"Bintang ...."
Ibu Laksmi pun berteriak histeris saat dari kejauhan ia melihat Bintang tertabrak sebuah motor. Ibu Laksmi pun berlari menghampiri putrinya yang sudah tergeletak di tengah jalan. Nampak para warga yang berada di area taman pun berdatangan mengerumuni Bintang yang sudah bersimbah darah."Bintang, Bintang, bangun, Bintang!" panggil Ibu Laksmi terisak. Ia terus berusaha membangunkan Bintang yang tidak sadarkan diri.Tiba-tiba, Bintang membuka matanya. Dengan suara yang lemah, ia meminta ibunya untuk mencari keberadaan Jihan."Bu, tolong cari Jihan, Bu. Selamatkan Jihan ...." lirih Bintang."Memangnya kamu taruh di mana Jihan?" tanya Ibu Laksmi."A-aku taruh Jihan di bawah pohon, Bu. Tolong selamatkan Jihan. Jangan sampai Mas Barra menemukannya. Dia akan membawa Jihan pergi ...." ucap Bintang terbata. Suaranya semakin kecil. Pandangannya pun mulai samar, tubuhnya lemah."Pak, tolong bantu saya bawa ke rumah sakit," pinta Ibu Laksmi yang cemas memikirkan Jihan juga keadaan Bintang yang semakin lemah.Beberapa warga akhirnya membantu Ibu Laksmi untuk membawa Bintang ke rumah sakit terdekat. Sedangkan dia mencari keberadaan Jihan.Setelah mengelilingi area taman, Ibu Laksmi akhirnya berhenti di sebuah sudut..Di bawah pohon ia melihat topi dengan inisial J berwarna pink milik Jihan."Astagfirullah. Ini kan topi milik Jihan," ucapnya lirih.Ibu Laksmi pun berusaha kembali mencari keberadaan Jihan. Berharap ada orang baik yang menemukan Jihan.Ibu Laksmi akhirnya memutuskan mengunjungi kantor petugas dan berharap ada yang menemukan Jihan dan melaporkannya."Pak, saya mau tanya. Apa ada yang menemukan bayi di taman ini? Atau ada yang membawanya dan melapor ke sini?" tanya Ibu Laksmi panik."Tidak ada, Bu."Petugas itupun memastikan jika tidak ada laporan soal penemuan bayi ataupun ada orang yang membawanya. Lantas, ke mana Jihan?Mawar yang menemukan bayi cantik itu akhirnya memutuskan membawa Jihan pulang ke rumah suaminya. Setelah berdiskusi ke petugas, Mawar mengurungkan niatnya melapor ke kantor polisi."Daripada dia di bawa ke panti asuhan, lebih baik aku yang mengurusnya. Entah kenapa aku merasakan ada kedekatan dengan bayi ini," ucap Mawar. Mawar akhirnya membawa bayi Jihan ikut pulang bersamanya.-------Bintang di rumah sakit sedang berjuang melawan mautnya. Barra yang mengikuti saat para warga ikut membawa Bintang ke rumah sakit pun kini sudah berada di ruang UGD untuk menemui mantan istri sirinya itu. Ia ingin tahu di mana keberadaan anaknya yang digendong tadi."Mau apalagi kamu, Mas?!" lirih Bintang."Di mana anak yang kamu gendong tadi?" tanya Barra berbisik di telinga Bintang.Bintang yang kondisinya mulai melemah pun nyaris kehilangan kesadarannya. Napasnya pun tidak beraturan lagi. Barra yang takut terjadi sesuatu akhirnya memanggil perawat agar menangani kondisi Bintang.Ketika perawat datang, Barra pun memutuskan pergi agar tidak bertemu Ibu Laksmi dan nantinya disalahkan atas memburuknya kondisi Anya.-----Mawar akhirnya sampai di rumah mertuanya. Membawa bayi Jihan ke dalam rumah. Membuat Nyonya Cynthia dan Tuan Mark bertanya-tanya."Mawar, kamu bawa bayi siapa itu?" tanya Nyonya Cynthia ketus."Oh, ini Ma. Aku baru mengadopsi bayi ini dari panti asuhan. Kata orang, bisa menjadi pancingan agar kita bisa cepat diberi momongan," jawab Mawar tersenyum."Papa senang kamu punya inisiatif sendiri. Semoga kamu secepatnya bisa hamil anak kamu dan Barra ya," sahut Tuan Mark."Makasih, Pa.""Enggak!" teriak Nyonya Cynthia ketus."Saya tidak mau anak adopsi. Saya mau bayi yang terlahir dari rahim kamu, anak Barra!" ketus Nyonya Cynthia."Apa salahnya sih, Ma? Mengambil anak dari panti asuhan itu bagus loh," timpal Tuan Dicky."Tapi, Mama khawatir jika bayi yang tidak jelas asal usulnya itu akan membawa malapetaka buat keluarga kita," pekik Nyonya Cynthia."Astagfirullah, Ma. Kok Mama tega sekali bicara seperti itu," sahut Tuan Mark kesal."Logikanya saja ya, Pa. Anak ini ditaruh di panti asuhan. Artinya, keluarganya aja tidak menginginkan bayi itu," pekiknya."Kok malah Mawar membawa bayi itu ke rumah. Pokoknya Mama akan mengembalikan bayi itu ke panti asuhan," seru Nyonya Cynthia ketus."Tidak!""Papa tetap menginginkan Mawar merawat anak itu di rumah ini!" pekik Tuan Mark lantang."Kenapa sih, Papa selalu saja memaksakan semua keinginan Papa. Selalu saja membela ...." ucap Nyonya Cynthia yang kesal karena suaminya yang selalu membela menantu kesayangannya itu."Ma, Pa. Maafkan Mawar. Gara-gara Mawar, Mama sama Papa jadi bertengkar seperti ini," ujar Mawar merasa menyesal."Oke, oke.Kalau gitu, biar saja Barra yang memutuskan. Apa Barra mau menerima bayi ini atau tidak!" ketus Nyonya Cynthia.Ibu Laksmi akhirnya sampai di rumah sakit. Namun, sayangnya nyawa Bintang tidak dapat tertolong. Sebelum Ibu Laksmi datang, Bintang sudah pergi untuk selamanya. Tanpa ada siapapun yang menemani di detik-detik akhir hidupnya."Bintang, maafkan Ibu ya, Nak. Ibu nggak bisa menjaga kamu dengan baik. Sekarang Daffa sedang kritis. Ibu juga belum bisa menemukan Jihan. Maafkan Ibu ya, Nak ...." ucap Ibu Laksmi terisak.Ibu Laksmi hanya bisa menangis, mencium jasad anaknya yang sudah terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit.Tubuhnya pun sudah ditutupi kain putih."Kamu bilang Barra tidak mau mengakui anaknya. Tapi, kenapa sekarang dia mau mengambil anaknya? Apa yang sebenarnya yang direncanakan Barra, Bintang ...." ucap Ibu Laksmi terisak.---------Barra akhirnya pulang ke rumah. Kedua orang tuanya juga Mawar sudah menunggunya di ruang tamu untuk membicarakan kelanjutan nasib Jihan."Aku tidak setuju ya kamu mengadopsi anak dari panti asuhan!" tegas Barra."Tapi, Mas ....""Papa dengar sendiri kan, Barra tidak mau mengadopsi anak yang tidak jelas asal usulnya," sindir Cynthia.Tuan Mark menggeleng"Tidak ada salahnya, Mawar mengadopsi anak dari panti asuhan," belanya."Dan itu perbuatan yang mulia," sambung Tuan Mark."Sudahlah, Pa. Jangan memaksakan. Hargai keputusan anak kamu ini. Buat apa mengadopsi kalau Barra bisa punya anak sendiri," bela Cynthia."Lagian yang tidak bisa punya anak itu kan Mawar," ketus Cynthia."Ma, aku memang sulit punya anak. Tapi, bukan berarti tidak bisa kan?Lagipula, apa salahnya sih kita mengadopsi anak ini?" ujar Mawar yang akhirnya berani bersuara lantang."Daripada dia kita buang ke jalanan!" tegas Mawar."Harusnya kalian bisa belajar dari ketulusan hati Mawar," ucap Tuan Mark."Mawar, kalau kamu mau merawat anak ini, Papa setuju!" bela Papa mertua Mawar itu.Barra dan Nyonya Cynthia akhirnya melirik ke arah Tuan Mark dan Mawar dengan wajah sinis.-----Mawar dan Barra akhirnya masu ke dalam kamar dengan membawa bayi Jihan. Mawar nampak begitu bahagia menggendong bayi mungil dan cantik itu."Mas, anak ini kan sekarang jadi anak kita. Aku beri nama dia Safia ya. Kamu nggak mau coba gendong?" bujuk Mawar.Kehadiran Safia sedikit membuat kerinduan Mawar akan hadirnya seorang anak terobati."Ngapain? Itu kan bukan anak aku," jawab Barra ketus."Iya coba gendong sebentar aja," bujuk Mawar. Mawar pun memberikan Safia ke Barra yang baru pertama kali menggendong bayi.Tiba-tibaSaat dalam gendongan Papa kandungnya itu, Safia mengompol hingga membuat Barra kesal."Ambil nih!" pekik Barra yang langsung bergegas ke kamar mandi mengganti bajunya yang terkena ompol Safia."Mama janji sama kamu, Nak. Papa akan sayang sama kamu dan Mama. Papa akan sayang sama kita nanti," ucap Mawar tersenyum memandangi wajah Safia.-----Ibu Laksmi akhirnya memutuskan kembali ke Tasikmalaya setelah keadaan Daffa membaik. Ia tidak ingin berlama-lama di Jakarta sejak kematian Bintang dan menghilangnya Jihan."Aku harus segera kembali ke Bandung. Sambil mencari informasi tentang Jihan," pikir nya.Setelah semua urusan selesai, siang itu Ibu Laksmi akhirnya meninggalkan kontrakan Bintang di Jakarta dan kembali ke Bandung. Tidak berselang lama, Barra pun datang ke rumah itu mencari keberadaan mantan mertuanya dan anak lelakinya itu."Ibu Laksmi, Ibu Laksmi," panggil Barra saat mengetuk pintu rumahnya dengan keras.Barra akhirnya sadar jika Ibu Laksmi sudah meninggalkan rumah kontrakan itu. Pastinya kembali ke Bandung, rumah aslinya.Barra pun akhirnya menyuruh orang kepercayaannya untuk memantau rumah di mana ia pernah tinggal kos selama beberapa bulan.Ibu Laksmi akhirnya sampai di Bandung. Saat hendak melangkah ke rumahnya, Ibu Laksmi sudah melihat beberapa orang berdiri mondar-mandir di depan rumahnya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia mendengar percakapan lelaki itu dengan seseorang.[Hallo, Bos. Saya sudah di rumahnya. Tapi, tidak ada tanda kalau Ibu Laksmi sudah ada di rumahnya.][Pantau saja terus. Beri saya kabar secepatnya!][Baik, Bos. Kelanjutannya akan saya kabari.]Ibu Laksmi akhirnya tahu jika pria itu adalah orang suruhan Barra. Akhirnya,Ibu Laksmi memutuskan pergi dan tidak kembali ke rumahnya."Aku tidak akan membiarkan Barra mengambil anak lelakinya ini ...." ucap Ibu Laksmi yang bergegas pergi sebelum anak buah Barra melihat kepulangannya."Ah, shit! Ibu Laksmi sudah pergi entah ke mana. Di mana sebenarnya anak laki-lakiku sekarang berada?"bersambung ....8 tahun berlaluSeorang wanita berpenampilan tomboy lengkap dengan kacamata hitam dan topi mendatangi rumah Ibu Laksmi. Ibu Laksmi pun kaget melihat gadis cantik yang sudah berdiri di hadapannya."Bu, anaknya pulang kok nggak disambut?" ujarnya."Bulan?""Ibu nggak mau menyuruh aku masuk?" ejek Bulan."Aku baru bebas dari penjara, Bu," ungkapnya."Masuklah."------"Mas, hari ini kamu antar Safia ke sekolah ya?" pinta Mawar."Aku sibuk!" jawab Barra ketus."Kasihan dong, Mas. Masa sih Safia sekalipun nggak pernah di antar ke sekolah sama Papanya," seru Mawar memohon agar anak angkatnya itu merasakan kasih sayang Barra."Aku ini bukan Papanya!" ketus Barra."Lebih baik sekarang kamu fokus merawat kehamilan kamu ini. Sudah berapa kali kamu gagal menjalani bayi tabung. Ini kesempatan terakhir kamu. Jangan sampai terjadi sesuatu sama dia!" tegas Barra."Tapi Safia kan anak kita juga, Mas," ujar Mawar yang kasihan melihat Safia yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Papa dari
Safia yang belum genap berusia 10 tahun harus menerima kabar jika dia bukan anak Mawar dan Barra. Hatinya menangis. Safia bahkan menangis dan bertanya pada Mawar, apakah yang di dengarnya itu benar."Ma, apa betul Safia anak angkat?" tanya Safia terisak."Enggak, Sayang. Safia anak Mama sama Papa," jawab Mawar."Kata Papa, Safia bukan anak kandung. Hanya anak angkat," balas Safia."Benar kan, Ma? Soalnya Papa kan nggak pernah sayang sama Safia," lirih gadis kecil itu terisak."Safia. Safia, dengarkan Mama. Mama sayang banget sama Safia. Safia anak Mama. Sekarang kamu jangan sedih lagi ya," ujar Mawar mengecup kening putrinya itu. Mawar pun memeluk erat Safia yang terus saja menangis."Ma, dedek bayinya ke mana?" tanya Safia."Dedek bayinya sudah sama Allah. Allah yang jaga dedek bayi. Enggak apa-apa ya kita nggak bisa sama dedek bayinya. Kita berdoa saja dari sini," kata Mawar yang mencoba menahan tangisnya."Safia nggak bisa ketemu?" tanya Safia."Enggak, Sayang.""Ya Allah, tolong j
Bulan terus membujuk Daffa agar mau pulang.Meninggalkan kantor Papanya itu. Namun, Daffa yang baru saja bertemu dengan Papa kandungnya pun enggan menurut."Daffa, kamu duduk di sana dulu ya. Mama mau bicara sama Papa dulu," seru Bulan. Daffa pun mengangguk."Mas, aku mau bicara sama kamu. Ini penting. Soal Daffa," bisik Bulan."Mas, aku mau bicara soal kondisi Daffa. Daffa ... dia mengidap jantung bawaan dan hidupnya nggak lama lagi," ungkap Bulan dengan wajah sedih."Apa?"Barra meluapkan kekesalannya dengan berteriak. Namun, akhirnya dia pun mencegah Bulan. yang ingin membawa Daffa pulang ke Bandung."Aku akan bawa Daffa pulang ke Bandung. Mungkin ini akan jadi pertemuan terakhir kamu," ucap Bulan."Tunggu!""Please, aku mohon. Jangan pulang ke Bandung. Aku baru ketemu anak aku dan dia dalam keadaan sakit ...." lirih Barra."Bagus. Kamu sepertinya sudah masuk ke dalam perangkap aku ...." batin Bulan."Anak itu harus menjadi milik aku. Aku harus jadikan plan B. Karena Papa tidak akan
"Aku pulang dulu ya," pamit Barra. "Loh, katanya kamu nggak mau pulang, Mas?" tanya Bulan."Iya. Aku mau menginap di hotel," jawab Barra."Kenapa kamu nggak menginap di sini, Mas? Daripada ke hotel, sayang kan uangnya. Kamu bisa tidur di kamar belakang," ujar Bulan yang menunjuk ke sebuah kamar."Ya sudah. Aku akan menginap di sini," ucap Barra."Aku siapkan kamar kamu dulu ya. Ingat loh, Mas, kita bukan suami istri lagi," tutur Bulan tersenyum."Iya."Barra pun menatap kepergian Bulan. Di satu sisi, ia senang hubungannya dengan wanita yang dikenalnya sebagai Bintang itu membaik. Barra merasa jika Bulan tidak memanfaatkan keadaan. Cintanya tulus pada Barra."Harus aku akui, dia lebih baik dari Mawar. Sayang, aku harus menikahi Mawar karena permintaan Papa. Andai saja waktu bisa diputar ulang, aku ingin terus bersama dia," batin Barra.--------Barra pagi itu pulang. Nampak Mawar sampai tertidur menunggu kepulangan suaminya. Barra pun marah karena Mawar menunggu di luar kamar."Mas,
"Ini hanya masalah waktu, Barra. Lama kelamaan Papa kamu akan menyayangi Daffa. Di saat itu, kita akan memaksa dia untuk memilih. Daffa -- cucu kandungnya atau Mawar? Mama yakin, dia akan lebih memilih Daffa," seru Cynthia."Iya, Mama benar.""Mas Barra akan jatuh cinta sama gue. Dulu Mas Barra mungkin nggak bisa jatuh cinta sama kembaran gue. Tapi dengan gue, dia akan bertekuk lutut di bawah kaki gue. ...." batin Bulan yang menguping pembicaraan Nyonya Cynthia dan Barra.Nyonya Cynthia meminta asisten rumah tangganya untuk mengantarkan Bulan ke kamar tamu. Saat sedang mengantarkan Bulan menuju kamarnya, Bulan justru berbelok arah ke kamar Barra dan Mawar saat ART keluarga Barra itu pergi ke dapur."Kamar ini harus menjadi kamar aku dan Barra nantinya. Semua yang ada di rumah ini akan menjadi milikku selamanya ...." batin Bulan.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki memasuki kamar itu. Karena panik, Bulan pun masuk ke dalam kamar mandi. Namun, saat mengetahui jika Barra yang masuk, B
"Daffa, Daffa ...."Bulan akhirnya terbangun. Ia tidak melihat keponakannya itu berada di kamarnya. Padahal Daffa sengaja dimanfaatkan untuk menguras harta Barra dan keluarganya."Ah! Paling dia main di luar sana Safia. Biar ajalah. Sekarang lebih baik aku siap-siap buat dandan yang cantik untuk menggaet Mas Barra," ucap Bulan. Di meja makan, Mawar sedang mengurus Safia dan Daffa sarapan. Dari jauh, Tuan Mark bersama Cynthia dan Barra sedang memperhatikan Mawar."Coba kamu lihat. Mawar begitu berbesar hati mengurus Daffa. Walau bukan darah dagingnya sendiri," ujar Tuan Mark."Papa benar. Mawar lebih baik dari Bintang," batin Barra."Ya sudah seharusnya, Pa. Biar ada manfaatnya dia di rumah ini ni," sahut Barra. Nyonya Cynthia pun senang mendengar jawaban putra tunggalnya itu.-----Cynthia pun mendatangi kamar Bulan. Ia yang melihat Bulan sedang bermake-up pun langsung menyerungut kesal."Kamu ini. Jam segini masih sibuk dandan? Kamu lihat tuh! Anak kamu sedang diurus sama Mawar. Har
Ibu Laksmi mencoba menghubungi Bulan. Sudah cukup lama ia pergi dan tidak bisa dihubungi. Rasa rindunya pada Daffa, membuatnya memutuskan menyusul ke Jakarta sekaligus menyekar ke makam Bintang -- saudara kembar Bulan yang tidak lain Ibu kandung Daffa."Sebaiknya aku menyusul Bulan ke Jakarta," gumam Ibu Laksmi.------Safia dan Daffa jenuh hanya bermain di dalam rumah, setelah meminta ijin dengan Barra, Mawar pun mengajak kedua anaknya itu bermain di taman.Saat sedang asyik bermain bola, bola itupun jauh terlempar. Daffa pun berinisiatif hendak mengambil bola. Saat Mawar hendak mengejarnya, Mince pun berusaha mencegah dan mengatakan jika Nyonya Cynthia memanggilnya.Namun, saat melihat sebuah motor melaju kencang ke arah Daffa, nalurinya sebagai seorang Ibu bu membuat Mawar berusaha berlari sekuat mungkin untuk menyelamatkan Daffa."Daffa ...." Akhirnya Mawar berhasil menyelamatkan Daffa. Mince pun kesal karena rencananya bersama Bulan gagal. Mawar pun langsung memutuskan pulang
Ibu Laksmi masih menemani Daffa bermain. Daffa pun bercerita tentang sosok Mawar dan Safia yang begitu baik padanya.Saat sedang bercengkrama dengan cucunya, ponsel Ibu Laksmi berdering. Ia pun membaca pesan yang masuk. Ternyata dari Bulan.[Keluarga Barra mau datang ke rumah. Sebaiknya Ibu masuk ke dalam kamar dan jangan keluar sebelum mereka pulang!]"Bulan sepertinya takut banget jika semua rahasianya terbongkar. Gimana ini? Aku sebenarnya tidak mau ikutan berbohong," batin Ibu Laksmi."Daffa, Daffa. Mama pulang," teriak Bulan saat memasuki halaman rumahnya."Daffa ....""Bulan sudah pulang. Gimana ini?" pikir Ibu Laksmi."Daffa?" panggil Bulan saat membuka pintu rumahnya.Bulan pun bernapas lega. Ibu Laksmi pun sudah bersembunyi di dalam kamarnya. Tanpa banyak membuang waktu, Bulan akhirnya mengambil sampel rambut Daffa. Lalu Bulan pun memberikan sampel rambutnya agar bisa segera dilakukan tes DNA."Barra, sebaiknya kamu bawa agar bisa segera kita ketahui hasilnya," suruh Tuan Mar
"Maksud kamu apa sih?" sahut Barra. Barra pun mengalihkan pembicaraan itu. Ia tidak mau jika Mawar mengetahui pernikahan sirinya dengan Bulan. Apalagi sampai papinya tahu, semuanya tambah rumit di tengah permasalahan perusahaan yang sedang diujung jurang kehancuran."Cukup, cukup! Bisa nggak kamu tidak selalu curiga? Aku sama dia ini berhubungan sebatas soal Daffa. Tidak lebih. Udah, aku mau mandi. Kamu siapkan makan malam ya. Taruh aja di ruang kerja, nanti aku makan!" ujar Barra ketus. Ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya.Mawar tidak percaya begitu saja perkataan suaminya. Ia mengalah dan memasak makan malam untuk suaminya. Besok ia akan mencari tahu sendiri semuanya. Jika benar, maka Mawar pun akan menyiapkan sebuah hadiah kecil untuk pernikahan suaminya.....Pagi itu Mawar berangkat lebih awal. Ia harus mencari banyak informasi soal video pernikahan siri Barra. Mawar yakin, jika video itu benar Barra dan Bulan yang sedang ijab qabul, walau dari arah belakang, ia tahu persis
"Pak, beberapa investor membatalkan sepihak. Mereka sudah tidak mau bekerjasama lagi. Ini bahaya. Perusahaan kita bisa bangkrut!" ucap Roy, orang kepercayaan papa mertua Mawar itu."Loh, kenapa?"Roy pun mulai menjelaskan semuanya. Memberikan ponselnya dan memperlihatkan sebuah rekaman video yang kini ramai beredar di sosial media. Mata Mark pun terbelalak."Barra!" Mata Mark memerah. Wajahnya menahan amarah. Putra sulungnya itu telah menghancurkan perusahaan yang telah lama dan susah payah ia bangun.Sebuah rekaman video pernikahan siri Barra dan Bulan ramai beredar di sosial media dengan liar. Dengan narasi yang memojokkan. Para klien besar itu pun memutuskan kerjasama begitu saja karena dianggap Barra akan merusak citra perusahaannya.Komentar para penggiat sosial media begitu mengerikan bukan hanya menyerang Barra, tapi keluarga dan desakan untuk menghentikan kerjasama. Para klien besar itupun tidak mau mengambil resiko buruk untuk perusahaannya."Di mana Barra? Hubungi dia! Suruh
"Mawar! Kamu darimana aja? Jam segini baru pulang? Ingat ya! Kamu itu udah punya suami. Lihat tuh anak pungut kamu, berisik daritadi nyari kamu!" Bukannya mendapatkan sambutan hangat saat pulang ke rumahnya, Mawar justru mendapat caci maki dari suaminya. Padahal ia sudah lelah seharian bekerja. Mengurus perusahaan yang ditinggalkan Oma juga mengurus proyek kerjasamanya dengan perusahaan suami dan mertuanya sendiri."Maaf, Mas. Tadi aku harus meeting dengan bos aku. Enggak mungkin kan, aku menolak perintah. Nanti aku dipecat, kamu siap menafkahi dan menanggung semua kebutuhanku? Enggak kan?!" jawab Mawar lantang."Berani kamu ngelawan suami sekarang ya???" balas Barra."Udahlah, Mas. Aku capek, mau istirahat. Kamu udah makan? Kalau belum biar nanti aku suruh bibi siapkan makanan buat kamu.""Bi, bibi ..." teriak Mawar."Eh, Heh! Bisa nggak berisik kan? Lebih baik aku makan di luar, daripada makan masakan bibi terus!" jawab Barra ketus.Barra pun langsung pergi begitu saja. Bahkan pan
Setelah meeting dengan tim internalnya, Mawar pun memutuskan akan membantu perusahaan mertuanya itu. Perusahaan yang dibangun papa Mark dari nol, penuh perjuangan. Mawar pun tahu, sama seperti papanya dulu yang jatuh bangun membangun perusahaan. Dan dulu, papa Mark juga pernah membantu papanya dan oma hingga Retro Company tetap berdiri tegak hingga bisa ia dan Balqis lanjutkan saat ini."Kak, lantas siapa yang akan mewakili kakak dalam penandatanganan kerjasama kita?" tanya Balqis."Gimana kalau kamu saja? Kalau mereka tanya, ya tinggal bilang sekarang kamu diangkat jadi karyawan tetap perusahaan ini dan menjadi manager. Ya kamu bilang saja, pimpinan kamu sedang mengurus perusahaan kita yang di Singapura. Gimana?" tutur Mawar."Apa mereka akan percaya?" jawab Balqis."Mereka percaya atau nggak, itu hak mereka. Ingat Balqis, kakak punya misi membalas sakit hati kakak sama Barra dan pelakor itu. Kamu mau bantu kakak kan?" tanya Mawar."Ya sudah. Aku ikut kakak aja deh."Mawar pun terse
RETRO COMPANYSebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, dan beberapa anak perusahaan itu kembali berjaya. Setelah memiliki pimpinan baru. Mawar dan Balqis. Dua anak keturunan Ibu Rima yang tersisa.Walau tidak pernah bekerja sejak lulus kuliah, tapi latar belakang pendidikan Mawar membuatnya tidak mengalami kesulitan yang berarti saat menghandle perusahaan peninggalan sang nenek. Ada beberapa orang kepercayaan sang nenek yang juga membantunya.Tanpa sepengetahuan Barra, Mawar membangun karirnya sendiri. Barra hanya tahu jika istrinya itu bekerja sebagai staf pegawai biasa. Karena sejak kembali dekat dengan Bulan, Barra tidak lagi membiayainya. Mawar pun terpaksa bangkit demi anaknya.Pagi itu seperti biasanya Mawar bersiap ke kantor setelah mengantar Safia. Gadis kecilnya yang beranjak besar. Saat hendak berangkat ke kantor, Barra dan kedua orangtuanya menegurnya."Mawar, kenapa kamu tidak bekerja di kantor papi aja sih kalau hanya untuk mencari pengalaman?" tanya papi Mark,
Barra tersentak mendengar jawaban istrinya itu. Ia tidak menyangka jika Mawar yang biasa penurut kini sudah mulai berani melawannya. Memang sejak awal menikah, Mawar selalu menuruti semua perkataan Barra, juga ibu mertuanya. Namun, Mawar yang lelah akhirnya berontak. Sudah cukup baginya selama ini pengorbanannya. Mawar selama ini hanya dianggap sebagai patung dan tidak ada gunanya.Mawar kini tidak mau lagi berdiam diri atas semua kezaliman suami dan ibu mertuanya. Juga mantan istri suaminya itu yang selalu menjadikan anak sebagai alatnya. Mawar ingin mereka semua merasakan penderitaan yang ia alami selama ini."Mulai berani ya kamu melawan? Sudah berani kurang ajar ya kamu sama aku, Hah?! balas Barra yang tak mau kalah.Matanya melotot ke arah Mawar yang hampir saja keluar dari tempatnya. Seperti sudah tidak ada lagi cinta dan sayang seorang suami untuk istrinya sehingga Mawar pun mulai berpikir untuk mengakhiri rumah tangganya dengan Barra. Tidak ada satu alasan lagi untuk Mawar me
Mawar akhirnya mendatangi kantor Sandi Arifin Law Firm. Tempat di mana sang nenek mengurus surat warisan yang selama ini disembunyikan dari kedua cucu perempuannya.Semasa hidupnya, nenek Mawar dan Balqis itu hidup sederhana sepeninggal kedua orangtua Mawar. Bahkan Mawar harus sambil bekerja saat kuliah demi mencari uang tambahan agar tidak memberatkan sang nenek. Namun, hari ini sebuah kejutan diterima Mawar dan Balqis sepeninggal nenek mereka."Selamat siang Mbak Mawar, Mbak Balqis. Silakan duduk!" sambut Pak Arifin yang ternyata pengacara kepercayaan keluarganya."Terimakasih, Pak.""Saya senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan kalian. Tetapi, saya juga sedih karena artinya nenek anda sudah tidak ada lagi. Saya turut berdukacita. Kalian sabar dan kuat ya!" ucap Pak Arifin mencoba menguatkan kedua cucu Ibu Rima."Maaf, Pak. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa betul nenek kami meninggalkan warisan?" tanya Mawar. Ia pun melirik ke arah Balqis."Betul, Mbak. Sebentar saya ambilkan berk
Bintang terdiam. Begitupun dengan Barra dan Mawar. Semua tidak berkutik saat pemilik kekayaan MBC Company bertindak merelai pertengkaran anak dan menantu kesayangannya itu."Bintang, sebaiknya kamu pulang! Tidak baik kamu berlama-lama di rumah mantan suami kamu!" usir Mark secara halus."Daffa biar tinggal di sini. Saya juga masih rindu sama cucu saya! Barra, Mawar, masuk kalian!" tegas Mark. Barra pun langsung masuk ke kamarnya disusul Mawar. Sedangkan Bintang alias Bulan langsung menatap Cynthia yang terdiam."Saya pamit dulu. Assalamualaikum." Bulan pun langsung pergi. Di teras rumah Tuan Mark itu, Bulan menatap tajam ke arah ruang tamu."Kita lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan untuk menghancurkan kamu, Tuan!" batin Bulan......"Yah, Daffa harus study tour ke Labuhan bajo. Biayanya 5 juta. Apa boleh?" tanya Daffa saat menyampaikan keinginannya."Oh, boleh dong. Kapan berangkatnya? Besok pagi ayah transfer ya?" seru Barra. Daffa pun mengangguk. "Makasih, Yah."Di saat bers
POV MAWAR10 tahun kemudian "Mas, besok Daffa harus ke rumah sakit. Kamu bisa temani aku kan?" Bulan kembali menghubungi Barra. Meminta mantan suami Bintang itu menemaninya seperti biasa mengecek kondisi kesehatan Daffa."Oke. Besok aku jemput kamu dan Daffa di rumah ya." Barra pun dengan cepat membalas pesan Bulan. Hingga usia Daffa 18 tahun, Barra dan Tuan Mark tidak pernah mengetahui siapa sesungguhnya Bulan. Rahasia Cynthia yang sudah dipegangnya pun membuat Mama Barra itu tidak berkutik dan tetap menyimpan rahasia Bulan. Sedangkan Roy, karena kondisinya yang tidak kunjung mengalami perubahan akhirnya dibawa keluarganya ke kampung. Sejak saat itulah Tuan Mark tidak pernah lagi mengetahui kabarnya.Mawar tetap menyayangi Daffa. Walau hubungannya dengan Bulan tidak juga membaik. Daffa pun sering menginap di rumahnya dan Barra. Daffa pun sangat dekat dengan Mawar juga anak angkatnya Safia.Safia dan Daffa yang berada di satu sekolah yang sama pun semakin dekat. Selalu pulang dan