Beberapa bulan telah berlalu sejak Danu dan timnya berhasil mengalahkan sindikat kriminal yang membunuh Eliza Harper. Kehidupan di New York terus berjalan, namun bagi Danu, waktu seperti berhenti. Bayangan masa lalu terus menghantuinya, terutama ketika ia duduk sendirian di kantornya, merenungkan setiap langkah yang telah ia ambil.Hari itu, Danu sedang tenggelam dalam pekerjaannya ketika telepon di mejanya berdering. Ia meraih gagang telepon dengan sedikit ragu. "Danu speaking," jawabnya singkat."Danu, ini Tom," suara di ujung telepon terdengar akrab, meskipun sudah lama tidak berkomunikasi."Tom? Long time no hear. What’s up?" jawab Danu, mencoba terdengar santai meski firasat buruk mulai menggelayuti pikirannya."Ada yang perlu kita bicarakan. Bisa ketemu?" Tom terdengar serius.Danu menghela napas. "Sure. Where?""The usual place. See you in an hour."Danu menutup telepon dan segera bersiap-siap. Ia mengenakan jaket kulitnya dan bergegas keluar dari kantor. Dalam perjalanan ke ka
Beberapa hari setelah pertemuan mereka dengan Tom, Danu, Maya, dan Lara mulai menyelidiki sindikat baru yang dipimpin oleh sosok misterius bernama "The Phantom." Mereka mulai dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber di New York."Ini pasti sulit," kata Maya sambil memeriksa beberapa berkas yang baru saja mereka dapatkan. "The Phantom ini benar-benar tidak meninggalkan jejak.""Aku setuju," tambah Lara. "Tapi kita tidak bisa menyerah. Pasti ada sesuatu yang bisa kita temukan."Danu mengangguk. "Kita perlu menggali lebih dalam. Maya, kau fokus pada jejak digital mereka. Lara, kau cari tahu tentang sindikat lama yang pernah kita hancurkan. Mungkin ada koneksi yang bisa kita temukan."Maya dan Lara mengangguk, segera mulai bekerja. Danu duduk di meja kerjanya, merenung. "The Phantom... siapa sebenarnya dia?"Malam itu, Maya menemukan sesuatu yang menarik di jejak digital sindikat. "Danu, kau harus melihat ini," katanya sambil menunjuk ke layar komputernya.Danu mendekat. "Apa it
Penyelidikan mereka tentang sindikat baru yang dipimpin oleh The Phantom membawa Danu, Maya, dan Lara ke Berlin. Mereka mendapatkan informasi dari Tom bahwa ada seseorang yang mengaku memiliki informasi penting mengenai The Phantom. Orang itu dikenal sebagai Alex, seorang mantan anggota sindikat yang selamat.Di sebuah kafe kecil di Berlin, Danu dan timnya duduk menunggu. "Alex seharusnya tiba sekarang," kata Danu, memeriksa jam tangannya."Semoga informasi ini berguna," balas Maya. "The Phantom adalah sosok yang sangat misterius."Tak lama kemudian, seorang pria berperawakan tinggi dengan jaket kulit masuk ke kafe. Danu langsung mengenalinya dari deskripsi yang diberikan Tom. "Itu dia, Alex," bisik Danu.Alex mendekati meja mereka dan duduk. "Kalian pasti Danu dan timnya," katanya tanpa basa-basi."Ya, kami ingin tahu apa yang kau ketahui tentang The Phantom," jawab Danu.Alex tersenyum tipis. "Aku tahu banyak hal, tapi semuanya punya harga."Maya mengeluarkan amplop berisi uang dan
Danu berdiri di depan jendela kamarnya di New York, memandangi keramaian kota yang tidak pernah tidur. Pikiran tentang sindikat baru yang dipimpin oleh The Phantom terus menghantuinya. Keesokan harinya, dia memutuskan untuk menghubungi jaringan internasionalnya untuk mendapatkan bantuan."Good morning, Danu," Maya menyapa sambil membawa dua cangkir kopi. "Bagaimana tidurmu?""Tidak terlalu baik," jawab Danu, menerima kopi dari Maya. "Aku masih memikirkan tentang The Phantom. Kita harus segera bertindak."Lara masuk ke ruangan dengan membawa beberapa berkas. "Aku sudah menyiapkan laporan lengkap tentang The Phantom dan sindikatnya. Kita harus segera menghubungi agen-agen internasional untuk mendapatkan dukungan."Danu mengangguk setuju. "Baik, mari kita mulai dengan Interpol. Kita butuh semua informasi yang mereka miliki."Mereka menuju ruang konferensi dan mulai mengatur pertemuan dengan Interpol. Tak lama kemudian, wajah agen Park muncul di layar."Hello, Danu. Long time no see," sap
Danu dan timnya duduk di ruang rapat, menganalisis data yang baru mereka dapatkan dari operasi terakhir. Mata mereka lelah, dan suasana tegang terasa di setiap sudut ruangan. Danu melihat ke arah layar monitor yang menampilkan peta dengan beberapa titik merah yang menandakan lokasi sindikat The Phantom."Kita harus bergerak cepat sebelum mereka melancarkan serangan berikutnya," kata Danu dengan tegas. "Namun, ada sesuatu yang menggangguku. Mereka selalu tahu setiap gerakan kita."Maya mengangguk. "Ya, ini sangat mencurigakan. Mungkin ada yang membocorkan informasi dari dalam tim kita.""Ethan," panggil Danu, "Apa yang kamu temukan dari analisismu tentang bocornya informasi ini?"Ethan, yang berada di sudut ruangan, mengangguk pelan. "Kami menemukan jejak komunikasi yang mencurigakan dari dalam jaringan kita. Seseorang telah mengirimkan informasi ke luar tanpa sepengetahuan kita.""Apakah kita tahu siapa yang melakukannya?" tanya Lara dengan nada cemas."Kita masih menelusurinya," jawa
Tim Danu bersiap untuk penyergapan besar-besaran di markas The Phantom. Semuanya tampak berjalan lancar. Mereka telah mengumpulkan informasi intelijen yang cukup dan menyusun rencana yang matang. Dengan dukungan dari Interpol dan agen rahasia dari berbagai negara, mereka merasa siap untuk menggulung sindikat ini sekali dan untuk selamanya."Kita harus bergerak cepat dan tepat," kata Danu kepada timnya saat briefing terakhir. "Ingat, The Phantom adalah musuh yang licin. Jangan pernah meremehkan kemampuannya."Ethan menambahkan, "Kami telah memetakan semua pintu masuk dan keluar dari markas. Tim kita akan menyerang dari beberapa arah untuk mengepung mereka."Maya mengangguk. "Kita harus memastikan tidak ada yang lolos. Ini kesempatan terbaik kita."Danu mengangguk setuju. "Baiklah, semua orang siap?"Timnya mengangguk. Mereka semua memahami risiko yang dihadapi, tetapi semangat untuk menegakkan keadilan mengalahkan rasa takut mereka.Malam tiba. Dengan senyap, tim Danu bergerak menuju m
Suasana di markas tim Danu begitu tegang setelah kegagalan penyergapan sebelumnya. Semua anggota tim merasa was-was, tidak tahu kapan sindikat akan menyerang kembali. Di tengah kekalutan itu, sebuah berita mengejutkan datang: Maya telah diculik oleh sindikat.Danu langsung memanggil semua anggota timnya untuk rapat darurat.“Kita harus segera menyelamatkan Maya,” kata Danu dengan nada tegas. “Kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya.”Lara mengangguk. “Aku sudah memeriksa semua rekaman CCTV di sekitar area tempat Maya terakhir terlihat. Mereka membawa Maya dengan sebuah van hitam tanpa plat nomor.”Ethan, yang baru saja tiba dari New York, berdiri. “I have some contacts in the local police force. I'll get them to help us track the van.”“Thank you, Ethan. We need all the help we can get,” jawab Danu.Sementara itu, Maya terbangun di dalam sebuah ruangan gelap dengan tangan terikat. Dia mencoba mengingat bagaimana dia bisa sampai di sini. Suara langkah kaki mendekat membuat
Danu berdiri di tengah hutan terpencil di Eropa Timur, merasakan angin dingin yang menusuk kulit. Suasana sepi dan sunyi, hanya suara burung hutan yang terdengar dari kejauhan. Tempat ini telah dipilih oleh The Phantom untuk pertemuan terakhir mereka. Di depan Danu, sebuah pondok tua terlihat samar di antara pepohonan yang rimbun."Lara, Ethan, kalian sudah di posisi?" Danu berbicara melalui alat komunikasi di pergelangan tangannya."Siap, Danu. Kami berada di titik yang disepakati. Hati-hati di sana," jawab Lara."Roger that. We're ready when you are," tambah Ethan dengan aksen Inggrisnya yang kental.Danu menarik napas dalam-dalam. "Baiklah, aku akan masuk. Tetap waspada."Dia mulai melangkah menuju pondok dengan hati-hati, memeriksa setiap langkah untuk jebakan atau tanda-tanda bahaya. Saat mendekati pintu pondok, dia mendengar suara pelan dari dalam. Danu mendorong pintu yang berderit dengan hati-hati dan masuk ke dalam.Di dalam, Maya terikat di kursi dengan mulut dibekap. Matany