Sialan! Aku baru mengenali orang yang dipanggil Abang ini. Dia dulu pernah tanding judo melawan aku dan langsung kukalahkan di ronde pertama. Dia PIkir aku cuma lihai di bidang judo, padahal aku menguasai hampir seluruh kemampuan bela diri. Hanya saja memang aku sering mengkayaki pertandingan judo sehingga namaku terkenal di bidang itu.
Elena menatap aku dengan pandangan bertanyaætanya. Masa penyamaranku harus terbongkar sekarang? Bagaimana janjitu kepada Papa? Saat aku masih belum bisa memutuskan berbuat apa, pertolongan datang dari orang yang tak kuduga sama sekali!
Elena mendesah keras lalu menepok jidatnya sendiri seakan teringat sesuatu.
"Dean! Tentu aja aku baru aja ingat siapa dia. Kapan hari dia pernah nabrak mobil aku, tepatnya supirnya Sih yang ngebawa mobilnya dan nyerempet mobil aku."
Si Abang itu jadi heran mendengar ucapan Elena.
"Rik..eh Erik ini emang mukanya mirip sama yang naman
Aku tak menyangka akhirnya akan berakhir seperti ini. Elena mengetahui identitasku yang sebenarnya dengan mata kepalanya sendiri dan ia marah padaku . Sekarang bagaimana aku bisa menjelaskan padanya kalau aku melaku kan semua ini karena permintaan ayahnya yang merasa hidupnya tak akan lama lagi? Tidak. Aku tak bisa merusak kepercayaan Papa Mertuaku . Lagi&lagi aku harus mengalah. Kubiarkan ia pergi dengan meninggalkan kebencian untukku. Namun kali ini ada sesuatu yang harus kulaku kan. Ku hubungi nomor hape Papa."Dean, ada apa?" terdengar suara Papa menyambut tanpa semangat."Elena sudah mengetahui identitasku yang sebenarnya Pa," kataku to the point.Kudengar suara nafas Papa tercekat di ujung sana."Bagaimana bisa?""la tak sengaja masuk ke kamar pribaditu di kantor dan ia mergokin aku saat ganti baju satpamku," jelasku singkat."Lalu kau jelaskan semuanya?""Belum. Aku tErIkat ja
Aku baru selesai mengajar anak- anak pantai. Kini mereka lagi manfaatin jam istirahat mereka dengan bermain di tepi pantai. Asik aja ngelihat permainan mereka meski mereka main dengan telanjang kaki. Kasihan mereka. Anak- anak pantai ini datang ke sekolah dengan pakaian seadanya yaitu pakaian rumahan yang sangat sederhana. Juga hanya memakai sandal jepit, bahkan kadang mereka gak pakai alas kaki. Tapi semua itu gak menyurutkan semangat mereka untuk belajar di sekolah. Itu juga kalau bangunan nyaris ambruk ini layak disebut sekolah. Makanya aku paham kenapa Pak Sapto amat mengharapkan donasi untuk membangun sekolah yang keadaannya miris ini. Uh, aku pusing Mikirinnya. Si Erik eh Dean mau ngebiayaiin sekolah ini asal aku balik sama dia. Tapi masa aku harus berkorban jadi simpanannya demi sekolah ini? "Mbak Elena," sapa Pak Sapto yang tiba-tiba aja sudah berdiri di sebelah aku. "Iya Pak Guru." "Bagaimana kemarin perbincangan Mbak Elena dengan Mr Alexande
Sepanjang perjalanan aku gak bisa Mikir apapun. Aku shock! Kenapa selama ini Papa nyembunyiin penyakitnya dari aku? Dan aku yang gak tau justru membencinya! Belakangan ini hubungan aku dengan Papa emang memburuk. Dean seperti mengerti apa yang aku rasain. Dia memegang tangan aku, seakan ingin menyalurkan kekuatannya."Dean, Kamu udah tau ini sejak lama ya?" tanya aku curiga."Cukup lama. Tapi papamu memintaku tak memberitahumudulu.""Sampai kapan? Sampai Papa sekarat begini baru aku dIkasih tau?" sindir aku kesal. Airmata aku mulai mengalir tanpa bisa dikendalIkan lagi."Mengapa kalian selalu nipu aku terus menerus?!""Maafkan aku , Elena. Selama ini aku mengharap Papamu lah yang akan menjelaskan semuanya padamu. Dialah yang berhak mengatakan itu, tapi kini kurasa keadaannya tak memungkinkan." Jadi Dean tahu segalanya tapi dia menyembunyIkannya atas permintaan Papa."Sakit apa Papaku? ""Kanker darah. Stadium tiga.
Udah seminggu Papa di ICU. Aku masih setia menunggu Papa di luar ICU. Aku hampir gak pernah pulang rumah. Percuma juga sih, di rumah aku juga gak bisa tidur atau istirahat. Kalau gak ngelihat kondisi Papa aku ngerasa gak lega. Kemarin aku baru aja ngusir Dean dari hadapan aku, ternyata pagi ini dia udah muncul di Rumah Sakit. "Kamu ngapain datang kemari lagi?"sentak aku kejam. Dean cuek aja aku jutekin. Malahan dia duduk santai di bangku Rumah sakit seakan di rumah sendiri aja. "Apa Kamu sudah memutuskan untuk membeli rumah sakit ini?" Aku membulatkan mata bingung ngedengar pertanyaannya yang gak berujung pangkal itu. "Enggak! Buat apa?!"sarkas aku. "Bagus. Kalau begitu Kamu tidak berhak mengusir aku dari sini," ucap Dean puas, ia duduk sambil mejamin mata seakan gak mau diganggu lagi. Oke! Fine. Aku juga gak akan peduliin dia. Anggap aja dia gak ada disini. Aku sibuk mondar—mandir untuk ngelihat kondi
Hubungan aku dengan Dean kini mengalami babak baru. Dean juga udah berubah gak sedingin dan sekaku biasanya. Dia lebih sering tersenyum dan tertawa. Tapi tentu aja dia gak bisa sepolos Dino kecil aku. Meski deminian aku senang akhirnya bisa nemuin Dino kecil aku.Aneh juga, begitu kita bertemu tau—tau dia udah jadi suami aku! Takdir mempertemukan kami lagi dengan caranya yang unik, melalui sosok Erik.Erik adalah kenangan aku yang paling indah dan betul-betul terpatri dalam hati aku, tapi kini aku udah merelakannya. Dean adalah masa depan aku dan aku rasa aku udah mulai mencintainya. Ah yang benar, aku yakin aku udah mencintainya.Pagi ini aku terbangun dalam dekapan hangatnya. Dean menowe Fnowel hidung aku namun aku tepiskan tangannya.”Ngantukkkk..” desah aku manja.Aku justru memeluk Dean lebih erat.”Dean, pelukkk. Biar hangat,” pinta aku tanpa membuka mata aku. "Bangun sayang, kau sudah bikin peta pul
Omprengan kumuh itu berhenti tepat di depan gerbang satu rumah yang sangat mewah. Ini Sih bukan rumah, tapi lebih kayak istana, PIkir Mila dengan mulut ternganga."Nggak salah Pak Haji? Erik yayangku ngajak kondangan ke tempat ini?"Pak Haji ngeluarin selembar kertas lecek yang dipakainya menulis alamat saat ditelpon Erik. Mila meliErik penasaran. ltu kertas apa bekas bungkus pembalut sih? Kumal banget ih!"Bener kok, Nak Sarimi," jawab Pak Haji yakin.Mila kesal hatinya, hanya Pak Haji yang suka memanggil nama aslinya. Sarimi Ngapunten. Kekesalan Mila gak berlangsung lama, ia ngelihat seseorang berseragam satpam menghampiri mereka."Lah itu Mas Erik datang kemari!""Ow paling ada hajatan massal di tempat kerja Mas Erik, jadi kita disuruh datang untuk makan gratis!" Pak RT menyimpulkan sambil mangguFmanggut sok bijak.Mila langsung berlari dan melukin satpam yang mendekat dengan erat."Mas Erik yayangku, Mila kangen Mas!"
"Oh, gak doyan laki ya? Baru aja aku mau modusin. Yah kece..." "Aku normal! Aku bukan lesbi!" potong Lola cepat, gak sadar dia mencengkeram lengan Bastian. Elena melihat gelagat itu, dia paham perasaan sohibnya. "Lola, kan tadi Kamu ngomong pengin dapat CEO? Nah kenalin dia ini Bastian Hutomo, CEO perusahaan Dean." Lola berlari cepat dan membungkam mulut Elena dengan tangannya. Dean yang berdiri di dekat Elena sontak menepis tangan Lola dengan posesifnya. Mereka bertatapan saling tak suka. Bastian terkekeh geli melihatnya. "Bro, bukannya sekarang saatnya Kamu membawa pengantin wanita Kamu keluar?" kata Bastian mengingatkan. Mila mengendap—ngendap keluar dari dapur. Ish, masa dia udah dandan cakep—cakep disuruh kerja di dapur? Dia kan pengin menikmati pesta juga! Mila melongo hebat begitu menyaksIkan kemewahan dan suasana pesta yang semarak. Wih, makannya juga enak—enak! Dengan raku s ia mulai mengambil dan menyantap hid
Aku ngaku aku lebih kenal Erik dibanding Dean. Meşki aku sekarang cinta Dean tapi jujur aku kan belum mengenal dia luar dalam dibanding karakter Erik. Meşki karakter abal- abal Sih. Dan aku kaget setelah aku merit ama dia (ehm maksud aku setelah aku tau aku udah married ama dia dan dirayain gitu), aku baru tau sifat jeleknya dia. Kamu tau apa itu? Kampret, dia itu ternyata cowok pelit! Gak percaya kan?Secara dia kan kaya banget! Tapi itu kenyataan.Aku nyaris gak percaya saat dia kasih aku uang jajan bulanan lima jeti."İni apaan?” tanya aku saat menerima segepok duit berwarna merah itu.”Uang jajan Kamu , Sayang,” kata Dean sambil tersenyum bangga.Seneng kali bisa nafkahin aku, secara aku sekarang kan gak kerja. Aku tergantung ama dia seratus persen."Kok gak ditransfer Sih?”"Enggak. Yang ditransfer itu gaji karyawan. Kamu kan istritu, tiap bulan aku akan kasih Kamu uang tunai saja.