Lydia terbangun dengan kepala pusing dan mata pedih. Kepalanya sakit, karena terjatuh kemarin. Ada bukit kecil di bagian belakang kepalanya.
"Aish! semua ini karena kecoa terbang semalam, tapi bagaimana dia ada di tempat tidur?" Suara hatinya menyadarkannya. Dengan horor dia mendengar suara dengkuran laki-laki lalu menjerit sekeras-kerasnya.
"Bangun!!! Pergi kamu!" teriaknya sambil mengambil bantal lalu memukulnya sehingga pria itu terbangun. Tapi yang lebih parahnya ternyata Lydia tidak mengenakan apa-apa, dia menjerit semakin menjadi-jadi.
Pria itu terbangun dengan kaget dan mengernyitkan dahinya. Lalu menatapnya dengan menyipit. Tapi setelah menyadari situasi dimana dia berada Jacob langsung bangkit dengan cepat. "Astaga! Kenapa dia jadi tidur disini?" pikir Jacob mencoba mengingat-ingat.
Sepertinya dia tertidur saat beristirahat sebentar kemarin malam. "Kenapa dia jadi bisa ketiduran di sini?" batinya. Jacob melirik ke arah wanita itu, dia langsung menyelubungi tubuhnya dengan selimut karena malu. Itu tindakan percuma, karena Jacob sudah melihat semuanya kemarin.
"Hmm, aku sepertinya ketiduran, maaf." Jacob duduk di tepi tempat tidur sambil mengusap tengkuknya. Lydia masih panik menyadari tubuhnya yang polos. Lidya seolah tak punya muka lagi. Malu bukan kepalang. Pria mesum sialan ini tentu sudah bisa melihat seluruh tubuh polosnya.
Jacob tersenyum tipis menatap wajah Lydia yang lumayan cantik. Wanita itu menarik selimut lebih tinggi lagi sebagai perisai antara mereka. Tapi Jacob mencoba peruntungannya. Dia terus mendekati Lydia yang semakin panik.
"Kamu,... ternyata cantik juga." Dia berbisik, jantung Lydia tiba-tiba berdebar kencang. Bahaya, pria ini ada maksud lain.
"Kamu ngapain dekat-dekat, sana, jauh-jauh!" pekiknya panik mundur sampai menempel di kepala tempat tidur. Jacob senang Lydia terlihat tak berdaya.
"Kenapa? aku hanya ingin mengagumi kecantikan calon istriku." Rona merah di wajah Lydia semakin kentara, dia merona mendengar ucapan Jacob. Aduh kenapa dia jadi berdebar seperti ini? Lydia terperangkap dan tidak bisa kemana-mana.
"Kamu mau apa? ucapnya menatap panik wajah Jacob yang kian mendekat, kini ujung hidung mereka hampir beradu. Pria itu tersenyum sambil menatap bibir Lydia.
Dia menyentuh dagu Lydia, dan dia tiba-tiba seperti terhanyut dengan pesona Jacob, astaga dia memang tampan sekali.
"Lyd… bolehkah aku? Dia mendesah, seketika jantung Lydia berhenti berdetak ketika bibirnya mengenai bibir Lidya yang terkejut. Sempat terhanyut karena kelihaian pria itu mencium, Lydia tersadar dan mencoba melepaskan ciuman Jacob. Namun memang rasanya luar biasa. Dia mencoba mendorong dada bidang Jacob, tapi percuma, pria itu malah menekan tengkuk Lydia dengan lembut.
"Bibirmu sexy sekali sayang," pria itu kembali tersenyum tipis setelah melepaskan ciumannya.
Lydia membeku seperti patung, hanya desahan yang keluar dari bibirnya. Apa yang barusan terjadi. Kenapa dia bisa diam saja dicium seperti ini?
Jacob segera berjalan meninggalkan Lydia yang terpaku, dia cukup senang bisa mencicipi bibir wanita itu, lumayan untuk pertemuan pertama, dia harus secepatnya memikat Lydia. "CEO grup gabungan, here I come!" pikirnya senang.
Tapi saat Jacob sudah kembali ke rumahnya sendiri tiba-tiba sekelebat bayangan polos wanita itu di atas tempat tidur muncul di ingatannya. Sebenarnya wanita itu cukup cantik, dengan rambut coklat tebal, mata yang besar berbulu mata lentik dan hidung yang mancung
"Not bad lah, buat jadi istri CEO gabungan," pikir Jacob senang.
Setelah puas marah-marah di kasur, Lydia akhirnya mandi membersihkan dirinya. Dengan takut-takut, dia melirik lubang air dimana kecoa terbang kemarin muncul. Sepertinya dia harus minta pembersih serangga datang. Rumah ini sudah terlalu lama kosong, sehingga sudah banyak teman baru yang tak diundang.
Saat melewati cermin dia menatap wajahnya, terlebih pada bibirnya. la menyentuhnya tanpa sadar. Ciuman Jacob masih terasa sensasinya, begitu menggairahkan. "Astaga Lydia, stop!" ujarnya memarahi diri sendiri.
Lydia segera mengangkat telepon untuk mengalihkan pikirannya, papanya mengangkat di dering ketiga.
"Papa…, rumahku banyak kecoa, panggil pembersih serangga, papa tahu kan aku takut dengan kecoa, sema,-"
"Kamu dimana Lyd?" potong papanya tidak mau mendengarkan keluhannya.
"Ya, di rumahku dong, dimana lagi?" jawabnya kesal, lalu perutnya berbunyi. Semalam karena terlalu kesal, Lydia tidak menyentuh makanannya, sekarang dia menjadi lapar sekali.
"Sekarang sudah hampir jam 10 Lydia, kamu harus kerja." Suara Papa terdengar marah.
"Aku nggak mau kerja sama pria itu, dia menyebalkan." Tiba-tiba dia teringat ucapan Jacob semalam, dia tidak mau menikah dengannya karena Lydia bukan tipenya. "Cih, lalu mengapa tadi pagi dia malah menciumnya?" batinnya kesal. Yang pasti Lydia tidak mau bertemu pria itu lagi.
"Kalau begitu gajimu akan dipotong, dan papa tidak akan membayar pengeluaranmu lagi, kamu hidup dari gajimu saja," ujar papanya tanpa ada belas kasihan.
"Papa…, yang bener aja, mana cukup gaji asisten? Kalau aku, CEO baru cukup. Kenapa juga aku jadi bawahan Jacob papa? Harusnya Jacob bawahanku!" Dia kembali menendang-nendang gulingnya sehingga semua jatuh ke lantai.
"Akan hancur perusahaan kalah kamu yang pimpin, kamu pikir jadi CEO mudah? Kamu terlalu manja, apa saja kamu minta dulu papa kasih. Sekarang kamu harus belajar menghargai apa yang ada. Rumah dan mobil, papa masih sediakan buatmu, selain daripada itu, kamu harus cari sendiri. Hanya dalam beberapa bulan, setelah itu kamu akan menikah dengan Jacob." Papa tidak memberikan kesempatan untuknya berbicara. Lydia tak akan mau menikah dengan Jacob dalam sebulan atau 10 tahun pun.
"Sekarang kalau kamu tidak ke kantor papa akan cabut internet di rumahmu." ancam papanya seakan Lydia anak SMP, tapi sayangnya, ancaman itu jitu, Lydia tidak dapat hidup tanpa internet. Bagaimana dia bisa mem-posting kegiatannya sehari-hari di sosial media nanti?
"Iya...iya aku ke kantor sekarang." ujarnya panik. "Bagaimana dia mempertahankan gelar Ratu Ulzzang, kalau tidak ada WiFi?" batinnya sedih. Menurutnya papanya menyebalkan sekali.
Memakai baju keren dan memasang make-up di wajahnya, Lydia akan tunjukan siapa dia. Lydia tetap tidak akan mau menikah dengan pria brengs*k itu, tapi Jacob akan merengek di kaki Lydia, meminta agar menikah dengannya, lihat saja Jacob!
Jacob baru selesai rapat di luar dan melangkah ke lobi kantor, saat ada wanita dengan celana hitam dari kulit ketat dan jas merah menyala memaksa masuk ke dalam. Pihak keamanan mulai kewalahan, karena wanita itu tetap tidak mau mengerti kalau dia tidak boleh masuk.
Jacob berjalan mendekat sambil memanggil pihak keamanan yang lain dari depan, untuk membawa wanita pengganggu itu. Karena akibat gangguannya, antrian karyawan yang baru selesai istirahat tidak dapat masuk, karena terblokir oleh wanita tidak tahu diri itu.
Namun saat dia sudah dekat, dan bertemu mata dengan wanita itu, Jacob berharap tadi tidak usah ikut campur. Lydia dengan angkuhnya menunjuk para sekuriti itu seakan mereka lalat buah.
"Eh kalian tidak tahu siapa aku? Aku ini Lydia Kurnia, aku pemilik gedung ini, kamu dan segala isinya milikku tau!" ucapnya dengan bengis. Lalu saat melihat Jacob, senyum langsung tersungging di bibir tipisnya.
"Itu ada bapak CEO, coba kamu tanya siapa saya!" Dia menunjuk ke arah Jacob, sehingga seluruh mata kini menatap ke arah Jacob. Dengan berusaha mempertahankan wibawanya, Jacob segera melangkah dan mendekat ke pintu masuk kantor.
"Dia bukan siapa-siapa, jangan biarkan dia masuk." Wajahnya yang angkuh itu melongo tidak percaya memandang Jacob yang langsung dipersilahkan masuk oleh pihak keamanan. Jacob kesal sekali jadi pusat perhatian.
"Dasar kutu bus*k! Berani-beraninya dia mengatakan aku bukan siapa-siapa, aku ini Lydia Kurnia!" geramnya dalam hati.
Dia langsung menghentakkan kakinya dengan emosi."Jacob! Awas kamu ya, aku akan ceritakan apa yang terjadi tadi pa,-"
Jacob segera memutar tubuhnya dan menarik wanita itu pergi dari situ, Lydia terkejut karena tangannya yang ditarik kasar. Dia terpaksa mengikuti Jacob. Saat mereka di luar baru Jacob melepaskan pegangan tangannya. Lydia segera mengelus pergelangan tangannya yang sakit.
"Dengar ya, kamu jangan pikir macam-macam, jangan kamu pikir hanya karena aku ketiduran, kamu jadi bisa seenaknya, apalagi menyuruhku menikahimu!" Tatapan dingin dari Jacob membuat Lydia bingung, tadi pagi baru saja dia menciumnya, namun kenapa siang ini pria ini malah marah-marah?
Orang-orang mulai melihat mereka, dan Jacob baru menyadarinya kalau mereka kembali menjadi pusat perhatian. Dia menarik Lydia ke mobilnya. Kaget, Lydia menurut lalu masuk ke mobil. Begitu Lydia memasang sabuk pengaman, Jacob segera menekan gas dan menyetir keluar dari kantornya lagi.
Lydia melirik lengan kekar di sampingnya. Pria itu hanya menatap lurus tanpa berkata apa-apa. Mereka mau kemana, dia tidak tahu. Namun yang memalukan adalah, perutnya terus bergetar, Lydia mencoba menutup perutnya agar suaranya tidak terlalu terdengar, tapi perutnya malah berbunyi lagi.Andai dia bisa makan daging panggang, atau sup tofu… tiba-tiba Lydia merindukan makanan yang biasa disantap di Korea Selatan. "Sup iga sapi ala Korea yang segar, nasi yang legit, betapa nikmatnya." Air liur menitik karena dia terus membayangkannya.Sudah ketiga kalinya Jacob mendengar bunyi perut wanita itu, semalam dia memang tidak makan apa-apa. Sepertinya dia juga belum sarapan dan malah langsung ke kantor. "Daripada bersolek dengan make-up tebal seperti itu, seharusnya dia makan." pikir Jacob mendengus kesal. Dia sendiri juga belum makan karena rapat, rencananya, dia akan makan di kantin kantor. Tapi karena wanita menyebalkan di sebelahnya, dia jadi h
Lydia seketika merasa lega saat Jacob keluar, namun tetap tak mau ke mejanya. Kenapa dia harus duduk di meja jelek itu? Baguslah Jacob mengejar wanita itu, kalau dari gelagatnya, sepertinya wanita itu menyukai Jacob. Dia mendengus sambil kembali mengangkat kakinya di meja, ambil foto dan segera post dulu di IG, "Sedang menikmati bangku CEO," ketiknya dengan semangat.Lalu muncul tiba-tiba undangan untuk join meeting di layar laptop. "Apa yang harus dilakukan, join atau tidak ya? Laptop terus berbunyi, dan berkedip, Aish… Jacob ke mana sih?"Dia tersenyum lalu meng-klik join. CEO, Lydia pasti bisa."Ava, kamu mau kemana? Tunggu sebentar," panggil Jacob, rambut sebahunya bergoyang saat dia berjalan cepat. Wanita itu berputar dengan wajah bingung."Maaf, aku harusnya tadi mengetuk dulu pintunya juga tidak terkunci, jadi aku langsung masuk saja.""Kenapa kamu harus ketuk pintu segala, nggak ada ap
Jacob menarik wanita itu sampai masuk ke lift. Lydia dengan kesal memegang pergelangan tangannya yang sakit."Kenapa kamu menarikku lagi! Sakit tau!" Lydia menunjukkan tangannya yang memerah. Jacob hanya mendengus dan melihat ke arah kamera lift. Kalau dia mencengkramnya karena kesal, tidak ada yang boleh tahu. Dia sangat kewalahan mengontrol Lydia, dia tidak seperti Ava yang tertebak isi kepalanya, apa yang Lydia lakukan benar-benar di luar kewajaran."Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi ya, kamu bukan CEO, kamu asisten." ujar Jacob ketus."Cih," Lydia berjalan cepat menuju mobilnya dengan perasaan mendongkol. Tapi saat dia hendak masuk ke mobilnya, Jacob ternyata mengikutinya."Apa lagi?" Lydia terkejut karena Jacob sudah berada dekat sekali dengannya."Kita harus bicara," Jacob seenaknya lagi menarik tangannya. Kenapa dia selalu harus menggandeng tangannya? Dan kenapa Lydia selalu me
Jacob selalu bangun jam 6 tepat, olahraga lalu mandi. Hidupnya harus terjadwal karena dia seorang yang sangat sibuk. Dengan penuh kebanggaan, Jacob menatap wajahnya yang tampan. Hari ini dia akan lebih memanfaatkan wajahnya, mengingat tadi malam dia sukses mencuri sebuah kecupan lagi darinya, sepertinya tidak perlu 20 kali, Lydia Kurnia sudah jatuh dalam pelukannya.Jacob langsung menuju kantornya. Saat dia lewat, ada tatapan dan bisik-bisik menyebalkan, lalu saat dia semakin dekat ke kantornya, dia tahu mengapa semua karyawannya memperhatikannya.Ternyata wanita itu sudah ada di kantornya dan dia memasang lagu korea kencang-kencang sambil bernyanyi sumbang. Pantas saja semua orang melihatnya, wanita itu selalu tahu bagaimana membuat Jacob semakin malu."Lydia!" hardiknya saat memasuki ruangan. Wanita itu menoleh pelan sambil mengikir kukunya."Ya?" Dia tersenyum manis, dia memang sudah sengaja datang pagi-pagi, da
"Kecoa…, dia malah mengikutiku, usir dia Jacob!" teriaknya panik sambil mengintip dari balik jas Jacob.Tapi saat Jacob bergerak mau menangkap, kecoa itu malah berlari mendekati mereka, dengan panik Lydia segera naik ke dalam gendongan punggung Jacob. Wanita ini benar-benar penakut, Jacob mendengus kesal."Jacob, kecoanya malah kesini!" Dia panik dan hampir menangis ketakutan. Lydia memang sangat takut dengan kecoa, bahkan kebanyakan mimpi buruknya pun tentang kecoa.Jacob segera memukul kecoa itu dengan sepatu, yang entah bagaimana ada sebelah di sampingnya. Memang Jacob menyadari rumahnya berantakan sekali. Setelah kecoa malang itu mati, Lydia baru berani turun dari punggung Jacob."Aku takut kecoa," gumamnya pelan, Jacob mendengus geli. Tak perlu diberi tahu, Jacob juga sudah tahu dia sangat takut dengan kecoa, bahkan pingsan kemarin juga karena kecoa."Rumahmu sih ko
Jacob agak menyesal menanyakan masalah kencan tadi kepada Lydia. Menurut perjanjian mereka jika salah satu dari mereka berdua meminta kencan, maka yang lain harus setuju, aish dan sialnya pasal itu berasal dari Jacob sendiri. Dia memandang mata bulat yang mencemooh di hadapannya. Dia tidak akan memberi kepuasan buat wanita itu untuk mencelanya."Oke, kamu mau kemana sayang?" tanya Jacob dengan sinis, dia ada meeting malam ini dengan New York, sebaiknya kencan bohongan ini segera selesai sehingga dia bisa lanjut meeting nantinya."Hmm, surprise me," desah Lydia menggoda Jacob yang yang langsung mendengus kesal."Oke, aku akan membawamu ke tempat spesial." Namun dengan cara Jacob berbicara, Lydia menjadi curiga, pasti nanti dia akan tersiksa.Lydia langsung berulah, wanita menyebalkan itu bersikeras untuk pulang, agar bisa berdandan spesial untuk kencan pertama mereka. Dengan penuh emosi, Jacob mengantarkan Lydia, dan
Selesai makan, Jacob mengajak Lydia ke beranda, sehingga mereka dapat melihat langsung lampu-lampu indah kota Jakarta sepanjang pandangan mereka. Angin malam kota Jakarta langsung menyambut mereka, udaranya terasa dingin, karena hampir hujan.Lydia sebenarnya menyukai pemandangan indah ini, tapi dia pura-pura tak peduli, dia mengangkat tinggi-tinggi hidungnya seakan jijik dengan udara di luar. Dia sengaja memasang wajah bosan, agar terus membuat Jacob gusar. Jacob menatapnya dengan menyesal, seharusnya memang besok baru kencan, di saat Jacob sudah menyiapkan semua dengan sempurna.Ketika dalam keadaan mendadak begini, Jacob hanya teringat restoran kesukaannya, tapi sepertinya Lydia tidak menyukainya. Lydia baru mau mengambil foto saat Jacob mendesah kesal lalu mengajaknya masuk."Kalau kamu begitu sengsara, ya sudah ayo kita pulang." Lelaki itu langsung berjalan mendahului Lydia untuk membayar. Dengan terkejut Lydia mengikuti
Malu, tapi tetap harus ke kantor, seperti itulah yang dirasakan Lydia. Dia kemarin hanya bisa diam saat harus dipapah oleh Jacob masuk ke rumah. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, hanya bertanya dia mau diantar ke sofa atau ke kamarnya. Lydialangsung menunjuk ke sofa putihnya, jangan sampai pria itu masuk lagi ke kamarnya. Jacob meletakkan Lydia dengan lembut lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang seksi, membuat mata Lydia tak berkedip. Saat pandangan mereka bertemu Lydia langsung membuang wajahnya, pura-pura tidak melihat."Kalau sudah cukup manja-manjanya, aku mau pulang, gara-gara kamu, meetingku kacau-balau, dan akan diulang besok!" Lalu dia pergi seperti angin kencang melewati pintu."Aish, siapa juga yang mau manja-manjaan sama dia, kaki Lydia memang sakit kok!" Lydia melempar sebuah bantal ke arah pintu saat tiba-tiba Jacob kembali masuk, wajahnya yang terkena lemparan bantal sofa tak akan Lydia lupakan. Dia menahan tawanya, sesa
Lydia menatap perutnya yang datar lalu menatap foto hitam yang dokter itu berikan kepadanya. Dokter itu malah menatap Jacob dan Lydia dengan bingung.“Lho, kenapa? Kalian tidak mau anak ini, usianya sudah 6 minggu, sudah 1 bulan 2 minggu umurnya. Dia bayi yang sehat, walau mungil.” Lydia menatap Jacob dengan tidak percaya. “Dia hamil. Dia sungguh hamil!” pikirnya dalam hati.Jacob segera menarik Lydia dan menciumnya di seluruh wajahnya, sampai dokter ikut tertawa.“Saya pikir kalian sudah tahu?” ujarnya tertawa melihat reaksi Jacob.“Bayinya perempuan kan dok ?” Dokter tertawa lagi,“Tunggu ya, di bulan ke-4 bar
"Papa terus menunggu kalian kembali bersama, tapi kalian tak pernah kembali, karena itu, papa harus membuat ini.""Ini apa?" Lydia bingung."ANZ tidak mengalami penipuan pajak, semua itu hanya buatan," jawab Adam pelan, sambil menunduk meminta maaf pada Jacob.Lydia dan Jacob segera berpandangan dengan bingung."Maksudnya bagaimana, Adam?" tanya Jacob meminta penjelasan. Papa Kurnia kembali menepuk pundak Jacob."Papa yang meminta Adam melakukan ini semua,— semua penggelapan pajak, itu hanya rekayasa, penangkapan papa semua itu hanya buatan, agar Lydia kembali ke Jakarta. Sebenarnya, papa pikir papa haru
“Kenapa, mau coba lagi?” tanya Jacob bersemangat, yang langsung ditimpuk bantal oleh istrinya. Jacob tertawa menangkap bantal itu lalu menarik Lydia dalam pelukannya.“Kenapa, kamu tidak mau?” Jacob kembali memainkan jarinya di perut Lydia yang rata. Wanita itu bangkit miring ke arah suaminya, rambutnya yang panjang jatuh cantik di pundaknya sebelah kanan. Jacob kembali terpesona akan kecantikan alami istrinya.“Walau badanmu berubah aku akan tetap mencintaimu,” guman Jacob mendongak dan mengecup ujung hidung istrinya. Wanita itu mendengus kesal, “Apakah dia serius berpikir aku sedangkal itu?” sungut Lydia dalam hati.“Bukannya tak mau, tapi apakah aku bisa menjadi ibu yang baik, mengurus anak, membesa
Mata Lydia dan Jacob serempak membulat karena kaget. Papa Kurnia segera melenggang keluar dari pintu tahanan dengan seenaknya. Dia hanya melambai pada penjaga dan pria itu membuka pintu sehingga pria tua itu bisa mendekati anaknya. Dia menarik Lydia dalam pelukannya. Lalu Jacob juga. Karena terlalu bingung mereka hanya bisa terdiam dalam pelukan pria itu. “Ah papa kangen sekali dengan kalian,” ucapnya sambil menatap Lydia lalu Jacob. “Mana salad roll papa? Papa mau makan.” Lydia dengan bingung memberikan kantong plastik itu ke papanya, dan pria itu segera mengeluarkan salad rollnya dan membuka bungkusnya. “Ayo kita ke ruangan Pak Rangga,” ucapnya dengan mulut penuh salad. Pria itu berjalan dengan santai seakan kantor
Lydia tidak dapat menahan amarahnya lagi, dia bukan lagi menampar mulut tidak beradab itu tapi mengepalkan tangannya dan menonjok wajah jelek di hadapannya dengan sekuat tenaga. "TUTUP MULUTMU JELEK!" jeritnya dengan sekuat tenaga, Ava terpelanting tersungkur jatuh di kaki Lydia, dia kembali maju dan saat Lydia mau menendang Ava, Cleon masuk dan menahannya. "Biarkan aku, Cleon, mulutnya mau aku kasih sabun!" teriaknya memberontak. Tapi Cleon menariknya segera dan membawanya ke keluar dari toilet. Jacob berlari keluar saat mendengar suara istrinya memekik. Dengan panik dia mencari Lydia yang sedang memberontak dalam pelukan Cleon.
Ava tidak percaya kalau Jacob sudah dipecat dengan semudah itu. Dan menurut informannya, pria itu bahkan tidak melakukan perlawanan. Ava akan membantunya, Dia akan membantu Jacob kembali menjadi CEO, dengan itu akhirnya pria itu menyadari betapa besarnya cintanya kepada pria itu dan mereka akhirnya bisa kembali bersatu.Tapi betapa kagetnya saat pintu lift terbuka, dia melihat wanita brengsek itu ada lagi di hadapannya, bukankah wanita itu sudah disingkirkan kemarin, kenapa dia bisa muncul kembali? Ava mendesis kesal dalam hatinya.“Ah Ava, apa kabar? Kamu terlihat cantik,” puji Lydia menatap Ava yang mengenakan baju persis Lydia dulu. Wanita itu mengkopi bajunya persis. Sejak kembali ke Korea lalu kembali ke Jakarta sekarang, gaya Lydia berubah. Dia lebih dewasa dan bijaksana memilih baju. Dia menghilangkan kegilaannya a
“Sayang? Lydia?” panggilnya lagi, kembali masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia teringat akan teleponnya, tapi saat dia memanggil telepon Lydia, deringnya terdengar di kamar mandi. Dengan heran dia langsung menuju kamar mandi. Istrinya dengan bingung menatapnya. Wanita itu berdiri hendak mengangkat handphonenya yang berdering.“Kamu ngapain telepon aku?” tanyanya bingung, badannya masih penuh sabun. Wanita itu kembali meletakkan handphonenya di lemari handuk lalu dia segera kembali berjalan ke arah Jacuzzi. Tapi Jacob segera menariknya dan memeluknya erat-erat.“Aku pikir aku kehilanganmu!” ucapnya dengan penuh emosi, dia memeluk tubuh Lydia yang basah tanpa peduli lalu menciumnya dengan sepenuh hati.“Jacob, ada apa sih?&rd
Jacob tiba-tiba saja sudah kembali di atas Lydia, menidihnya sehingga Lydia memekik kegirangan. Hanya 1 hari Lydia dapat bertahan, konyol sekali, Dia memandang wajah tampan suaminya dengan susah payah, karena hentakan demi hentakan yang Jacob berikan membuat Lydia tidak dapat berkonsentrasi, dia tadi sedang berpikir apa? Tapi inti tubuhnya terus memberikannya sensasi yang luar biasa, entahlah apa yang dia pikirkan tadi, dia hanya ingin selalu bersama suaminya, setelah mendengar pengakuannya tadi, Lydia tidak mau lagi berpura-pura. “Aku mencintai pria ini, sangat mencintainya,” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang mau keluar, tapi dia tak dapat menahannya lagi.“Ja...cob,” pekiknya saat Jacob menyentuh bagian atas dirinya dan memuntirnya dengan tanpa ampun.“Sakit? Ta
“Kamu luar biasa sayang, aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ucap Jacob mendesah sambil mulai mengelusnya di sana. Lydia terkesiap dan membuka matanya. Mereka kembali bertatapan, Jacob mengelus pipi Lydia lagi sambil menundukan wajahnya. Saat bibir mereka bertemu, erangan yang dari tadi Lydia coba tahan akhirnya terlepas. Mereka terjatuh di atas tempat tidur di belakang mereka. Jacob langsung mengambil posisi dan melepaskan bra yang sudah terbuka tadi ke lantai.Lydia tersenyum manja lalu mulai melepaskan kancing demi kancing kemeja suaminya, dasinya entah di mana, dia kah yang membukanya? Atau suaminya kah? Dia sudah tidak ingat, karena kecupan pria itu sangat nyata membuat tubuhnya menggeliat dengan nikmat di atas tempat tidur. Jemarinya dengan susah payah melepaskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Saat akhirnya terlepas, Lydia meletakkan tangannya di perut suaminya ya