Lydia seketika merasa lega saat Jacob keluar, namun tetap tak mau ke mejanya. Kenapa dia harus duduk di meja jelek itu? Baguslah Jacob mengejar wanita itu, kalau dari gelagatnya, sepertinya wanita itu menyukai Jacob. Dia mendengus sambil kembali mengangkat kakinya di meja, ambil foto dan segera post dulu di IG, "Sedang menikmati bangku CEO," ketiknya dengan semangat.
Lalu muncul tiba-tiba undangan untuk join meeting di layar laptop. "Apa yang harus dilakukan, join atau tidak ya? Laptop terus berbunyi, dan berkedip, Aish… Jacob ke mana sih?"
Dia tersenyum lalu meng-klik join. CEO, Lydia pasti bisa.
"Ava, kamu mau kemana? Tunggu sebentar," panggil Jacob, rambut sebahunya bergoyang saat dia berjalan cepat. Wanita itu berputar dengan wajah bingung.
"Maaf, aku harusnya tadi mengetuk dulu pintunya juga tidak terkunci, jadi aku langsung masuk saja."
"Kenapa kamu harus ketuk pintu segala, nggak ada apa-apa kok." Ava memandang wajah tampan Jacob dengan hati bergetar. "Benarkah gosip yang beredar, kalau Jacob membawa pacar menjadi asistennya? Sejak kapan dia punya pacar?" tanya Ava dalam hati.
"Aku cuma mau tanya untuk design ini, lebih baik latar belakangnya biru atau hijau?" Jacob mengambil kertas yang Ava tunjukan, dan mengamatinya.
"Hmm, bagaimana jika kombinasi, seperti abstrak?" Ava tersenyum cerah kepadanya, memang bertanya kepada Jacob tidak pernah mengecewakan, dia selalu mempunyai jawaban di luar bayangan orang lain.
Ava, sahabat Jacob sejak kuliah, wanita itu cantik dan pintar sejak dahulu. Jacob berteman dengan Ava guna mendapatkan catatan kuliahnya yang lengkap, karena Ava juga dia bisa masuk ke PT. Kelley.
Siang ini dia mengenakan rok biru muda selutut dengan kemeja kerja putih bergaris halus dengan aksen pita di kancing paling atas. Sopan dan sebenarnya agak membosankan, berkebalikan dengan wanita yang sedang ada di ruangan Jacob sekarang.
"Oke, kalau gitu aku …,-*" ucapannya terpotong dengan pekikan manja dari belakang Jacob.
"Jacob, tadi aku kan mau buka laptop biar bagus di foto IG-ku, eh tiba-tiba ada undangan meeting, tentunya aku join, tapi orang-orang nggak jelas itu malah terus bertanya kepadaku, menyebalkan sekali!" Lydia melangkah dengan pelan penuh percaya diri mendekati Jacob, namun matanya langsung menilai pacar Jacob.
Kuno sekali, sekarang kemeja dengan aksen pita sudah tidak lagi menjadi pilihan, sangat 'last season', roknya juga terlalu biasa. "Masa karyawan perusahaan kosmetik memakai baju nggak stylish seperti ini sih?" kritiknya dalam hati. Begitu Lydia naik jadi CEO nanti, dia akan melakukan seleksi penampilan, karyawannya harus terlihat bonafit.
"Kamu apa!" hardik Jacob marah, matanya langsung menusuk tajam ke arah Lydia. Tanpa sadar karena terlalu marah dia menarik tangan Lydia segera dan membawanya kembali ke ruangannya. Ava menatap Jacob yang seenaknya saja menggandeng Lydia, selama bersahabat dengan Jacob, Ava tidak pernah digandengnya.
Tentu saja meeting sudah di mulai, dan Jacob menjadi ketinggalan berbagai pembahasan, dengan kesal dia memohon maaf karena asistennya yang baru, begitu bodoh untuk menekan tombol 'join'. Andai Lydia bukan anak bosnya, Jacob akan mengusir wanita itu saat itu juga.
Lydia tidak mengerti mengapa Jacob begitu marah sampai harus menyeretnya masuk dengan kasar. Sekilas terlihat pancaran kemarahan Jacob, di saat pandangan mereka bertemu. "Memang rapat sama siapa sih segitu takutnya, CEO kok takut sama orang lain?" pikirnya kesal.
Lydia mau tak mau terus memperhatikan dan bertanya - tanya dalam hati, bukankah ini perusahaan make-up? kenapa malah membicarakan limbah? Lydia memperhatikan pria itu yang sedang sibuk berbicara, dia tertawa pelan, lalu terlihat ada lesung pipi halus di wajahnya.
Hmm, kalau lagi seperti ini, Lydia harus mengakui kalau dia memang ganteng. Hidung tinggi dengan alis tebal, dan tadi saat dia menyentuh wajahnya, bulu matanya pun lentik. Dengan bibir penuh…dan pintar mencium. Aish, apa yang barusan dia pikirkan, kenapa tiba-tiba dia jadi memikirkan ciuman pria itu? Tadi pagi itu kesalahan, tidak boleh diulang lagi. Dia lalu mengeluarkan sisirnya dan mulai menyisir, rambutnya jadi kusut karena Jacob menariknya tadi.
Jacob akhirnya bisa menyusul pembicaraan di meeting dengan pihak Singapura dengan tidak terlalu banyak masalah, pihak Singapura menganggap tindakan Lydia tadi lucu. "Apanya yang lucu?" keluhnya dalam hati, wanita ini, tadi benar-benar membuat amarah Jacob naik sampai ubun-ubun.
Tanpa sadar dia melirik ke arah wanita itu, yang sedang asyik sisiran. Rambutnya memang indah, tebal dan coklat. Jacob teringat keharumannya saat dia meletakkan tubuh Lydia semalam yang tak berdaya karena seekor kecoa.
Setelah menyisir, wanita itu memakai lipstik. "Cih, berlebihan, tak usah ditambah, bibirnya masih merah…menggairahkan." pikir Jacob tanpa sadar membayangkan lagi ciuman mereka tadi pagi. Maksudnya untuk menjerat Lydia, tapi malah dia yang mengulang kembali di kepalanya. "Astaga, apa yang barusan dia pikirkan?"
Lydia mengantuk sekali. Setelah insiden tadi, Jacob mendiamkan dirinya. Padahal Lydia sudah sengaja menghela napas keras-keras, agar Jacob tahu betapa bosannya dia. Tapi pria kaku seperti tiang listrik itu, pura-pura tak dengar sampai akhirnya Lydia jatuh ke alam mimpi.
Merasa puas dengan pekerjaan hari ini, selain meeting online yang dikacaukan Lydia, Jacob meregangkan tubuhnya sambil berdiri lalu melangkah mengintip wanita itu.
Lydia tertidur dengan cermin di tangannya, dasar narsis sekali. Kalau tertidur seperti ini dia terlihat tidak begitu menyebalkan. Lalu dia melihat sekilas Ava melewati ruangannya.
"Ava!" panggilnya segera saat dia keluar dari ruangan, wanita itu menoleh dengan anggun, dan tersenyum.
"Hai, Jacob, baru mau pulang? Ava berbasa-basi sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Iya, ayo kita turun bareng, mau makan dulu nggak?" Ava tersenyum senang sambil mengangguk. Lydia terbangun saat mendengar bunyi mesin penyedot debu. Dia menatap kaget kursi kosong CEO, kemana Jacob. Dia segera bangun dan melihatnya sedang bersama Ava.
"Jacob!" panggilnya kesal. Pria itu menoleh dengan wajah terganggu.
"Apa?"
"Ish, sudah membiarkannya sendirian di ruangan gelap, sekarang gayanya malah seperti Lydia sedang mengganggunya, dasar brengs*k!" gerutu Lydia dalam hati dengan kesal.
"Kenapa kamu nggak bangunin aku," ujarnya menatapnya sinis. Ava terkejut karena wanita ini bisa begitu manja dengan Jacob.
"Siapa suruh kamu join meeting tadi," Jacob mendekati Lydia, emosinya yang belum selesai tadi kembali muncul. Wanita itu mundur terintimidasi oleh besar tubuhnya Jacob yang mendominasi. Tapi Jacob terus mendekatinya. Ava lebih terkejut lagi, karena kali ini Jacob yang bersikap kekanak-kanakan.
"Ish, kan aku harus belajar jadi,-" Jacob kembali menarik tangannya dan tanpa sadar malah meninggalkan Ava.
Jacob menarik wanita itu sampai masuk ke lift. Lydia dengan kesal memegang pergelangan tangannya yang sakit."Kenapa kamu menarikku lagi! Sakit tau!" Lydia menunjukkan tangannya yang memerah. Jacob hanya mendengus dan melihat ke arah kamera lift. Kalau dia mencengkramnya karena kesal, tidak ada yang boleh tahu. Dia sangat kewalahan mengontrol Lydia, dia tidak seperti Ava yang tertebak isi kepalanya, apa yang Lydia lakukan benar-benar di luar kewajaran."Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi ya, kamu bukan CEO, kamu asisten." ujar Jacob ketus."Cih," Lydia berjalan cepat menuju mobilnya dengan perasaan mendongkol. Tapi saat dia hendak masuk ke mobilnya, Jacob ternyata mengikutinya."Apa lagi?" Lydia terkejut karena Jacob sudah berada dekat sekali dengannya."Kita harus bicara," Jacob seenaknya lagi menarik tangannya. Kenapa dia selalu harus menggandeng tangannya? Dan kenapa Lydia selalu me
Jacob selalu bangun jam 6 tepat, olahraga lalu mandi. Hidupnya harus terjadwal karena dia seorang yang sangat sibuk. Dengan penuh kebanggaan, Jacob menatap wajahnya yang tampan. Hari ini dia akan lebih memanfaatkan wajahnya, mengingat tadi malam dia sukses mencuri sebuah kecupan lagi darinya, sepertinya tidak perlu 20 kali, Lydia Kurnia sudah jatuh dalam pelukannya.Jacob langsung menuju kantornya. Saat dia lewat, ada tatapan dan bisik-bisik menyebalkan, lalu saat dia semakin dekat ke kantornya, dia tahu mengapa semua karyawannya memperhatikannya.Ternyata wanita itu sudah ada di kantornya dan dia memasang lagu korea kencang-kencang sambil bernyanyi sumbang. Pantas saja semua orang melihatnya, wanita itu selalu tahu bagaimana membuat Jacob semakin malu."Lydia!" hardiknya saat memasuki ruangan. Wanita itu menoleh pelan sambil mengikir kukunya."Ya?" Dia tersenyum manis, dia memang sudah sengaja datang pagi-pagi, da
"Kecoa…, dia malah mengikutiku, usir dia Jacob!" teriaknya panik sambil mengintip dari balik jas Jacob.Tapi saat Jacob bergerak mau menangkap, kecoa itu malah berlari mendekati mereka, dengan panik Lydia segera naik ke dalam gendongan punggung Jacob. Wanita ini benar-benar penakut, Jacob mendengus kesal."Jacob, kecoanya malah kesini!" Dia panik dan hampir menangis ketakutan. Lydia memang sangat takut dengan kecoa, bahkan kebanyakan mimpi buruknya pun tentang kecoa.Jacob segera memukul kecoa itu dengan sepatu, yang entah bagaimana ada sebelah di sampingnya. Memang Jacob menyadari rumahnya berantakan sekali. Setelah kecoa malang itu mati, Lydia baru berani turun dari punggung Jacob."Aku takut kecoa," gumamnya pelan, Jacob mendengus geli. Tak perlu diberi tahu, Jacob juga sudah tahu dia sangat takut dengan kecoa, bahkan pingsan kemarin juga karena kecoa."Rumahmu sih ko
Jacob agak menyesal menanyakan masalah kencan tadi kepada Lydia. Menurut perjanjian mereka jika salah satu dari mereka berdua meminta kencan, maka yang lain harus setuju, aish dan sialnya pasal itu berasal dari Jacob sendiri. Dia memandang mata bulat yang mencemooh di hadapannya. Dia tidak akan memberi kepuasan buat wanita itu untuk mencelanya."Oke, kamu mau kemana sayang?" tanya Jacob dengan sinis, dia ada meeting malam ini dengan New York, sebaiknya kencan bohongan ini segera selesai sehingga dia bisa lanjut meeting nantinya."Hmm, surprise me," desah Lydia menggoda Jacob yang yang langsung mendengus kesal."Oke, aku akan membawamu ke tempat spesial." Namun dengan cara Jacob berbicara, Lydia menjadi curiga, pasti nanti dia akan tersiksa.Lydia langsung berulah, wanita menyebalkan itu bersikeras untuk pulang, agar bisa berdandan spesial untuk kencan pertama mereka. Dengan penuh emosi, Jacob mengantarkan Lydia, dan
Selesai makan, Jacob mengajak Lydia ke beranda, sehingga mereka dapat melihat langsung lampu-lampu indah kota Jakarta sepanjang pandangan mereka. Angin malam kota Jakarta langsung menyambut mereka, udaranya terasa dingin, karena hampir hujan.Lydia sebenarnya menyukai pemandangan indah ini, tapi dia pura-pura tak peduli, dia mengangkat tinggi-tinggi hidungnya seakan jijik dengan udara di luar. Dia sengaja memasang wajah bosan, agar terus membuat Jacob gusar. Jacob menatapnya dengan menyesal, seharusnya memang besok baru kencan, di saat Jacob sudah menyiapkan semua dengan sempurna.Ketika dalam keadaan mendadak begini, Jacob hanya teringat restoran kesukaannya, tapi sepertinya Lydia tidak menyukainya. Lydia baru mau mengambil foto saat Jacob mendesah kesal lalu mengajaknya masuk."Kalau kamu begitu sengsara, ya sudah ayo kita pulang." Lelaki itu langsung berjalan mendahului Lydia untuk membayar. Dengan terkejut Lydia mengikuti
Malu, tapi tetap harus ke kantor, seperti itulah yang dirasakan Lydia. Dia kemarin hanya bisa diam saat harus dipapah oleh Jacob masuk ke rumah. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, hanya bertanya dia mau diantar ke sofa atau ke kamarnya. Lydialangsung menunjuk ke sofa putihnya, jangan sampai pria itu masuk lagi ke kamarnya. Jacob meletakkan Lydia dengan lembut lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang seksi, membuat mata Lydia tak berkedip. Saat pandangan mereka bertemu Lydia langsung membuang wajahnya, pura-pura tidak melihat."Kalau sudah cukup manja-manjanya, aku mau pulang, gara-gara kamu, meetingku kacau-balau, dan akan diulang besok!" Lalu dia pergi seperti angin kencang melewati pintu."Aish, siapa juga yang mau manja-manjaan sama dia, kaki Lydia memang sakit kok!" Lydia melempar sebuah bantal ke arah pintu saat tiba-tiba Jacob kembali masuk, wajahnya yang terkena lemparan bantal sofa tak akan Lydia lupakan. Dia menahan tawanya, sesa
Lydia yang hari ini memakai rok lipit mini berwarna merah muda kembali menuju ke mesin fotokopi. "Kemana pria culun tadi, yang sudah terpesona dengan kerlingan matanya? Dia harus kembali membantu memfotokopi dokumen ini 2 kali lagi," Lydia berharap dalam hati. Tapi semua karyawan sudah kembali ke kursinya.Dengan susah payah dia mengingat-ingat apa yang dikatakan pria itu tadi, karena sejujurnya yang ada di kepalanya saat tadi dijelaskan adalah kenyataan kalau Jacob dan Ava adalah teman dari kuliah, pantas mereka akrab.Dengan sok tahu dia mulai meletakkan dokumen dan memencet tombol secara asalan. Mesin berdengung dan mulai mengeluarkan hasilnya, tapi ternyata Lydia terbalik memasukkannya, sehingga hasilnya hanya putih saja, dia melakukan berbagai percobaan sampai akhirnya dia berhasil membuat satu rangkap dokumen itu."Aish, aku tidak pantas untuk mengerjakan ini, tugasku adalah menentukan warna kosmetik terbaru yang keluar,
Lydia terkejut menatap mata lembut Jacob di hadapannya, jantungnya seketika berpacu, karena nyatanya baru saja dia bermimpi bercumbu dengan pria yang di hadapannya. Dia menahan napasnya."Bangun, sudah waktunya pulang." Dia terperangah sekaligus terpesona, sungguh Jacob adalah pria yang tampan. Tapi berkebalikan dengan apa yang dia katakan, Jacob malah mendekatinya, dan langsung menciumnya dengan lembut, "Oh… rasanya bahkan lebih baik daripada apa yang dia impikan tadi." pikirnya larut dalam permainan bibir Jacob.Ciumannya lembut dibandingkan ciuman yang pertama, yang cenderung memaksa, kali ini Lydia merasakan adanya emosi yang membuatnya langsung luluh dan menyambut ciuman Jacob. Matanya kembali menutup dan menikmati ciuman mereka yang pertama kali. Iya, Lydia akan menganggap ciuman ini yang pertama kali, yang kemarin hanya teaser, cuplikan.Ciuman ini yang sebenarnya.Lydia memperdalam ciumannya, dan
Lydia menatap perutnya yang datar lalu menatap foto hitam yang dokter itu berikan kepadanya. Dokter itu malah menatap Jacob dan Lydia dengan bingung.“Lho, kenapa? Kalian tidak mau anak ini, usianya sudah 6 minggu, sudah 1 bulan 2 minggu umurnya. Dia bayi yang sehat, walau mungil.” Lydia menatap Jacob dengan tidak percaya. “Dia hamil. Dia sungguh hamil!” pikirnya dalam hati.Jacob segera menarik Lydia dan menciumnya di seluruh wajahnya, sampai dokter ikut tertawa.“Saya pikir kalian sudah tahu?” ujarnya tertawa melihat reaksi Jacob.“Bayinya perempuan kan dok ?” Dokter tertawa lagi,“Tunggu ya, di bulan ke-4 bar
"Papa terus menunggu kalian kembali bersama, tapi kalian tak pernah kembali, karena itu, papa harus membuat ini.""Ini apa?" Lydia bingung."ANZ tidak mengalami penipuan pajak, semua itu hanya buatan," jawab Adam pelan, sambil menunduk meminta maaf pada Jacob.Lydia dan Jacob segera berpandangan dengan bingung."Maksudnya bagaimana, Adam?" tanya Jacob meminta penjelasan. Papa Kurnia kembali menepuk pundak Jacob."Papa yang meminta Adam melakukan ini semua,— semua penggelapan pajak, itu hanya rekayasa, penangkapan papa semua itu hanya buatan, agar Lydia kembali ke Jakarta. Sebenarnya, papa pikir papa haru
“Kenapa, mau coba lagi?” tanya Jacob bersemangat, yang langsung ditimpuk bantal oleh istrinya. Jacob tertawa menangkap bantal itu lalu menarik Lydia dalam pelukannya.“Kenapa, kamu tidak mau?” Jacob kembali memainkan jarinya di perut Lydia yang rata. Wanita itu bangkit miring ke arah suaminya, rambutnya yang panjang jatuh cantik di pundaknya sebelah kanan. Jacob kembali terpesona akan kecantikan alami istrinya.“Walau badanmu berubah aku akan tetap mencintaimu,” guman Jacob mendongak dan mengecup ujung hidung istrinya. Wanita itu mendengus kesal, “Apakah dia serius berpikir aku sedangkal itu?” sungut Lydia dalam hati.“Bukannya tak mau, tapi apakah aku bisa menjadi ibu yang baik, mengurus anak, membesa
Mata Lydia dan Jacob serempak membulat karena kaget. Papa Kurnia segera melenggang keluar dari pintu tahanan dengan seenaknya. Dia hanya melambai pada penjaga dan pria itu membuka pintu sehingga pria tua itu bisa mendekati anaknya. Dia menarik Lydia dalam pelukannya. Lalu Jacob juga. Karena terlalu bingung mereka hanya bisa terdiam dalam pelukan pria itu. “Ah papa kangen sekali dengan kalian,” ucapnya sambil menatap Lydia lalu Jacob. “Mana salad roll papa? Papa mau makan.” Lydia dengan bingung memberikan kantong plastik itu ke papanya, dan pria itu segera mengeluarkan salad rollnya dan membuka bungkusnya. “Ayo kita ke ruangan Pak Rangga,” ucapnya dengan mulut penuh salad. Pria itu berjalan dengan santai seakan kantor
Lydia tidak dapat menahan amarahnya lagi, dia bukan lagi menampar mulut tidak beradab itu tapi mengepalkan tangannya dan menonjok wajah jelek di hadapannya dengan sekuat tenaga. "TUTUP MULUTMU JELEK!" jeritnya dengan sekuat tenaga, Ava terpelanting tersungkur jatuh di kaki Lydia, dia kembali maju dan saat Lydia mau menendang Ava, Cleon masuk dan menahannya. "Biarkan aku, Cleon, mulutnya mau aku kasih sabun!" teriaknya memberontak. Tapi Cleon menariknya segera dan membawanya ke keluar dari toilet. Jacob berlari keluar saat mendengar suara istrinya memekik. Dengan panik dia mencari Lydia yang sedang memberontak dalam pelukan Cleon.
Ava tidak percaya kalau Jacob sudah dipecat dengan semudah itu. Dan menurut informannya, pria itu bahkan tidak melakukan perlawanan. Ava akan membantunya, Dia akan membantu Jacob kembali menjadi CEO, dengan itu akhirnya pria itu menyadari betapa besarnya cintanya kepada pria itu dan mereka akhirnya bisa kembali bersatu.Tapi betapa kagetnya saat pintu lift terbuka, dia melihat wanita brengsek itu ada lagi di hadapannya, bukankah wanita itu sudah disingkirkan kemarin, kenapa dia bisa muncul kembali? Ava mendesis kesal dalam hatinya.“Ah Ava, apa kabar? Kamu terlihat cantik,” puji Lydia menatap Ava yang mengenakan baju persis Lydia dulu. Wanita itu mengkopi bajunya persis. Sejak kembali ke Korea lalu kembali ke Jakarta sekarang, gaya Lydia berubah. Dia lebih dewasa dan bijaksana memilih baju. Dia menghilangkan kegilaannya a
“Sayang? Lydia?” panggilnya lagi, kembali masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia teringat akan teleponnya, tapi saat dia memanggil telepon Lydia, deringnya terdengar di kamar mandi. Dengan heran dia langsung menuju kamar mandi. Istrinya dengan bingung menatapnya. Wanita itu berdiri hendak mengangkat handphonenya yang berdering.“Kamu ngapain telepon aku?” tanyanya bingung, badannya masih penuh sabun. Wanita itu kembali meletakkan handphonenya di lemari handuk lalu dia segera kembali berjalan ke arah Jacuzzi. Tapi Jacob segera menariknya dan memeluknya erat-erat.“Aku pikir aku kehilanganmu!” ucapnya dengan penuh emosi, dia memeluk tubuh Lydia yang basah tanpa peduli lalu menciumnya dengan sepenuh hati.“Jacob, ada apa sih?&rd
Jacob tiba-tiba saja sudah kembali di atas Lydia, menidihnya sehingga Lydia memekik kegirangan. Hanya 1 hari Lydia dapat bertahan, konyol sekali, Dia memandang wajah tampan suaminya dengan susah payah, karena hentakan demi hentakan yang Jacob berikan membuat Lydia tidak dapat berkonsentrasi, dia tadi sedang berpikir apa? Tapi inti tubuhnya terus memberikannya sensasi yang luar biasa, entahlah apa yang dia pikirkan tadi, dia hanya ingin selalu bersama suaminya, setelah mendengar pengakuannya tadi, Lydia tidak mau lagi berpura-pura. “Aku mencintai pria ini, sangat mencintainya,” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang mau keluar, tapi dia tak dapat menahannya lagi.“Ja...cob,” pekiknya saat Jacob menyentuh bagian atas dirinya dan memuntirnya dengan tanpa ampun.“Sakit? Ta
“Kamu luar biasa sayang, aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ucap Jacob mendesah sambil mulai mengelusnya di sana. Lydia terkesiap dan membuka matanya. Mereka kembali bertatapan, Jacob mengelus pipi Lydia lagi sambil menundukan wajahnya. Saat bibir mereka bertemu, erangan yang dari tadi Lydia coba tahan akhirnya terlepas. Mereka terjatuh di atas tempat tidur di belakang mereka. Jacob langsung mengambil posisi dan melepaskan bra yang sudah terbuka tadi ke lantai.Lydia tersenyum manja lalu mulai melepaskan kancing demi kancing kemeja suaminya, dasinya entah di mana, dia kah yang membukanya? Atau suaminya kah? Dia sudah tidak ingat, karena kecupan pria itu sangat nyata membuat tubuhnya menggeliat dengan nikmat di atas tempat tidur. Jemarinya dengan susah payah melepaskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Saat akhirnya terlepas, Lydia meletakkan tangannya di perut suaminya ya