa membuatnya tidak terbuai. Ia hanya kaget karena istrinya bisa melakukan hal tersebut. Tak jua mendapatkan respon dari Alan, Felisha akhirnya melepaskan ciumannya. Ia menghentikan aksinya karena merasa jika lelaki itu tidak menyukainya. Alan melihat Felisha menunduk. Sedangkan Felisha melakukan hal itu karena tatapan mata Alan yang tajam seolah tengah menunjukkan suasana hatinya saat ini. "Maafkan aku." Felisha merendahkan dirinya dengan meminta maaf terlebih dahulu. Meski hatinya sendiri masih merasa tak rela karena keinginannya tidak dituruti. "Apakah kamu menyadari kesalahanmu?" tanya Alan dengan suara pelan dan berat. "Entah kesalahan mana yang Kaka maksud, tapi aku merasa jika aku harus meminta maaf.""Tidak tahu kesalahanmu, tapi kamu meminta maaf? Apakah itu bukan tindakan bodoh namanya?"Sejenak Felisha memberanikan diri untuk membalas tatap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status