Share

BAB 77: Lathisa Pergi

Satu bulan berlalu, keadaan Lathisa semakin memburuk, tidak ada pengobatan apapun lagi yang bisa diterimanya selain pereda nyeri. Tapi senyum masih mengembang di wajah pucatnya tak kala menatap Sean, yang ada di pangkuan Keyra. Berada di tengah keluarga adalah hal yang membuatnya bahagia hingga sedikit mengurangi rasa sakit.

Pagi ini cuaca cerah, udara sejuk berhembus melalui celah–celah jendela, dan hangat mentari menyapa kamar Lathisa, tiba-tiba saja Lathisa ingin bertemu beberapa orang, satu persatu teman dan keluarga masuk, lalu keluar dengan membawa tangis. Lathisa ingin bicara pada semuanya seolah meninggalkan pesan terakhir.

“Maaf Kyai Damar, aku tidak bisa memenuhi keinginan Kyai untuk memimpin pesantren,” ujar Lathisa lirih.

Kyai Damar hanya tersenyum getir, “Jangan pikirkan itu Lathisa, kamu tetap menjadi cucuku, terima kasih telah melahirkan Sean.”

Orang tua itu menahan sekuat tenaga, rasa sedihnya, lalu tangis pecah, setelah keluar kamar hingga tubuh rentanya harus di pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status