Jacob selalu bangun jam 6 tepat, olahraga lalu mandi. Hidupnya harus terjadwal karena dia seorang yang sangat sibuk. Dengan penuh kebanggaan, Jacob menatap wajahnya yang tampan. Hari ini dia akan lebih memanfaatkan wajahnya, mengingat tadi malam dia sukses mencuri sebuah kecupan lagi darinya, sepertinya tidak perlu 20 kali, Lydia Kurnia sudah jatuh dalam pelukannya.
Jacob langsung menuju kantornya. Saat dia lewat, ada tatapan dan bisik-bisik menyebalkan, lalu saat dia semakin dekat ke kantornya, dia tahu mengapa semua karyawannya memperhatikannya.
Ternyata wanita itu sudah ada di kantornya dan dia memasang lagu korea kencang-kencang sambil bernyanyi sumbang. Pantas saja semua orang melihatnya, wanita itu selalu tahu bagaimana membuat Jacob semakin malu.
"Lydia!" hardiknya saat memasuki ruangan. Wanita itu menoleh pelan sambil mengikir kukunya.
"Ya?" Dia tersenyum manis, dia memang sudah sengaja datang pagi-pagi, dan membuat ulah.
"Bagaimana Jacob? Bisakah kamu mencintai wanita seperti ini?" tantangnya dalam hati. Dia berdandan ekstra spesial hari ini, jaket bulu-bulu dengan celana pendek keren dari bahan katun dan stiletto. Lydia juga akan menunjukkan bagaimana seharusnya memakai baju di perusahaan kosmetik, seharusnya penggemar Jacob banyak belajar kepadanya.
Saat mendengar pintu terbuka, Lydia langsung memasang gaya cuek. Jacob terlihat tampan dengan setelan birunya. Tapi dengan sifat yang seperti itu, Lydia bingung bagaimana wanita kaku kemarin bisa suka padanya.
"Matikan lagu konyol itu! Ini kantor bukan rumahmu." Jacob langsung menuju meja Lydia dan mencoba mematikan speaker yang terletak di meja Lydia. Sejak kapan seluruh meja itu menjadi pink bulu-bulu. Wanita ini benar-benar tidak tahu diri. Tapi dia segera menutup speaker dengan badannya yang juga penuh bulu-bulu.
"Matikan!"
"Nggak mau!" Jacob benar-benar tidak mengerti apa yang ada di kepala Lydia, dia menahan badannya sekuat tenaga untuk menutupi speakernya yang juga berwarna pink.
"Lydia ini kantor!" teriak Jacob berusaha meraih speaker pink itu.
"Iya aku tahu, ini kantorku, kantor milikku, kamu hanya pekerja disini, tapi ini perusahaan ini milikku!" ucapnya menatap mata Jacob lekat-lekat. Jacob yang tadinya mencoba meraih speaker kini menatapnya dengan kesal, dia mendekat tapi kehilangan keseimbangan karena tersandung keset bulu-bulu pink Lydia, Jacob terjatuh tanpa sadar ujung hidung mereka hampir bertemu.
Mereka bertatapan sesaat tanpa sadar keduanya menahan napas, detak jantung semakin kencang, sampai akhirnya Jacob yang duluan menarik tubuhnya sambil memaki.
"Lydia! Kamu taruh apa ini?" Mendengar teriakan Jacob, Lydia menemukan kembali suaranya yang hilang, dia segera menghindar dari tatapan Jacob.
"Karpet bulu-bulu, cantikkan." Dia tersenyum manis, Jacob yang masih berdebar kencang jantungnya segera mendengus lalu berjalan ke arah mejanya.
"Jelek, dan licin." serunya mencoba membuat jantungnya tenang. Dia bingung dengan dirinya sendiri, mengapa jadi berdebar-debar seperti itu. Lydia menahan dirinya untuk menatap Jacob, dia juga kesal karena berdebar-debar akibat orang bodoh yang tersandung dengan karpet.
Tapi yang membuat Lydia bingung, dia malah sibuk memikirkan betapa dekatnya bibir mereka tadi, dan bagaimana rasanya jika dia mencium bibir itu lagi. "Astaga apa yang baru saja dia pikirkan?" desahnya dalam hati.
Jacob bekerja dalam diam, sambil sedikit melirik ke arah Lydia, yang tiba-tiba sadar diri menurunkan volume lagunya. Dia diam seperti bingung mau melakukan apa. Jacob mendengus lalu sibuk dengan pekerjaannya. Siang ini ada tanda tangan pembaharuan kontrak dengan perusahaan packaging, daripada mengurus bayi besar, sebaiknya dia fokus pada pekerjaannya.
Karena bingung harus berbuat apa, Lydia sibuk dengan handphonenya mengambil foto hari pertamanya kerja. Walaupun dia tidak mencantumkan kalau dia sebagai asisten, hasil fotonya harus cantik. Disaat dia selesai post di IG, Lydia menatap Jacob yang bergegas pergi.
Jacob hendak pergi tanpa permisi, dia mendengus juga pura-pura tak peduli namun dia teringat perjanjian mereka semalam.
"Hoi, mau kemana?" tanyanya menatap Jacob yang sudah di depan pintu. Jacob menoleh, "Hoi? memangnya dia ayam?" pikirnya kesal.
"Meeting."
"Aku ikut." Wanita itu berdiri dan segera berada di sebelahnya. Jacob lupa perjanjian mereka semalam, kemana pun mereka pergi harus berdua, syarat yang Lydia tambahkan. Aish...dia masih kesal dengan kelakuan wanita itu tadi pagi.
"Kenapa? nggak kuat kamu bawa aku meeting? Bagaimana bisa bawa aku seumur hidupku kalau kita nanti me...ni..kah…" Lydia sengaja melambat-lambatkan bicaranya untuk membuat Jacob tidak sabar. Dia bertekad untuk membuat pria itu sebisa mungkin membencinya sehingga dia akan membuat Jacob marah.
Jacob segera menarik tangannya masuk ke dalam lift bersamanya tanpa sadar kalau Ava memperhatikan mereka berdua. Lydia memekik nyaring dengan berlebihan.
Separuh perjalanan, Jacob baru teringat ada dokumen yang tertinggal di meja makan rumahnya.
"Aish aku lupa," Jacob memaki dan segera memutar mobilnya. Dia menginjak gas dalam-dalam, Jacob harus cepat kembali ke rumah mengambil dokumen sebelum kliennya sampai.
"Kita mau kemana?" Lydia menatap keluar dengan panik karena Jacob menyetir dengan cepat sekali. Jalan di Indonesia jauh berbeda dengan jalan di Korea yang lebar-lebar.
"Ada yang aku lupa." Dia mendengus kesal lalu, kembali menekan gas sehingga mobil mengaum kencang.
Rumah Jacob tidak jauh dari kantor, namun karena jalanan macet jadi perjalanan mereka terlambat. Dengan kesal Jacob menekan klakson dan menekan gas setiap ada jalan kosong.
Dia bergegas keluar dari mobilnya tanpa memperdulikan Lydia. Dia menuju meja makannya, namun dokumen itu tidak ada, Jacob benci mengakui, kalau memang dia pelupa.
Lydia turun dari mobil penuh dengan rasa penasaran. Rumah CEO Jacob Isaac, seperti apa ya? Di kepalanya, rumah CEO harus rapi, bersih dan dingin. Namun saat dia masuk, dengan terkejut melihat rumah yang berantakan. Astaga ini rumah atau kandang ayam?
Banyak bungkus sampah, makanan instan di lantai, remahan makanan dan kue sudah mulai didatangi semut. Belum piring dan gelas kotor berserakan dimana-mana. Benar-benar jauh dari bayangan rumah CEO, padahal Jacob selalu terlihat rapi, mengapa rumahnya seperti ini?
Dia berjalan lebih jauh, menuju ruang tengah. Terdengar suara makian Jacob dari kanan Lydia, berarti disitu kamarnya. Lydia tidak mengerti, mengapa dia sangat ingin tahu tentang pria itu. Dia menatap ke dapur yang juga penuh dengan sisa makanan instan dan piring kotor.
Astaga, Jacob Isaac adalah seorang yang jorok sekali! Bahkan ada baju kotornya semalam di lantai ruang tengah. Mantan-mantan pacar Lydia juga banyak yang tinggal sendiri, namun tidak ada sejorok Jacob. Lydia lalu tertegun sendiri dengan pikirannya, kenapa juga dia harus membandingkan Jacob dengan para mantannya?
Dia semakin mendekati kamar Jacob, bunyi makian itu hilang, dan dia keluar dengan dasi bengkok. Jacob mencari dokumen dengan panik sehingga bajunya jadi berantakan. Dengan refleks, Lydia datang dan membenarkan dasinya.
"Heran, pakai dasi aja ga bisa lurus," ujarnya merapikan, lalu menarik jasnya sehingga Jacob terkejut. Setelah rapih, Lydia tanpa sadar tersenyum.
"Hmm, … terima kasih," ucap Jacob kikuk, jantungnya seketika berdebar karena merasakan sentuhan lembut Lydia di dadanya, dan saat dia tersenyum seperti itu, dia harus mengakui, Lydia memang wanita yang cantik.
Mendengar ucapan terima kasih dari Jacob menyadarkan Lydia akan apa yang barusan dia lakukan. "Bodohnya" batin Lydia malu, bisa-bisanya dia melakukan itu lalu melirik Jacob dengan angkuh, bergaya demi menghilangkan malunya.
"Yah… aku tak bisa membiarkan orang yang berantakan berjalan bersamaku." Dia mengangkat dagunya dan memutar tumitnya bermaksud berjalan anggun menuju mobil kembali, tapi rumah yang jorok itu mengundang serangga lain, selain semut.
Ada seekor kecoa besar berjalan keluar dari bungkus makanan sisa. Entah kenapa saat Lydia dan kecoa itu saling bertatapan, kecoa brengs*k itu malah mendekati kaki Lydia. Dia langsung melupakan akting anggunnya dan berlari ke arah Jacob dan memeluknya dari belakang, ketakutan.
Debar jantung Jacob yang belum pulih karena sentuhan lembut Lydia tadi kembali berdebar lebih cepat lagi, karena kali ini wanita itu benar-benar memeluknya erat-erat.
"Kecoa…, dia malah mengikutiku, usir dia Jacob!" teriaknya panik sambil mengintip dari balik jas Jacob.Tapi saat Jacob bergerak mau menangkap, kecoa itu malah berlari mendekati mereka, dengan panik Lydia segera naik ke dalam gendongan punggung Jacob. Wanita ini benar-benar penakut, Jacob mendengus kesal."Jacob, kecoanya malah kesini!" Dia panik dan hampir menangis ketakutan. Lydia memang sangat takut dengan kecoa, bahkan kebanyakan mimpi buruknya pun tentang kecoa.Jacob segera memukul kecoa itu dengan sepatu, yang entah bagaimana ada sebelah di sampingnya. Memang Jacob menyadari rumahnya berantakan sekali. Setelah kecoa malang itu mati, Lydia baru berani turun dari punggung Jacob."Aku takut kecoa," gumamnya pelan, Jacob mendengus geli. Tak perlu diberi tahu, Jacob juga sudah tahu dia sangat takut dengan kecoa, bahkan pingsan kemarin juga karena kecoa."Rumahmu sih ko
Jacob agak menyesal menanyakan masalah kencan tadi kepada Lydia. Menurut perjanjian mereka jika salah satu dari mereka berdua meminta kencan, maka yang lain harus setuju, aish dan sialnya pasal itu berasal dari Jacob sendiri. Dia memandang mata bulat yang mencemooh di hadapannya. Dia tidak akan memberi kepuasan buat wanita itu untuk mencelanya."Oke, kamu mau kemana sayang?" tanya Jacob dengan sinis, dia ada meeting malam ini dengan New York, sebaiknya kencan bohongan ini segera selesai sehingga dia bisa lanjut meeting nantinya."Hmm, surprise me," desah Lydia menggoda Jacob yang yang langsung mendengus kesal."Oke, aku akan membawamu ke tempat spesial." Namun dengan cara Jacob berbicara, Lydia menjadi curiga, pasti nanti dia akan tersiksa.Lydia langsung berulah, wanita menyebalkan itu bersikeras untuk pulang, agar bisa berdandan spesial untuk kencan pertama mereka. Dengan penuh emosi, Jacob mengantarkan Lydia, dan
Selesai makan, Jacob mengajak Lydia ke beranda, sehingga mereka dapat melihat langsung lampu-lampu indah kota Jakarta sepanjang pandangan mereka. Angin malam kota Jakarta langsung menyambut mereka, udaranya terasa dingin, karena hampir hujan.Lydia sebenarnya menyukai pemandangan indah ini, tapi dia pura-pura tak peduli, dia mengangkat tinggi-tinggi hidungnya seakan jijik dengan udara di luar. Dia sengaja memasang wajah bosan, agar terus membuat Jacob gusar. Jacob menatapnya dengan menyesal, seharusnya memang besok baru kencan, di saat Jacob sudah menyiapkan semua dengan sempurna.Ketika dalam keadaan mendadak begini, Jacob hanya teringat restoran kesukaannya, tapi sepertinya Lydia tidak menyukainya. Lydia baru mau mengambil foto saat Jacob mendesah kesal lalu mengajaknya masuk."Kalau kamu begitu sengsara, ya sudah ayo kita pulang." Lelaki itu langsung berjalan mendahului Lydia untuk membayar. Dengan terkejut Lydia mengikuti
Malu, tapi tetap harus ke kantor, seperti itulah yang dirasakan Lydia. Dia kemarin hanya bisa diam saat harus dipapah oleh Jacob masuk ke rumah. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, hanya bertanya dia mau diantar ke sofa atau ke kamarnya. Lydialangsung menunjuk ke sofa putihnya, jangan sampai pria itu masuk lagi ke kamarnya. Jacob meletakkan Lydia dengan lembut lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang seksi, membuat mata Lydia tak berkedip. Saat pandangan mereka bertemu Lydia langsung membuang wajahnya, pura-pura tidak melihat."Kalau sudah cukup manja-manjanya, aku mau pulang, gara-gara kamu, meetingku kacau-balau, dan akan diulang besok!" Lalu dia pergi seperti angin kencang melewati pintu."Aish, siapa juga yang mau manja-manjaan sama dia, kaki Lydia memang sakit kok!" Lydia melempar sebuah bantal ke arah pintu saat tiba-tiba Jacob kembali masuk, wajahnya yang terkena lemparan bantal sofa tak akan Lydia lupakan. Dia menahan tawanya, sesa
Lydia yang hari ini memakai rok lipit mini berwarna merah muda kembali menuju ke mesin fotokopi. "Kemana pria culun tadi, yang sudah terpesona dengan kerlingan matanya? Dia harus kembali membantu memfotokopi dokumen ini 2 kali lagi," Lydia berharap dalam hati. Tapi semua karyawan sudah kembali ke kursinya.Dengan susah payah dia mengingat-ingat apa yang dikatakan pria itu tadi, karena sejujurnya yang ada di kepalanya saat tadi dijelaskan adalah kenyataan kalau Jacob dan Ava adalah teman dari kuliah, pantas mereka akrab.Dengan sok tahu dia mulai meletakkan dokumen dan memencet tombol secara asalan. Mesin berdengung dan mulai mengeluarkan hasilnya, tapi ternyata Lydia terbalik memasukkannya, sehingga hasilnya hanya putih saja, dia melakukan berbagai percobaan sampai akhirnya dia berhasil membuat satu rangkap dokumen itu."Aish, aku tidak pantas untuk mengerjakan ini, tugasku adalah menentukan warna kosmetik terbaru yang keluar,
Lydia terkejut menatap mata lembut Jacob di hadapannya, jantungnya seketika berpacu, karena nyatanya baru saja dia bermimpi bercumbu dengan pria yang di hadapannya. Dia menahan napasnya."Bangun, sudah waktunya pulang." Dia terperangah sekaligus terpesona, sungguh Jacob adalah pria yang tampan. Tapi berkebalikan dengan apa yang dia katakan, Jacob malah mendekatinya, dan langsung menciumnya dengan lembut, "Oh… rasanya bahkan lebih baik daripada apa yang dia impikan tadi." pikirnya larut dalam permainan bibir Jacob.Ciumannya lembut dibandingkan ciuman yang pertama, yang cenderung memaksa, kali ini Lydia merasakan adanya emosi yang membuatnya langsung luluh dan menyambut ciuman Jacob. Matanya kembali menutup dan menikmati ciuman mereka yang pertama kali. Iya, Lydia akan menganggap ciuman ini yang pertama kali, yang kemarin hanya teaser, cuplikan.Ciuman ini yang sebenarnya.Lydia memperdalam ciumannya, dan
"Ish, jaman sekarang, ada aja perempuan mau jadi selingkuhan, habis itu kepergok dan digunting rambutnya sama si istri tua, amit-amit deh," Lydia mendengus dalam hati sambil terus berselancar di dunia maya.Ada yang bos-nya begitu galak sampai setiap dia melakukan kesalahan, dilempar kursi. Astaga, kalau sampai Lydia mengalami itu, dia akan tuntut sampai orang itu meringkuk di penjara. Ternyata banyak bos yang lebih parah dari Jacob yang hanya mendiamkan, atau sekarang menyuruhnya mengurus laundry."Dimana laundry-mu?" Lydia bertanya dengan sebal, karena mengurus laundry masih lebih baik daripada duduk diam memandang anak kucing lagi. Pria yang ditanya malah terkejut, bola mata hitamnya memandang Lydia dengan heran.
Dari Jumat malam itu, Lydia sudah heboh dengan skincare-nya, semua botol-botol bawaan dari Korea, dia pakai semua. Dia harus tampil cantik saat menolak habis-habisan Jacob. Dia mematut wajahnya yang kelewat glowing sampai kalau ada lalat hendak hinggap pun akan terpeleset.Tanpa Lydia sadari hari sabtu sudah datang, dia gugup sekali sampai sesak rasa hatinya. Dia tidak dapat mengontrol diri dan terus berkeliaran sekeliling rumahnya, merapikan apa yang tak perlu dirapikan.Ini tak bisa terjadi, Lydia nanti pasti tidak bisa menguasai dirinya, dia terlalu bersemangat untuk bertemu Jacob, bagaimana jika nanti dia melempar dirinya kepada Jacob seperti kemarin? Itu tak boleh terjadi, dia tidak boleh menyukai pria itu, dia itu musuh!Akhirnya, muncul siasat baru, agar hatinya tetap aman, dia akan berpura-pura sakit. Walau kesal, Lydia semakin tak mengerti, dia tak pernah merasakan gugup seperti ini terhadap pacar-pacarnya yang
Lydia menatap perutnya yang datar lalu menatap foto hitam yang dokter itu berikan kepadanya. Dokter itu malah menatap Jacob dan Lydia dengan bingung.“Lho, kenapa? Kalian tidak mau anak ini, usianya sudah 6 minggu, sudah 1 bulan 2 minggu umurnya. Dia bayi yang sehat, walau mungil.” Lydia menatap Jacob dengan tidak percaya. “Dia hamil. Dia sungguh hamil!” pikirnya dalam hati.Jacob segera menarik Lydia dan menciumnya di seluruh wajahnya, sampai dokter ikut tertawa.“Saya pikir kalian sudah tahu?” ujarnya tertawa melihat reaksi Jacob.“Bayinya perempuan kan dok ?” Dokter tertawa lagi,“Tunggu ya, di bulan ke-4 bar
"Papa terus menunggu kalian kembali bersama, tapi kalian tak pernah kembali, karena itu, papa harus membuat ini.""Ini apa?" Lydia bingung."ANZ tidak mengalami penipuan pajak, semua itu hanya buatan," jawab Adam pelan, sambil menunduk meminta maaf pada Jacob.Lydia dan Jacob segera berpandangan dengan bingung."Maksudnya bagaimana, Adam?" tanya Jacob meminta penjelasan. Papa Kurnia kembali menepuk pundak Jacob."Papa yang meminta Adam melakukan ini semua,— semua penggelapan pajak, itu hanya rekayasa, penangkapan papa semua itu hanya buatan, agar Lydia kembali ke Jakarta. Sebenarnya, papa pikir papa haru
“Kenapa, mau coba lagi?” tanya Jacob bersemangat, yang langsung ditimpuk bantal oleh istrinya. Jacob tertawa menangkap bantal itu lalu menarik Lydia dalam pelukannya.“Kenapa, kamu tidak mau?” Jacob kembali memainkan jarinya di perut Lydia yang rata. Wanita itu bangkit miring ke arah suaminya, rambutnya yang panjang jatuh cantik di pundaknya sebelah kanan. Jacob kembali terpesona akan kecantikan alami istrinya.“Walau badanmu berubah aku akan tetap mencintaimu,” guman Jacob mendongak dan mengecup ujung hidung istrinya. Wanita itu mendengus kesal, “Apakah dia serius berpikir aku sedangkal itu?” sungut Lydia dalam hati.“Bukannya tak mau, tapi apakah aku bisa menjadi ibu yang baik, mengurus anak, membesa
Mata Lydia dan Jacob serempak membulat karena kaget. Papa Kurnia segera melenggang keluar dari pintu tahanan dengan seenaknya. Dia hanya melambai pada penjaga dan pria itu membuka pintu sehingga pria tua itu bisa mendekati anaknya. Dia menarik Lydia dalam pelukannya. Lalu Jacob juga. Karena terlalu bingung mereka hanya bisa terdiam dalam pelukan pria itu. “Ah papa kangen sekali dengan kalian,” ucapnya sambil menatap Lydia lalu Jacob. “Mana salad roll papa? Papa mau makan.” Lydia dengan bingung memberikan kantong plastik itu ke papanya, dan pria itu segera mengeluarkan salad rollnya dan membuka bungkusnya. “Ayo kita ke ruangan Pak Rangga,” ucapnya dengan mulut penuh salad. Pria itu berjalan dengan santai seakan kantor
Lydia tidak dapat menahan amarahnya lagi, dia bukan lagi menampar mulut tidak beradab itu tapi mengepalkan tangannya dan menonjok wajah jelek di hadapannya dengan sekuat tenaga. "TUTUP MULUTMU JELEK!" jeritnya dengan sekuat tenaga, Ava terpelanting tersungkur jatuh di kaki Lydia, dia kembali maju dan saat Lydia mau menendang Ava, Cleon masuk dan menahannya. "Biarkan aku, Cleon, mulutnya mau aku kasih sabun!" teriaknya memberontak. Tapi Cleon menariknya segera dan membawanya ke keluar dari toilet. Jacob berlari keluar saat mendengar suara istrinya memekik. Dengan panik dia mencari Lydia yang sedang memberontak dalam pelukan Cleon.
Ava tidak percaya kalau Jacob sudah dipecat dengan semudah itu. Dan menurut informannya, pria itu bahkan tidak melakukan perlawanan. Ava akan membantunya, Dia akan membantu Jacob kembali menjadi CEO, dengan itu akhirnya pria itu menyadari betapa besarnya cintanya kepada pria itu dan mereka akhirnya bisa kembali bersatu.Tapi betapa kagetnya saat pintu lift terbuka, dia melihat wanita brengsek itu ada lagi di hadapannya, bukankah wanita itu sudah disingkirkan kemarin, kenapa dia bisa muncul kembali? Ava mendesis kesal dalam hatinya.“Ah Ava, apa kabar? Kamu terlihat cantik,” puji Lydia menatap Ava yang mengenakan baju persis Lydia dulu. Wanita itu mengkopi bajunya persis. Sejak kembali ke Korea lalu kembali ke Jakarta sekarang, gaya Lydia berubah. Dia lebih dewasa dan bijaksana memilih baju. Dia menghilangkan kegilaannya a
“Sayang? Lydia?” panggilnya lagi, kembali masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia teringat akan teleponnya, tapi saat dia memanggil telepon Lydia, deringnya terdengar di kamar mandi. Dengan heran dia langsung menuju kamar mandi. Istrinya dengan bingung menatapnya. Wanita itu berdiri hendak mengangkat handphonenya yang berdering.“Kamu ngapain telepon aku?” tanyanya bingung, badannya masih penuh sabun. Wanita itu kembali meletakkan handphonenya di lemari handuk lalu dia segera kembali berjalan ke arah Jacuzzi. Tapi Jacob segera menariknya dan memeluknya erat-erat.“Aku pikir aku kehilanganmu!” ucapnya dengan penuh emosi, dia memeluk tubuh Lydia yang basah tanpa peduli lalu menciumnya dengan sepenuh hati.“Jacob, ada apa sih?&rd
Jacob tiba-tiba saja sudah kembali di atas Lydia, menidihnya sehingga Lydia memekik kegirangan. Hanya 1 hari Lydia dapat bertahan, konyol sekali, Dia memandang wajah tampan suaminya dengan susah payah, karena hentakan demi hentakan yang Jacob berikan membuat Lydia tidak dapat berkonsentrasi, dia tadi sedang berpikir apa? Tapi inti tubuhnya terus memberikannya sensasi yang luar biasa, entahlah apa yang dia pikirkan tadi, dia hanya ingin selalu bersama suaminya, setelah mendengar pengakuannya tadi, Lydia tidak mau lagi berpura-pura. “Aku mencintai pria ini, sangat mencintainya,” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang mau keluar, tapi dia tak dapat menahannya lagi.“Ja...cob,” pekiknya saat Jacob menyentuh bagian atas dirinya dan memuntirnya dengan tanpa ampun.“Sakit? Ta
“Kamu luar biasa sayang, aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ucap Jacob mendesah sambil mulai mengelusnya di sana. Lydia terkesiap dan membuka matanya. Mereka kembali bertatapan, Jacob mengelus pipi Lydia lagi sambil menundukan wajahnya. Saat bibir mereka bertemu, erangan yang dari tadi Lydia coba tahan akhirnya terlepas. Mereka terjatuh di atas tempat tidur di belakang mereka. Jacob langsung mengambil posisi dan melepaskan bra yang sudah terbuka tadi ke lantai.Lydia tersenyum manja lalu mulai melepaskan kancing demi kancing kemeja suaminya, dasinya entah di mana, dia kah yang membukanya? Atau suaminya kah? Dia sudah tidak ingat, karena kecupan pria itu sangat nyata membuat tubuhnya menggeliat dengan nikmat di atas tempat tidur. Jemarinya dengan susah payah melepaskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Saat akhirnya terlepas, Lydia meletakkan tangannya di perut suaminya ya