Jacob menarik wanita itu sampai masuk ke lift. Lydia dengan kesal memegang pergelangan tangannya yang sakit.
"Kenapa kamu menarikku lagi! Sakit tau!" Lydia menunjukkan tangannya yang memerah. Jacob hanya mendengus dan melihat ke arah kamera lift. Kalau dia mencengkramnya karena kesal, tidak ada yang boleh tahu. Dia sangat kewalahan mengontrol Lydia, dia tidak seperti Ava yang tertebak isi kepalanya, apa yang Lydia lakukan benar-benar di luar kewajaran.
"Aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi ya, kamu bukan CEO, kamu asisten." ujar Jacob ketus.
"Cih," Lydia berjalan cepat menuju mobilnya dengan perasaan mendongkol. Tapi saat dia hendak masuk ke mobilnya, Jacob ternyata mengikutinya.
"Apa lagi?" Lydia terkejut karena Jacob sudah berada dekat sekali dengannya.
"Kita harus bicara," Jacob seenaknya lagi menarik tangannya. Kenapa dia selalu harus menggandeng tangannya? Dan kenapa Lydia selalu menurut mengikuti permintaannya? Lydia tidak mengerti. Tapi yang pasti, kini Lydia sudah duduk kembali di kursi penumpang di mobil Jacob yang berantakan.
"Mau bicara apa?" Lydia menatap keluar sambil menatap kemacetan kota Jakarta. Dengan begini, Lydia berarti harus kembali ke kantor untuk mengambil mobil, dia heran, kenapa tadi dia menurut lalu melirik pria tampan yang sedang serius di sebelahnya.
"Tentang kita." Jantungnya berdebar mendengarnya.
"Nggak ada kita, adanya hanya aku dan kamu, kita … itu nggak ada!" ucap Lydia ketus sambil menatap keluar.
Jacob menggertakan giginya, sepertinya ciuman dia tadi pagi belum menggetarkan hati Lydia. Dia langsung belok menuju sebuah restoran langganannya. Dia turun dan segera masuk kedalam. Dengan mendongkol, Lydia ikut masuk. Dia terpaksa harus mengikuti pria ini sekarang, karena Lydia tidak tahu jalan.
"Aku nggak mau makan." Tepat setelah itu perutnya berbunyi. "Aish, dasar perut nggak tau waktu," sesal Lydia langsung malu, Jacob mendengus dan memesan untuk mereka berdua. Walau dia bergaya tidak peduli Lydia sangat menantikan makanan apa yang muncul, apakah seenak yang tadi siang?
Bentuknya seperti tulang besar, tapi lembut, diberikan saus coklat diatasnya, Lydia terpesona melihat makanan itu, ada kuah bening di sebelahnya. Dia segera mengambil foto.
"Ini namanya apa?" Dia mencoba kuah segar dari mangkuknya. Rasanya hangat di tenggorokan. Lydia tersenyum kepada Jacob dengan senang.
"Konro, konro bakar."
Lydia segera meng-update status IG-nya. "Konro Bakar for Dinner!" ketiknya senang.
"Cepat makan, ga enak dingin," dengus Jacob geli, dia senang melihat antusiasme wanita ini terhadap makanan, mungkin dia bisa membujuk wanita ini melalui makanan.
Mereka makan dengan cepat, Lydia sangat menyukai makanannya. Konro bakar akan menjadi salah satu makanan kesukaannya selain sop janda tadi siang. Sepertinya, makanan Indonesia tidak kalah enaknya dibandingkan makanan Korea.
Setelah puas makan, Lydia mulai mengantuk saat di mobil. Jacob tidak melanjutkan percakapannya tadi, mungkin tersadar, kalau dia itu Lydia Kurnia, jauh dari jangkauannya. Lydia mulai menyombong dalam hati, tapi ada suara kecil di dalam hatinya, mengingatkan betapa dia menikmati ciuman tadi pagi.
Tanpa Lydia sadari mereka sudah sampai di rumahnya. Jacob berhenti dan menatapnya. Jantung Lydia seketika mulai berdetak lebih kencang.
"Turun, kamu mau ngapain lagi?" Lydia tersentak terbangun dari khayalannya. Dengan kesal dia turun, dan Jacob mengikutinya dari belakang.
"Kamu ngapain turun?" Wanita itu segera berlari menuju pintu, sampai hampir terjatuh karenanya. Jacob tersenyum tipis, memperlihatkan lesung pipinya.
"Hmm, sudah kubilang aku mau bicara tentang kita." Dia mendekat dan kian mendekat membuat debar jantung Lydia semakin kencang, dengan panik dia memasukkan kode pintunya, namun begitu dia masuk, Jacob menahan pintu dan mengikuti Lydia masuk tanpa izin.
"Aku tak mau bicara lagi, dah sana keluar!" Lydia berusaha terlihat galak, tapi malah dibalas senyuman dari pria itu. Napas Lydia menjadi tertahan, dia berusaha tenang walaupun sebenarnya gugup.
"Oke, … apa yang mau dibicarakan?" Lydia menyerah lalu duduk di sofa, Jacob keras kepala, Lydia harus hati-hati.
"Hmm, aku tahu kamu menyukaiku," ucap Jacob menatap Lydia dengan senyum tipisnya yang menyebalkan. Lydia mendengus mendengar ucapan konyol barusan.
"Aku? Suka sama kamu, jangan mimpi, aku Lydia,-"
"Kurnia, iya aku tahu dengan jelas siapa kamu, sejelas aku tahu kamu menyukaiku," ucap Jacob langsung memotong monolog panjang Lydia tentang siapa dia.
"Aku tak akan menyukaimu, jangan mimpi, bersamamu seperti ini saja membuatku gerah." Dia menyilangkan kakinya lalu membuka jas merahnya yang menyala.
Jacob mencoba berkonsentrasi untuk menyampaikan maksudnya, namun pandangannya terus ke tubuh mulus Lydia. Dia lalu duduk berhadapan dengan wanita itu.
"Yakin, kamu tak akan menyukaiku?" Dia tersenyum menantang.
"Seyakin, aku akan mandi setelah kamu pergi nanti," jawab Lydia ketus.
"Oke, bagaimana kita bertaruh," ujarnya mulus sambil menatap mata wanita cantik di hadapannya. Lydia mendelik mendengar ucapannya barusan, taruhan?
"Kalau kamu bisa bertahan tidak menyukaiku dalam kencan-kencan kita, aku akan berhenti mengganggumu... tapi jika aku berhasil membuat kamu menyukaiku kamu harus setuju untuk menikah denganku." Lydia mendengus.
"Itu tidak ada untungnya buat aku, kamu memang harus berhenti menggangguku, dan turun dari jabatan CEO, aku tantang kamu!" Jacob yang kembali panas, dasar wanita tidak tahu diri, dengan tidak ada kemampuan mau jadi CEO, tapi dia yakin dia pasti bisa melunakkan Lydia. Tidak ada yang bisa bertahan dengan pesona Jacob Isaac.
"Deal, seminggu sekali kita kencan, dalam kencan ke 20 kamu akan jatuh cinta padaku."
Lydia mendengus senang, bagus hanya 20 kencan, Jang Hanseo saja harus mengejarnya 1 tahun dengan setiap hari bertemu, agar akhirnya dia mau jadi pacarnya. Itu pun Lydia tidak terlalu menyukainya, apalagi ini hanya 20 kali kencan dan dia berharap aku bisa mencintainya? Dasar bodoh, jabatan CEO PT. Kelley sudah ada di tangannya, Lydia tersenyum senang.
"Deal," ucapnya tersenyum dan berdiri hendak mengusir Jacob keluar namun Jacob mendekatinya dan secepat kilat menciumnya sekilas.
"Deal," ucapnya sambil tersenyum tipis dan berjalan keluar. Lydia kembali tertegun memegang bibirnya. "Aish," Jacob selalu bisa membuatnya terkejut. Lydia harus hati-hati sekali bermain dengan pria itu.
Jacob selalu bangun jam 6 tepat, olahraga lalu mandi. Hidupnya harus terjadwal karena dia seorang yang sangat sibuk. Dengan penuh kebanggaan, Jacob menatap wajahnya yang tampan. Hari ini dia akan lebih memanfaatkan wajahnya, mengingat tadi malam dia sukses mencuri sebuah kecupan lagi darinya, sepertinya tidak perlu 20 kali, Lydia Kurnia sudah jatuh dalam pelukannya.Jacob langsung menuju kantornya. Saat dia lewat, ada tatapan dan bisik-bisik menyebalkan, lalu saat dia semakin dekat ke kantornya, dia tahu mengapa semua karyawannya memperhatikannya.Ternyata wanita itu sudah ada di kantornya dan dia memasang lagu korea kencang-kencang sambil bernyanyi sumbang. Pantas saja semua orang melihatnya, wanita itu selalu tahu bagaimana membuat Jacob semakin malu."Lydia!" hardiknya saat memasuki ruangan. Wanita itu menoleh pelan sambil mengikir kukunya."Ya?" Dia tersenyum manis, dia memang sudah sengaja datang pagi-pagi, da
"Kecoa…, dia malah mengikutiku, usir dia Jacob!" teriaknya panik sambil mengintip dari balik jas Jacob.Tapi saat Jacob bergerak mau menangkap, kecoa itu malah berlari mendekati mereka, dengan panik Lydia segera naik ke dalam gendongan punggung Jacob. Wanita ini benar-benar penakut, Jacob mendengus kesal."Jacob, kecoanya malah kesini!" Dia panik dan hampir menangis ketakutan. Lydia memang sangat takut dengan kecoa, bahkan kebanyakan mimpi buruknya pun tentang kecoa.Jacob segera memukul kecoa itu dengan sepatu, yang entah bagaimana ada sebelah di sampingnya. Memang Jacob menyadari rumahnya berantakan sekali. Setelah kecoa malang itu mati, Lydia baru berani turun dari punggung Jacob."Aku takut kecoa," gumamnya pelan, Jacob mendengus geli. Tak perlu diberi tahu, Jacob juga sudah tahu dia sangat takut dengan kecoa, bahkan pingsan kemarin juga karena kecoa."Rumahmu sih ko
Jacob agak menyesal menanyakan masalah kencan tadi kepada Lydia. Menurut perjanjian mereka jika salah satu dari mereka berdua meminta kencan, maka yang lain harus setuju, aish dan sialnya pasal itu berasal dari Jacob sendiri. Dia memandang mata bulat yang mencemooh di hadapannya. Dia tidak akan memberi kepuasan buat wanita itu untuk mencelanya."Oke, kamu mau kemana sayang?" tanya Jacob dengan sinis, dia ada meeting malam ini dengan New York, sebaiknya kencan bohongan ini segera selesai sehingga dia bisa lanjut meeting nantinya."Hmm, surprise me," desah Lydia menggoda Jacob yang yang langsung mendengus kesal."Oke, aku akan membawamu ke tempat spesial." Namun dengan cara Jacob berbicara, Lydia menjadi curiga, pasti nanti dia akan tersiksa.Lydia langsung berulah, wanita menyebalkan itu bersikeras untuk pulang, agar bisa berdandan spesial untuk kencan pertama mereka. Dengan penuh emosi, Jacob mengantarkan Lydia, dan
Selesai makan, Jacob mengajak Lydia ke beranda, sehingga mereka dapat melihat langsung lampu-lampu indah kota Jakarta sepanjang pandangan mereka. Angin malam kota Jakarta langsung menyambut mereka, udaranya terasa dingin, karena hampir hujan.Lydia sebenarnya menyukai pemandangan indah ini, tapi dia pura-pura tak peduli, dia mengangkat tinggi-tinggi hidungnya seakan jijik dengan udara di luar. Dia sengaja memasang wajah bosan, agar terus membuat Jacob gusar. Jacob menatapnya dengan menyesal, seharusnya memang besok baru kencan, di saat Jacob sudah menyiapkan semua dengan sempurna.Ketika dalam keadaan mendadak begini, Jacob hanya teringat restoran kesukaannya, tapi sepertinya Lydia tidak menyukainya. Lydia baru mau mengambil foto saat Jacob mendesah kesal lalu mengajaknya masuk."Kalau kamu begitu sengsara, ya sudah ayo kita pulang." Lelaki itu langsung berjalan mendahului Lydia untuk membayar. Dengan terkejut Lydia mengikuti
Malu, tapi tetap harus ke kantor, seperti itulah yang dirasakan Lydia. Dia kemarin hanya bisa diam saat harus dipapah oleh Jacob masuk ke rumah. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, hanya bertanya dia mau diantar ke sofa atau ke kamarnya. Lydialangsung menunjuk ke sofa putihnya, jangan sampai pria itu masuk lagi ke kamarnya. Jacob meletakkan Lydia dengan lembut lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang seksi, membuat mata Lydia tak berkedip. Saat pandangan mereka bertemu Lydia langsung membuang wajahnya, pura-pura tidak melihat."Kalau sudah cukup manja-manjanya, aku mau pulang, gara-gara kamu, meetingku kacau-balau, dan akan diulang besok!" Lalu dia pergi seperti angin kencang melewati pintu."Aish, siapa juga yang mau manja-manjaan sama dia, kaki Lydia memang sakit kok!" Lydia melempar sebuah bantal ke arah pintu saat tiba-tiba Jacob kembali masuk, wajahnya yang terkena lemparan bantal sofa tak akan Lydia lupakan. Dia menahan tawanya, sesa
Lydia yang hari ini memakai rok lipit mini berwarna merah muda kembali menuju ke mesin fotokopi. "Kemana pria culun tadi, yang sudah terpesona dengan kerlingan matanya? Dia harus kembali membantu memfotokopi dokumen ini 2 kali lagi," Lydia berharap dalam hati. Tapi semua karyawan sudah kembali ke kursinya.Dengan susah payah dia mengingat-ingat apa yang dikatakan pria itu tadi, karena sejujurnya yang ada di kepalanya saat tadi dijelaskan adalah kenyataan kalau Jacob dan Ava adalah teman dari kuliah, pantas mereka akrab.Dengan sok tahu dia mulai meletakkan dokumen dan memencet tombol secara asalan. Mesin berdengung dan mulai mengeluarkan hasilnya, tapi ternyata Lydia terbalik memasukkannya, sehingga hasilnya hanya putih saja, dia melakukan berbagai percobaan sampai akhirnya dia berhasil membuat satu rangkap dokumen itu."Aish, aku tidak pantas untuk mengerjakan ini, tugasku adalah menentukan warna kosmetik terbaru yang keluar,
Lydia terkejut menatap mata lembut Jacob di hadapannya, jantungnya seketika berpacu, karena nyatanya baru saja dia bermimpi bercumbu dengan pria yang di hadapannya. Dia menahan napasnya."Bangun, sudah waktunya pulang." Dia terperangah sekaligus terpesona, sungguh Jacob adalah pria yang tampan. Tapi berkebalikan dengan apa yang dia katakan, Jacob malah mendekatinya, dan langsung menciumnya dengan lembut, "Oh… rasanya bahkan lebih baik daripada apa yang dia impikan tadi." pikirnya larut dalam permainan bibir Jacob.Ciumannya lembut dibandingkan ciuman yang pertama, yang cenderung memaksa, kali ini Lydia merasakan adanya emosi yang membuatnya langsung luluh dan menyambut ciuman Jacob. Matanya kembali menutup dan menikmati ciuman mereka yang pertama kali. Iya, Lydia akan menganggap ciuman ini yang pertama kali, yang kemarin hanya teaser, cuplikan.Ciuman ini yang sebenarnya.Lydia memperdalam ciumannya, dan
"Ish, jaman sekarang, ada aja perempuan mau jadi selingkuhan, habis itu kepergok dan digunting rambutnya sama si istri tua, amit-amit deh," Lydia mendengus dalam hati sambil terus berselancar di dunia maya.Ada yang bos-nya begitu galak sampai setiap dia melakukan kesalahan, dilempar kursi. Astaga, kalau sampai Lydia mengalami itu, dia akan tuntut sampai orang itu meringkuk di penjara. Ternyata banyak bos yang lebih parah dari Jacob yang hanya mendiamkan, atau sekarang menyuruhnya mengurus laundry."Dimana laundry-mu?" Lydia bertanya dengan sebal, karena mengurus laundry masih lebih baik daripada duduk diam memandang anak kucing lagi. Pria yang ditanya malah terkejut, bola mata hitamnya memandang Lydia dengan heran.
Lydia menatap perutnya yang datar lalu menatap foto hitam yang dokter itu berikan kepadanya. Dokter itu malah menatap Jacob dan Lydia dengan bingung.“Lho, kenapa? Kalian tidak mau anak ini, usianya sudah 6 minggu, sudah 1 bulan 2 minggu umurnya. Dia bayi yang sehat, walau mungil.” Lydia menatap Jacob dengan tidak percaya. “Dia hamil. Dia sungguh hamil!” pikirnya dalam hati.Jacob segera menarik Lydia dan menciumnya di seluruh wajahnya, sampai dokter ikut tertawa.“Saya pikir kalian sudah tahu?” ujarnya tertawa melihat reaksi Jacob.“Bayinya perempuan kan dok ?” Dokter tertawa lagi,“Tunggu ya, di bulan ke-4 bar
"Papa terus menunggu kalian kembali bersama, tapi kalian tak pernah kembali, karena itu, papa harus membuat ini.""Ini apa?" Lydia bingung."ANZ tidak mengalami penipuan pajak, semua itu hanya buatan," jawab Adam pelan, sambil menunduk meminta maaf pada Jacob.Lydia dan Jacob segera berpandangan dengan bingung."Maksudnya bagaimana, Adam?" tanya Jacob meminta penjelasan. Papa Kurnia kembali menepuk pundak Jacob."Papa yang meminta Adam melakukan ini semua,— semua penggelapan pajak, itu hanya rekayasa, penangkapan papa semua itu hanya buatan, agar Lydia kembali ke Jakarta. Sebenarnya, papa pikir papa haru
“Kenapa, mau coba lagi?” tanya Jacob bersemangat, yang langsung ditimpuk bantal oleh istrinya. Jacob tertawa menangkap bantal itu lalu menarik Lydia dalam pelukannya.“Kenapa, kamu tidak mau?” Jacob kembali memainkan jarinya di perut Lydia yang rata. Wanita itu bangkit miring ke arah suaminya, rambutnya yang panjang jatuh cantik di pundaknya sebelah kanan. Jacob kembali terpesona akan kecantikan alami istrinya.“Walau badanmu berubah aku akan tetap mencintaimu,” guman Jacob mendongak dan mengecup ujung hidung istrinya. Wanita itu mendengus kesal, “Apakah dia serius berpikir aku sedangkal itu?” sungut Lydia dalam hati.“Bukannya tak mau, tapi apakah aku bisa menjadi ibu yang baik, mengurus anak, membesa
Mata Lydia dan Jacob serempak membulat karena kaget. Papa Kurnia segera melenggang keluar dari pintu tahanan dengan seenaknya. Dia hanya melambai pada penjaga dan pria itu membuka pintu sehingga pria tua itu bisa mendekati anaknya. Dia menarik Lydia dalam pelukannya. Lalu Jacob juga. Karena terlalu bingung mereka hanya bisa terdiam dalam pelukan pria itu. “Ah papa kangen sekali dengan kalian,” ucapnya sambil menatap Lydia lalu Jacob. “Mana salad roll papa? Papa mau makan.” Lydia dengan bingung memberikan kantong plastik itu ke papanya, dan pria itu segera mengeluarkan salad rollnya dan membuka bungkusnya. “Ayo kita ke ruangan Pak Rangga,” ucapnya dengan mulut penuh salad. Pria itu berjalan dengan santai seakan kantor
Lydia tidak dapat menahan amarahnya lagi, dia bukan lagi menampar mulut tidak beradab itu tapi mengepalkan tangannya dan menonjok wajah jelek di hadapannya dengan sekuat tenaga. "TUTUP MULUTMU JELEK!" jeritnya dengan sekuat tenaga, Ava terpelanting tersungkur jatuh di kaki Lydia, dia kembali maju dan saat Lydia mau menendang Ava, Cleon masuk dan menahannya. "Biarkan aku, Cleon, mulutnya mau aku kasih sabun!" teriaknya memberontak. Tapi Cleon menariknya segera dan membawanya ke keluar dari toilet. Jacob berlari keluar saat mendengar suara istrinya memekik. Dengan panik dia mencari Lydia yang sedang memberontak dalam pelukan Cleon.
Ava tidak percaya kalau Jacob sudah dipecat dengan semudah itu. Dan menurut informannya, pria itu bahkan tidak melakukan perlawanan. Ava akan membantunya, Dia akan membantu Jacob kembali menjadi CEO, dengan itu akhirnya pria itu menyadari betapa besarnya cintanya kepada pria itu dan mereka akhirnya bisa kembali bersatu.Tapi betapa kagetnya saat pintu lift terbuka, dia melihat wanita brengsek itu ada lagi di hadapannya, bukankah wanita itu sudah disingkirkan kemarin, kenapa dia bisa muncul kembali? Ava mendesis kesal dalam hatinya.“Ah Ava, apa kabar? Kamu terlihat cantik,” puji Lydia menatap Ava yang mengenakan baju persis Lydia dulu. Wanita itu mengkopi bajunya persis. Sejak kembali ke Korea lalu kembali ke Jakarta sekarang, gaya Lydia berubah. Dia lebih dewasa dan bijaksana memilih baju. Dia menghilangkan kegilaannya a
“Sayang? Lydia?” panggilnya lagi, kembali masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia teringat akan teleponnya, tapi saat dia memanggil telepon Lydia, deringnya terdengar di kamar mandi. Dengan heran dia langsung menuju kamar mandi. Istrinya dengan bingung menatapnya. Wanita itu berdiri hendak mengangkat handphonenya yang berdering.“Kamu ngapain telepon aku?” tanyanya bingung, badannya masih penuh sabun. Wanita itu kembali meletakkan handphonenya di lemari handuk lalu dia segera kembali berjalan ke arah Jacuzzi. Tapi Jacob segera menariknya dan memeluknya erat-erat.“Aku pikir aku kehilanganmu!” ucapnya dengan penuh emosi, dia memeluk tubuh Lydia yang basah tanpa peduli lalu menciumnya dengan sepenuh hati.“Jacob, ada apa sih?&rd
Jacob tiba-tiba saja sudah kembali di atas Lydia, menidihnya sehingga Lydia memekik kegirangan. Hanya 1 hari Lydia dapat bertahan, konyol sekali, Dia memandang wajah tampan suaminya dengan susah payah, karena hentakan demi hentakan yang Jacob berikan membuat Lydia tidak dapat berkonsentrasi, dia tadi sedang berpikir apa? Tapi inti tubuhnya terus memberikannya sensasi yang luar biasa, entahlah apa yang dia pikirkan tadi, dia hanya ingin selalu bersama suaminya, setelah mendengar pengakuannya tadi, Lydia tidak mau lagi berpura-pura. “Aku mencintai pria ini, sangat mencintainya,” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang mau keluar, tapi dia tak dapat menahannya lagi.“Ja...cob,” pekiknya saat Jacob menyentuh bagian atas dirinya dan memuntirnya dengan tanpa ampun.“Sakit? Ta
“Kamu luar biasa sayang, aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ucap Jacob mendesah sambil mulai mengelusnya di sana. Lydia terkesiap dan membuka matanya. Mereka kembali bertatapan, Jacob mengelus pipi Lydia lagi sambil menundukan wajahnya. Saat bibir mereka bertemu, erangan yang dari tadi Lydia coba tahan akhirnya terlepas. Mereka terjatuh di atas tempat tidur di belakang mereka. Jacob langsung mengambil posisi dan melepaskan bra yang sudah terbuka tadi ke lantai.Lydia tersenyum manja lalu mulai melepaskan kancing demi kancing kemeja suaminya, dasinya entah di mana, dia kah yang membukanya? Atau suaminya kah? Dia sudah tidak ingat, karena kecupan pria itu sangat nyata membuat tubuhnya menggeliat dengan nikmat di atas tempat tidur. Jemarinya dengan susah payah melepaskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Saat akhirnya terlepas, Lydia meletakkan tangannya di perut suaminya ya