"Saham yang kita tawar disetujui keluarga Johnson. Sepertinya mereka benar-benar membutuhkan uang.""Itu sangat bagus. Akhirnya mereka tahu dengan siapa mereka berhadapan," sahut Topan tersenyum sinis sebelum menjawab."Saya kira awalnya mereka tidak setuju, tapi setelah sekian purnama akhirnya …." Jeremy meletakkan tiga lembar kertas ke hadapan Topan untuk Topan tanda tangani. "Transfer uangnya hari ini," kata Topan sambil meletakkan pena."Persiapan untuk ke Berlin sudah lengkap, Pak. Sekretaris baru pengganti Erica juga sudah didapatkan pihak HRD. Bapak ingin mewawancarainya langsung?" "Kamu saja yang wawancara dia."Setelah memberi anggukan pada Topan, Jeremy meninggalkan ruangan kerja Topan.Sejak kematian Erica–tepatnya setelah dipecat–Topan mengalami kesulitan mencari pengganti Erica yang memenuhi syarat–setidaknya–delapan puluh persen mendekati etos kerja yang Erica miliki.Topan sangat kehilangan Erica sebagai sekretaris, tetapi Erica menjadi ancaman besar baginya dan perus
Melihat Emma terkejut, Topan meledeknya dengan senyum miring. Dia senang melihat Emma dalam situasi tidak menyenangkan seperti itu. Perempuan itu bingung menemukan cara untuk keluar dari bak mandi dan …."Bagaimana ini bisa terjadi?" "Saat aku akan menurunkan Kia ke dalam bak, ternyata dia malah pipis. Kamu tahu sendiri kelanjutannya …."Emma mendengus jengkel sambil membuang muka. Rasanya sia-sia perawatan mandi bunga yang dia lakukan ternyata hanya air kotor. Kepala Topan masih berputar-putar mencari ide untuk menjahili Emma lagi. "Keluarlah. Aku mau mandi.""Tidak. Aku juga sedang mandi.""tapi kamu sudah wangi. Berarti kamu sudah memakai sabun," sanggah Emma ketika mencium wangi dari tubuh Topan."Tapi, aku belum memakai sampo." Itu hanya alasan Topan supaya dia bisa berlama-lama mengusili Emma. Topan lalu berdiri, memilih meninggalkan Emma setelah menarik tirai pembatas. Perasaan Emma menjadi lega karena mendengar suara pintu dibuka dan ditutup, artinya Topan sudah keluar.
Apa yang harus Topan kataan? Topan merasa dikepung musuh dan tidak ada celah untuk melarikan diri. Topan sendiri juga tidak mengerti kenapa dia tidak ingin Emma mengetahui tentagn hubungannya bersama Erica."Laki-laki kalau sudah bersalah, kalaupun mengakui kesalahan, tetap diulangi. Karena semudah itu menyelesaikan masalah. Hanya dengan mendapatkan maaf, urusannya selesai. Semua kembali baik-baik saja. Waktu berlalu dan dia lupa, akhirnya dia berulah lagi"Emma mendesah kecewa dan menyindir."Apa Nyonya Laura sudah tahu tentang hubungan itu?" Emma bertanya lagi, tetapi tidak ada jawaban. "Ah, sudahlah, tidak perlu bertanya urusan orang lain. Kalian juga sudah kena batunya.""Iya, dia sudah tahu.""Itu bagus, setidaknya kalian berakhir tanpa kebohongan yang tersimpan sampai mati.""Kamu kecewa?" Topan melihat ada kekecewaan di ekspresi suara Emma. "Tidak, tapi iya. Maksudku, laki-laki banyak yang tidak menghargai perempuan yang mencintainya. Mereka tidak setia pada perempuan yang set
Topan mendesah kesal mendapat balasan telak dari Emma. Dia ingin tidur di kasur berdua bersama Emma, tetapi perempuan itu membawa Kia ke kasur. Kia tidak bisa ditinggalkan di kamar lain, karena Feni tidak bersama mereka di rumah pengasingan itu. Topan menatap lemah dan sendu istri dan anaknya di kasur. Dia pelan-pelan mendekat pada mereka ketika Emma mulai terlihat sayu di kelopak matanya. Saat sarapan pagi sedang berlangsung, Emma dan Alex menangkap Topan menguap berkali-kali. Mereka saling melirik pada Topan saat lelaki itu mengusap mata yang berair. "Apa yang terjadi sampai kamu menguap sejak tadi?" tanya Alex bingung. "Tidak apa-apa, Kakek. Aku hanya kurang tidur," jawab Topan menguap lagi. "Aku pergi sekarang supaya cepat selesai urusan di kantor. Sampai jumpa, Sayang. Papa segera pulang." Topan meninggalkan meja makan setelah mencium Kia. Jeremy sudah menunggu di mobil setelah lebih dulu menyelesaikan sarapan bersama Dagna. "Pak, kita juga ada jadwal pertemuan asosiasi bi
Namun, Laura merasa Topan sedang mempermainkannya. Dia menyetujui permintaan Topan untuk mengulang penjelasannya. Topan mendengarkan penjelasan Laura dengan perasaan kacau balau. Dia semestinya tidak diserang perasaan tidak menyenangkan saat berbisnis, harus meletakkan fokusnya pada apa yang dia lihat dan dia dengar. Namun, cara Laura berbicara ketika mengulang penjelasan membuat adrenalinnya loncat-loncat tidak karuan, terbakar-bakar seperti ingin menghantam Laura yang terlihat seperti sedang bersandiwara, pura-pura manis dan baik di depan orang lain. Namun, sebenarnya dia sedang menyudutkan Topan di hadapan orang lain. 'Jadi Laura melepas saham di perusahaanku, ternyata dia ingin menyatu kekuatan dengan Borsehn. Menarik.'Dari penjelasan Laura, Topan menyimpulkan bahwa Laura sedang mempermainkan dirinya dan mengajak untuk kembali bekerja sama melalui saham yang akan dibeli di perusahaan Borsehn. "Baiklah, saya setuju," kata Topan pada akhirnya. Baik Laura ataupun Topan, memilik
Emma tersenyum kecil ketika bingung untuk menjawab pertanyaan yang tidak punya jawaban. Pernikahan kontrak saat berakhir bagaimana bisa dilanjutkan? Lagipula dia dan Topan tidak punya hubungan apa pun selain kontrak pernikahan. "Ini sulit untuk dijawab. Pernikahan ini hanya kontrak dan saya juga tidak mengerti kenapa pembicaraannya menjadi seperti ini.""Jadi kamu tidak mengerti sedari tadi. Begini, Emma. Laura sudah diceraikan, lalu kontrakmu akan berakhir dua bulan lagi, lalu kamu pergi meninggalkan Kia tanpa seorang Ibu. Posisi kosong milik Laura itu, kenapa tidak kamu yang isi? Kamu sudah mendudukinya sekarang, kenapa tidak diteruskan? Kalian bisa menikah lagi setelah kontrak selesai," celetuk Alex mendapat tatapan bingung dari Emma.Di titik ini, Emma benar-benar tidak paham apa dan ke mana pembicaraan mereka. Kenapa tiba-tiba menjadi pernikahan yang dilanjutkan? Kenapa Emma tidak boleh pergi? Kenapa mereka melakukan framing padanya seolah-olah pembahasan mereka sedang terjadi
Mobil mereka berhenti di Goerlitz Departemen store yang kosong. Bangunan ini menjadi tempat wisata paling iconic karena dijadikan tempat lokasi syuting film Hollywood.Topan mengajak mereka turun untuk berjalan-jalan menikmati wisata bangunan yang belum lama direstorasi itu.Mereka mengamati bangunan itu dan terkesima dengan pemandangan sekitar yang terlihat dan terasa seperti di lokasi syuting film."Kamu pernah nonton film The Grand Budapest Hotel?" tanya Topan pada Emma, setelah sedikit menepi agar tidak terganggu dengan pengunjung lainnya."Aku belum pernah nonton. Aku tidak pernah nonton film. Hanya film drama yang menurutku bagus yang akan kutonton. Kenapa?""Gedung ini bekas departemen store, lalu dijadikan tempat syuting film. Tempat ini beberapa kali menjadi lokasi syuting film Hollywood," sahut Topan membuat Emma terkagum."Oh, begitu. Pantas saja lokasinya terlihat seperti tempat membuat film." Emma menyibak rambutnya yang ditiup angin. "Kalau lagi cerah seperti ini, kita
Entah kenapa Topan menanyakan hal itu di situasi bahagia seperti ini. Dia seperti tidak memiliki waktu lain dan kesempatan untuk mengetahui jawaban Emma yang terakhir. Topan ingin mencuci otak Emma untuk tetap bersamanya dan Kia."Tidak, tidak, anggap saja aku tidak pernah bertanya. Lupakan."Emma mengerutkan kening ketika tipan mengatakan hal itu. Dia tidak mengerti apa yang Topan katakan, sebab saat itu terjadi Emma sedang menyesuaikan posisi berdiri Kia. Dia tidak mendengar apa yang Topan katakan. Topan jadi salah tingkah sekarang. Dia menyandarkan kepala sambil menarik napas agar bisa lega. "Kamu bicara sesuatu?" tanya Emma heran melihat Topan seperti maling tertangkap basah. Topan langsung menoleh dan terdiam memandangi Emma. "Tadi kamu ada mengatakan sesuatu atau tidak?" ulang emma melihat Topan tidak juga menjawab pertanyaannya. Bingung Emma semakin bertambah ketika menemukan ekspresi bingung juga muncul di wajah suaminya."E-tidak-tidak, aku hanya bilang jangan terlalu lam
Mereka turun di restoran mahal. Topan memesan menu-menu barat yang belum pernah Emma rasakan. Sambil menunggu pelayan mengantarkan makanan, Topan lanjut berbincang. Memperkenalkan banyak hal pada Emma tentang kehidupan orang-orang kaya, kebiasaan mereka dan lainnya."Aku sering melihatnya di tv. Kalian suka membuang-buang uang untuk barang-barang tidak penting. Sandal untuk ke WC saja harganya tiga juta Rupiah." Topan tidak terima dikatakan buang-buang uang hanya untuk sandal WC. Itu bukan buang-buang uang melainkan kualitas hidup dan prestige. "Emma, karena kamu bicara denganku maka aku masih mengerti. Tapi kalau kamu bicara dengan orang lain seperti tadi kamu akan ditertawakan. Tidak tahu apa-apa tentagn kehidupan orang kaya, kenapa membeli produk mahal hanya untuk dipakai di kamar mandi, kenapa beli tas mahal sampai satu milyar untuk satu tas."Topan mendekatkan dirinya lagi pada Emma. Dia ingin Emma memahami tentang gaya hidup dan cara pandang orang kaya dalam memaknai sesuatu b
"Kamu pernah ke sini?" Topan bertanya ketika mobil menginjak rem di Kota Tua. "Belum pernah, hanya sering mendengarnya. Katanya Kota Tua tempat wisata yang banyak nilai sejarah," kata Emma, terpana memandang pemandangan Kota Tua yang menakjubkan. Dengan menggendong Kia, Topan menggandeng tangan Emma masuk ke Kota Tua. Dia terlhat sangat keren dan menjadi pusat perhatian pengunjung di sana. Topan menggunakan kaca mata gelap, memakai pakaian kasual yang sederhana tetapi terlihat mahal.Emma awalnya tidak peduli dengan perhatian para perempuan di sana. Namun, dia menjadi risih pada akhirnya karena mereka turut meliriknya.Aroma parfum Topan juga sangat menggoda. Dia sangat wangi dan membuat perempuan semakin tidak bisa berpaling darinya. Emma tahu risiko menjadi istri orang ganteng dan kaya. Namun, apa mereka tidak bisa menjaga matanya sebentar saja?Entah apa yang membuat Emma mengeratkan jarinya di genggaman Topan, tetapi hatinya tidak suka melihat yang matanya lihat.Topan membawa
"Kamu tahu apa yang paling diinginkan seseorang yang mencinta?" Emma menoleh ketika pertanyaan Topan terdengar menggelikan di telinganya. Entah kenapa Topan terdengar seperti seorang pujangga kali ini."Aku tidak tahu. Aku tidak mengharapkan mencintai lagi karena itu menyakitkan," sahut Emma membuat Topan tertegun. "Aku hanya ingin bebas dan tenang, bahagia bersama Kia dan mewujudkan cita-citaku." Topan mendadak merasa kecil hati karena tidak dilibatkan dalam hidup Emma. Dia lalu bertanya, "Apa kamu tidak ingin bahagia bersamaku?" Emma menoleh padanya. Hati Emma berdesir dan dia merasa melambung ke awan. Emma merasa gugup dan kikuk, salah tingkah karena emosinya seketika berubah. "Apa aku salah kalau berkata 'mungkin' karena tidak mau terburu-buru?" "Kalau aku tidak mau menerima kata mungkin, bagaimana?" Topan malah membuat Emma terjun ke dasar jurang, tidak memiliki jalan keluar untuk naik lagi ke tebing. Kenapa dia suka sekali membingungkan Emma? Apa itu hobinya, membuat orang
Laura mengulur waktu untuk menjawab pertanyaan Topan agar mantan suaminya itu terpancing amarah dan keceplosan mengatakan kebenaran tentang Erica."Saat dia disekap, aku juga ada di sana 'kan? Apa kamu lupa itu,Topan? Jadi sudah pasti aku tahu apa yang terjadi padanya.""Apa yang terjadi padanya?" serang Topan mulai mengikuti alur permainan Laura."Kamu suruh dia keluar menemui seseorang."Topan sempat menegang saat Laura mengatakan tentang perjanjiannya dengan Erica pada hari itu. Ekspresi itu sempat tertangkap oleh Laura meski sekilas. Perempuan itu tersenyum miring dan sinis melihat Topan masuk dalam permainannya. "Kamu dengar sendiri apa yang kukatakan padanya, lalu dia tewas bunuh diri meninggalkan surat permintaan maaf. Siapa yang menduga dia akan berakhir seperti itu? Mengenaskan. Aku tidak menyangka nekat yang dia miliki bisa sejauh itu."Laura memerhatikan Topan dengan ekspresi tajam. Mimik muka Topan ketika berbicara tampak sangat serius dan meyakinkan. Gerakan tubuhnya da
Topan terdiam kaku di depan ranjang Alex dengan perasaan sakit entah bagaimana mengatakannya. Dia menangis diam, tetapi tangannya menggenggam erat dan geram ketika memegang ujung besi ranjang tersebut. Setelah dokter mengatakan yang terjadi dan penyebab terjadinya penyakit tersebut, Topan sontak dihantui rasa takut. Dia bahkan melupakan Emma dan Kia yang menunggunya di luar. Dia ditemani Dagna menemui Alex. Topan tidak mempunyai kata-kata untuk dikatakan. Namun, di kepalanya bergelayut banyak hal yang membuat sesak dan penat. Satu-satunya orang yang dia miliki, temannya bermain, dan tempatnya berkeluh kesah, Alex akan menjadi mimpi buruk bagi Topan jika pria tua itu pergi. "Kita hanya bisa berdoa buat kakekmu," ujar Dagna mengusap punggung Topan untuk menenangkannya. "Maafkan Bibi karena lalai menjaga kakekmu."Dagna mengatakannya dengan suara dan bibir bergetar. Matanya belum berhenti meneteskan air matas sejak Topan mengajaknya masuk ke kamar Alex. "Kakek tidak boleh mati. Tid
"Tidak perlu, aku tahu kamu mengambil kesempatan." Emma memalingkan muka. Entah apa yang membuatnya kikuk dan pipinya merona.Emma juga tidak bisa menjabarkan bagaimana jantungnya berdetak tidak karuan dan sekujut tubuhnya mulai terasa gemetar."Kenapa kamu bilang begitu? Aku punya hak untuk melakukan itu. Kita suami istri. Jadi, apanya yang salah?"Emma tidak menggubris komentar Topan, melainkan beranjak menuju ke kasur, mengambil posisi di sebelah Kia. Topan juga melakukan hal serupa. Sebelumnya, dia mengirim pesan pada Jeremy untuk mengabarinya bila pesawat sudah tiba di bandara.Topan membelai pipi Kia. Dia merasa penat dan beban di bahu luruh ketika jarinya yang kasar dan besar menyentuh kulit Kia yang halus. Lelahnya pun menjadi hilang melihat Kia tidur lelap dengan polosnya."Ceritakan padaku, bagaimana masa kecilmu? Aku ingat kita tidak pernah membahas topik ini sebelumnya," kata Topan memandang Emma."Aku suka bermain layangan. Dulu aku sering bermain di lapangan dekat rumah
"Wahhh … ini indah sekali." Emma terkagum-kagum melihat keindahan Kahlenberg. Salah satu wisata paling populer di Wina. Pengunjung bisa menikmati keindahan kota dan alam Wina dari atas bukit. Topan membawa Emma ke bukit tersebut, sekaligus untuk bersenang-senang di alam terbuka yang lebih bebas. "Kamu suka?" Topan bertanya dengan senyum semringah. Usahanya membawa Emma dan Kia jalan-jalan dan berlibur membuatnya senang. "Tentu saja aku suka. Semuanya sangat indah. Ah, aku tidak bisa mengatakannya seperti apa. Tapi ini benar-benar luar biasa," ujar Emma terkesima memandangi kota dari atas bukit. Topan mengusap kepala Emma ketika angin menerbangkan rambut Emma yang panjang. Dia memindahkan segumpal rambut yang jatuh di wajah Emma dengan tatap terpana. Emma terlihat sangat cantik dan menawan. Entah kenapa. Namun, Topan sulit memindahkan tatap matanya dari Emma. Perempuan itu sedang sangat gembira menikmati pemandangan ditembus angin Kohlenberg. Topan memberi Emma waktu untuk menik
"Dari mana kalian? Aku mencari-cari sejak tadi. Kamu bahkan tidak membawa ponsel," kata Topan ketika melihat Emma dan Kia dari lorong kamar lantai satu. "Aku baru saja bertemu Nyonya Laura." "Apa? Laura? Sedang apa dia di sini?" Kening Topan samar-samar mengerut. "Katanya ada pertemuan bisnis denganmu." Emma berkata tanpa menghentikan langkah. "Ada-ada saja, tidak ada pertemuan di hotel ini. Jeremy harus ikut denganku jika menyangkut bisnis." Topan terkekeh. "Dia menginap di hotel sini juga?" "Dia mengatakan itu padaku. Aku tidak peduli karena aku tidak mengerti bisnis." "Dan kamu percaya?" Topan mengikuti Emma berjalan menuju lift. "Aku tidak peduli kalaupun itu benar. Setahuku bisnis bisa dilakukan di mana saja." Topan menaruh curiga pada kedatangan Laura di hotel itu. Dia mengambil ponsel dan menghubungi Jeremy untuk mencari informasi tentang Laura. "Tunggu!" Topan menahan pintu lift, ketika Emma akan masuk. "Mau ke mana?" "Kembali ke kamar," sahut Emma bermuka datar. Ent
Entah kenapa Topan menanyakan hal itu di situasi bahagia seperti ini. Dia seperti tidak memiliki waktu lain dan kesempatan untuk mengetahui jawaban Emma yang terakhir. Topan ingin mencuci otak Emma untuk tetap bersamanya dan Kia."Tidak, tidak, anggap saja aku tidak pernah bertanya. Lupakan."Emma mengerutkan kening ketika tipan mengatakan hal itu. Dia tidak mengerti apa yang Topan katakan, sebab saat itu terjadi Emma sedang menyesuaikan posisi berdiri Kia. Dia tidak mendengar apa yang Topan katakan. Topan jadi salah tingkah sekarang. Dia menyandarkan kepala sambil menarik napas agar bisa lega. "Kamu bicara sesuatu?" tanya Emma heran melihat Topan seperti maling tertangkap basah. Topan langsung menoleh dan terdiam memandangi Emma. "Tadi kamu ada mengatakan sesuatu atau tidak?" ulang emma melihat Topan tidak juga menjawab pertanyaannya. Bingung Emma semakin bertambah ketika menemukan ekspresi bingung juga muncul di wajah suaminya."E-tidak-tidak, aku hanya bilang jangan terlalu lam