Share

Kiriman Bunga

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aaa!” Aku memekik ketakutan. Seseorang menarik pergelangan tanganku ketika aku melintasi basement yang sepi. Punggungku kini bersandar pada pilar beton yang keras. Pupil mataku sontak melebar, mendapati Andreas yang menghimpit tubuhku.

“Aku merindukanku, Andini,” bisiknya di telingaku. Mendengar suaranya yang rendah seperti itu otomatis membuat bulu kudukku meremang.

“Kamu sudah gila,” desisku, mendorong tubuh kekarnya. “Pras sedang menunggu di mobil!”

“Persetan.” Bibir Andreas seketika melumat bibirku dengan ganas. Selama beberapa detik aku menikmatinya. Ini ciuman yang selalu kurindukan. Otomatis tubuhku mendekap tubuh hangatnya. Aku menggeliat dan membiarkan tas tanganku jatuh begitu saja.

“Su-suamiku…a-aku takut dia memergoki ki-kita, Sa-sayang…aahhh…” erangan melesat dari mulutku begitu jemari Andreas menggerayangi tubuhku dengan lihai. Aku menjambak rambut ikal brondong itu, menjauhkan bibirnya dari dadaku.

“Dia enggak akan tahu, Ndin…” Andreas menatapku dengan liar. Napasnya m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Menyelamatkan Andini

    “Apa maumu?” Tanya Andreas tajam. Kedua matanya memicing sinis ke arah Bianca.Perempuan itu mendengus pelan sambil memutar kedua bola matanya. Satu bahunya bersandar di ambang pintu unit apartemennya.“Astaga, Andreas. Ini kali pertama kamu mengunjungiku lagi setelah kita putus. Kenapa kamu jutek begitu sih?” Bianca mengedikkan bahunya. “Ayo,” tiba-tiba dia menarik lengan Andreas ke dalam.“Kamu mau minum apa?” Tawar Bianca. Sementara Andreas bersedekap di depan jendela apartemen yang besar. Sinar matahari pagi masuk, membias di permukaan kulit Andreas yang kecoklatan.Bianca melirik sekilas. Dia selalu terpana dengan ketampanan Andreas apalagi dengan kulit eksotisnya itu. ‘Selalu menggoda,’ pikir Bianca.“Aku tahu kamu memeras Andini,” tukas Andreas dingin.“Memeras?” ulang Bianca sambil menuangkan kopi hitam ke cangkir. “Memangnya aku minta tebusan apa ke pacarmu yang sudah bersuami itu, hah?”“Kalau kamu berani macam-macam dengan Andini, aku enggak akan segan-segan memberimu pela

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Penawaran Bianca

    Pras berusaha mencerna kalimat Bianca barusan. Sementara itu, Bianca menatapnya dengan penuh keyakinan.Lantas, tawa Pras berderai. Sambil geleng-geleng kepala, dia berujar, “Dari mana kamu tahu kalau istri saya berselingkuh, Alena?”“Pak, ini bukan lelucon.” Bianca merasa tersinggung karena nampaknya Pras meremehkan ucapannya tadi. “Istri Bapak, yang Bapak anggap setia itu, sudah mengkhianati Bapak.”“Ya, ya. Kamu sudah bilang tadi,” Pras masih terkekeh. “Lagian istri saya selingkuh sama siapa, hah?”“Sama tetangga Bapak, Andreas. Dia seorang pelukis kan?”Tawa Pras mendadak lenyap. Wajahnya berubah serius. “Bagaimana kamu bisa tahu soal Andreas?”Seringai muncul di wajah Bianca. “Tentu saya tahu, karena Andreas itu mantan saya. Dan saya pernah memergoki istri Bapak berciuman dengan Andreas di sebuah pesta yang diadakan di pulau pribadi.”Pras menelan ludahnya dalam-dalam. “Kamu pasti salah lihat.”Bianca mendengus pelan. “Mata saya belum rabun, Pak Pras. Saya putus dengan Andreas ga

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Mengikuti Andini

    Tubuh Bianca menggeliat. Darahnya berdesir cepat saat melahap ibu jari Andreas. Kepala pria itu lalu merunduk, mendekati wajah Bianca. Senyum menggoda membingkai di wajah tampan Andreas.“Hmpf…” Bianca mendesah.“Sepertinya kamu sudah sangat terangsang, Bianca?” Suara berat Andreas semakin membuat Bianca menggila.“Yes, baby. Plis, lakukanlah…”Seketika Andreas menarik tubuhnya. Bianca pikir pria itu bakal menanggalkan kaosnya–ha, dia sudah tidak sabar meraba dada bidang Andreas!Namun kenyataannya Andreas malah menjauh dan turun dari sofa.“Kamu pikir aku akan tidur denganmu, Bianca? Silakan bermimpi,” tandas Andreas.Bola mata wanita itu sontak membelalak lebar. Mulutnya menganga, tidak percaya Andreas akan mencampakkannya seperti ini!“Sebaiknya hubungi saja pacarmu itu, karena aku enggak akan jatuh ke dalam pelukanmu lagi. Selamat tinggal. Semoga harimu menyenangkan!” Andreas melambai santai.“Andreas brengsek!!” Bianca berteriak lantang setelah pria itu menghilang dari balik pint

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Perselingkuhan yang Terkuak

    BUK!Sebuah benda keras membentur kepala bagian belakang Bianca.“Aaa!!!” Pekikan Bianca langsung menggema ke setiap sudut ruangan.“Brengsek! Dasar perempuan sialan!” Seorang wanita hamil terus menyerang Bianca dengan ujung tas mahalnya yang keras itu. “Hentikan! Hentikan! Aaa!!” Kedua tangan Bianca menutupi wajahnya, menghalau pukulan bertubi-tubi yang sekarang mengarah ke wajahnya. Andai saja wanita itu tidak sedang hamil, Bianca pasti sudah mendorongnya.Saking terkejutnya, Pras hanya mematung melihat kejadian tidak terduga ini.“Sudah, sudah…tenang,” akhirnya Pras berusaha ikut melerai.Namun wanita hamil itu terus menghujani Bianca dengan cacian dan ayunan tasnya. “Aku tahu kamu selingkuhan suamiku! Aku tahu itu! Dasar perempuan brengsek! Tega kamu ya?! Tega! Aku sedang mengandung anak kedua kami!”Akhirnya pertikaian itu berhasil dilerai oleh staf galeri. Kini rambut Bianca awut-awutan, kepalanya terasa nyeri dan ada memar di wajahnya.Namun mereka tetap bertukar pandang penuh

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Insiden

    “Jadi seperti itu ya, Bi,” terangku pada Iyem ART baru di rumah kami. Akhirnya, Pras memilih sendiri ART dari yayasan. Dia menjatuhkan pilihan pada Iyem, seorang wanita paruh baya yang berumur lima puluh tahun.Iyem mengangguk paham. Dia memang sudah terbiasa menggunakan peralatan modern karena majikan sebelumnya adalah keluarga ekspat. Dan karena ini akhir pekan, aku membiarkan Evan dan Rico tidur lebih lama.Sementara itu, Pras ada acara sosialisasi channel baru di perusahaannya. Jadi dia harus berangkat pagi-pagi sekali.Kini Iyem sedang sibuk bebenah. Aku pun kembali santai, melipat kedua kakiku sambil mengikir kuku. Tiba-tiba saja pikiranku melayang ke brondong kesayanganku itu.‘Kira-kira sedang apa dia saat ini?’ pikirku penasaran. Segera aku meletakkan kikiran kuku dan menyambar ponsel.Sambil senyum-senyum, aku mengirim pesan mesra padanya. Tidak berapa lama, Andreas membalas pesanku.“Bi Iyem, saya mau jogging dulu ya. Titip anak-anak,” aku menukas sambil berlalu.“Iya, Bu!”

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Putus!

    Aku tertunduk lesu. Satu tanganku terus menggenggam tangan mungil Rico, yang kini terbaring di ranjang IGD. Pergelangan kakinya membiru, sementara pelipisnya terluka. Tadi aku sudah bertemu dengan dokter. Dia bilang benturan di kepala Rico tidak sampai menyebabkan gegar otak. Kakinya memang terkilir tapi tidak sampai patah tulang.Namun tetap saja, melihat anakku seperti ini membuat hatiku tersayat perih.‘Dasar Andini, bodoh! Bodoh!’ Aku terus merutuki diri dalam hati.Evan mengaku padaku. Dia tidak sengaja mendorong adiknya di tangga karena Rico merebut mainannya. Rico lalu tergelincir ke bawah. Mendengar tangisan Rico, Iyem panik dan mencariku.Berkali-kali Iyem menghubungi ponselku, tapi memang dasarnya aku bodoh, aku meninggalkan ponselku di ruang tengah dalam keadaan senyap.Iyem akhirnya meminta bantuan tetangga sebelah agar membawa Rico ke RS. Setelah itu, Iyem baru menghubungi suamiku lalu menenangkan Evan yang merasa bersalah sambil menunggu kepulanganku.Aku menghela napas

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Terpuruk

    Sebulan berlalu sejak hubunganku dengan Andreas kandas. Kupikir aku bakal baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak.Setiap aku mendengar pagar rumah depan yang berderik membuka, aku cepat-cepat mengintip–entah dari jendela kamar, ruang tamu atau bahkan dapur. Aku hanya ingin melihat wajah pria itu walaupun hanya sekelebat saja.Namun sudah seminggu belakangan ini, aku tidak pernah melihat Andreas keluar dari rumahnya. Apa diam-diam dia pergi berlibur? Mengurung diri? Entahlah, yang pasti setelah putus mood-ku jadi berantakan.Aku sering marah-marah pada Pras, kedua anakku serta Iyem.Hah, kurasa aku butuh udara segar. Maka, aku menyempatkan datang ke acara gender reveal salah satu teman arisanku di kelas baking. Ternyata anaknya perempuan dan di saat itu aku teringat kalau hari ini adalah hari pertama aku datang bulan.Sepertinya aku harus cepat-cepat buat janji dengan obgyn untuk melepas IUD.*Iyem mendorong pagar rumah setelah kepulanganku dari obgyn di hari itu. Namun ada pemandang

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Pelarian yang Berbahaya

    Rambutku–yang kali ini lagi-lagi kubuat ikal–bergerak-gerak pelan seiring dengan langkahku yang memasuki sebuah kelab ternama di ibukota.Begitu sampai, aku langsung disambut dentuman musik yang keras. Kelab nampak lebih ramai dari biasanya mungkin karena akhir pekan.Jihan langsung menarik lenganku ke meja yang sudah dipesannya.Akhir-akhir ini, aku benar-benar bosan. Apalagi kedua anakku memilih untuk menginap di rumah ibu mertuaku di akhir pekan karena mereka bilang aku sering marah-marah akhir-akhir ini. Di rumah juga sudah ada Iyem.Jadi, aku butuh pelarian dan akhirnya menemani Jihan bersenang-senang malam ini.Satu botol minuman beralkohol tersaji di hadapan kami. Dengan semangat, Jihan menuangkan minuman itu ke gelasku.“Bersulang!” Pekiknya dengan riang.Aku pun mengangkat gelas tinggi-tinggi dan langsung menegaknya. Rasa panas dan pahit langsung menyerbak di tenggorokanku. Aku mengernyit dalam. Sudah lama aku tidak minum minuman beralkohol.Tak berapa lama, Jihan kembali men

Bab terbaru

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Rahasia Selamanya (END)

    “Mas Pras?!”“Ratih?!” Pras melonjak kaget ketika melihat sosok Ratih yang muncul dari balik pundaknya. “Se-sedang apa kamu di sini?!”Pandangan Ratih melirik sekilas ke arah Andini serta Andreas yang tertawan di tengah pondok. Matanya terbelalak kaget. Apalagi Ratih bisa mencium bau bensin yang menyengat.“Mas, jangan bertindak gila. Ayo, kita pulang sekarang,” Ratih bergerak mendekat, memandang Pras dengan memohon. Kedua tangan dingin wanita itu meraih tangan Pras.Namun Pras langsung menepisnya. “Pulang? Sudah kubilang, aku akan menghabisi mereka dulu, Tih. Setelah itu, baru kita bisa berbahagia.”“Tidak, Mas,” sergah Ratih cepat, menghalau gerakan tangan Pras yang hendak menyalakan korek. “A-Aku enggak ingin memiliki suami seorang pembunuh. Lagian, kita juga salah.”“Halah, persetan! Jangan ikut campur urusanku atau aku akan membunuhmu juga,” Pras memicingkan matanya yang sontak membuat Ratih bergidik ngeri.“Aku mencintaimu, Mas…sungguh…jadi, tolong jangan lakukan ini. Lepaskan me

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Terperangkap

    Telinga Andreas berdengung begitu keras saat dia kembali mendapatkan kesadarannya. Penglihatannya yang kabur kini berangsur pulih.“A-Andini?” Pria itu menoleh dan mendapati Andini yang tergolek lemah di sampingnya. Andreas berusaha menggerak-gerakkan bagian-bagian tubuhnya yang terikat erat. “Andini?” bisiknya lagi.Kedua kelopak mata wanita itu perlahan membuka. Ada sedikit kelegaan di hati Andreas melihat Andini yang menggeliat pelan.“Andreas!” Wanita itu terkesiap lemah. “Syukurlah…kamu masih hidup. Dia akan membunuh kita…”“Tidak. Kita akan keluar dari sini,” Andreas berusaha meyakinkan Andini, walau dia sendiri sebenarnya sangsi.Mata Andreas menjelajahi pondok tempat mereka disekap. Dari jendela itu, terlihat hari sudah malam. Embusan angin kencang membawa dedaunan yang jatuh menghantam permukaan jendela.Tubuh Andreas terikat erat di kursi kayu. Usahanya melonggarkan ikatan di kaki dan kedua tangannya sepertinya gagal.Di dekatnya tidak ada alat-alat tajam yang bisa dia raih.

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Jebakan Pras

    Andini mengerang pelan. Begitu kedua kelopak matanya membuka, perlahan dia mendapati penglihatannya kembali. Kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada ribuan paku yang memukul dari dalam.“Ugh…” Dia coba menggerak-gerakkan tubuhnya yang diikat dengan tali di atas kursi kayu. Namun, sekuat apapun usahanya, ikatan yang melilit di sekujur tubuhnya itu sangat kuat.Napas Andini terengah. Udara dingin masuk melalui celah-celah kayu. Dia memandangi sekitar, begitu senyap dengan perabotan-perabotan usang. Lampu bohlam kuning memendar, mengedarkan cahaya temaram.“Tolong! Tolong!” Andini berusaha berteriak, walau suara yang keluar dari mulutnya terdengar lemah. Seketika pintu dihadapannya berderit terbuka. Napas Andini tertahan. Jantungnya kembali berdebar kencang begitu sosok Pras muncul di depannya.Pras mengendus keras, sambil menyipitkan matanya ke arah Andini. Tawanya berderai, memantul ke setiap sudut ruangan di pondok kayu yang kecil ini.“Andini…” Pras berkacak pinggang, menatap bol

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Calon Pengantin yang Menghilang

    Andreas menyusuri selasar kamar hotel dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar pria itu gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya, lalu menuntunnya hingga ke tempat acara dan pada akhirnya hubungan mereka disahkan di mata negara.Membayangkannya saja sudah membuat perut Andreas bergejolak. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Andini akan berakhir manis seperti ini.Andreas menekan bel kamar Andini, setelah menghela napas pendek. Sesekali dia membenarkan posisi dasi kupu-kupunya serta jas yang dikenakannya.Namun, Andini belum juga membukakan pintu untuknya. Setelah menekan bel yang terakhir dan pintu tetap bergeming, tangan Andreas menarik turun gagang pintu kamar. Dahinya mengernyit karena ternyata kamar itu tidak terkunci.“Ndin?” Andreas mendorong pintu perlahan. “Sayang?” Andreas mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban.Dia lantas melempar pandangannya ke sekitar kamar. Mata Andreas pun tertuju ke ponsel Andini yang ada di

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Bayang-Bayang Pras

    “Argh…” Andini merintih begitu tubuhnya menghantam lantai kamarnya yang keras dan dingin. Napasnya menderu dengan kencang disertai dengan jantungnya yang berdetak begitu cepat.Andini beringsut, menyandarkan dirinya di pinggiran ranjang. Tangannya langsung meraba lehernya. “Astaga, semuanya terasa begitu nyata…” pikir Andini. Pras hadir dalam mimpinya, berusaha mencekiknya dan menyeretnya ke dalam neraka. Benar-benar mimpi yang buruk.Petir kembali menggelegar di luar sana. Andini bergidik dan seketika lampu kamarnya padam. Mimpi buruk itu belum sirna dari benaknya dan sekarang dia malah dikungkung kegelapan.Seketika, ketakutan merayapi dirinya. “Tidak,” Andini menggeleng. “Tidak mungkin pria itu muncul. Dia sudah mati. Lagian itu cuma mimpi.” Lantas, Andini mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Cepat-cepat dia menyalakan senter lalu bangkit. Dia melangkah sedikit tertatih, mengecek keadaan Eva yang tidur di boks bayi. Bayi itu terlelap dengan damai.Saat Andini menyibakkan t

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Menghitung Hari

    Senja perlahan menelan langit biru, menggantinya dengan semburat jingga yang menyerbak di atas sana. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu dahi Andini, menggerakkan helaian poninya.Sambil mendesah pelan, Andini menatap rumah tingkat dua di hadapannya. Rumah yang sudah ditempatinya selama sepuluh tahun, yang banyak memberinya kenangan indah maupun buruk.Truk pengangkut barang yang terakhir belum lama pergi. Sekarang giliran dirinya serta ketiga anaknya yang akan meninggalkan rumah ini.Pandangan Andini beralih ke spanduk yang terbentang di depan pagar rumahnya. Tulisan ‘Dikontrakan’ terpampang jelas.Akhirnya, Andini memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan mengontrak untuk sementara waktu, sebelum akhirnya pindah ke Bali tahun depan.Andreas tidak ingin menempati rumah yang dibeli oleh Pras, begitupula Andini. Lagi pula, itu adalah rumah anak-anaknya.“Yuk,” Andreas menepuk pundak Andini. “Sudah sore, kita masih harus merapikan barang-barang di rumah baru.”Andini mengangguk, mening

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ini Bukan Mimpi

    Ratih dihantam syok yang luar biasa sehingga membuat wanita itu pingsan selama beberapa saat.Seketika Ratih mengerang, membuka kedua kelopak matanya. Dadanya masih berdebar begitu melihat Pras yang ada di samping ranjang.“Ma-Mas Pras?” Dirinya masih belum bisa mencerna semua ini. Bagaimana bisa Pras hidup kembali? Jelas-jelas dia dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tempo lalu.“Akhirnya kamu sadar juga,” raut wajah Pras terlihat sedikit cemas. “Tenang, Tih. Aku bukan hantu.”Ratih beringsut, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. “Ta-tapi, bagaimana bisa? Mas Pras sudah mati…”Pras mendengus. “Kenyataannya aku masih hidup.”Ratih menjulurkan tangannya, meraba lengan Pras yang kini lebih berotot. “Astaga, jadi ini bukan mimpi?”Pras bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah jendela, memandangi langit biru yang membentang di luar.“Selama ini, aku memalsukan kematianku,” tandas Pras.“Tapi, untuk apa, Mas?” Ratih terdengar penasaran.Kedua tangan Pras tenggelam di saku

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Aku Kembali

    Tubuh Ratih seakan membeku. Degupan jantungnya kini berdebar begitu hebat.‘Tidak. Ini enggak mungkin! Mas Pras sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu!’ Pekik Ratih dalam hati.Namun, sebesar apapun usahanya untuk mengindahkan pikiran itu, tetap saja Pras berdiri di depannya, dengan tubuh yang jauh berbeda seperti sebelumnya.Otot-otot tangan Pras menonjol dengan dada yang lebar.“Hai, Ratih,” Suara itu jelas suara Pras. Dia tidak meragukannya sedikit pun! Mata Ratih mengerjap cepat, berharap semua ini mimpi.Namun, wangi aroma bunga yang menyebar di tokonya terasa begitu nyata. Bayangan Pras yang mendekat pun juga nyata.Tubuh Ratih gemetar hebat dan sentuhan tangan besar di bahunya semakin menekankan bahwa Pras belum mati. Tapi bagaimana mungkin?!“Ma-Mas Pras?” Suara Ratih terdengar parau kali ini. Bola mata Pras menatapnya tajam. “Kenapa kamu terlihat begitu ketakutan, hah? Aku bukan hantu.”“Ta-Tapi…bu-bukanya Mas…”“Tewas dalam kecelakaan pesawat itu?” Pras melanjutkan kalima

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Dari Hati ke Hati

    “Tinggalkan putraku,” ucap Brenda saat mereka duduk berhadapan di ruang tengah.Kedua bola mata Andini langsung membelalak lebar. “A-Apa?” Bibirnya bergetar dengan pernyataan Brenda yang bagai petir di siang bolong itu.Brenda menghela napas pelan, seiring dengan kedua bahunya yang merosot. “Itu mungkin ucapan dari orangtua yang egois,” tukas Brenda lagi. “Tapi aku bukan tipe orangtua yang egois, Andini.”Kedua alis Andini bertautan. Dia masih belum menangkap maksud ucapan Brenda.“Aku enggak mungkin menyuruh Andreas untuk meninggalkanmu. Aku tahu, dari tatapan dia melihat dirimu, Andreas pasti sangat mencintaimu,” pandangan Brenda beralih ke Andini yang masih nampak tegang.Brenda lantas menggeleng. “Tidak, aku enggak akan menyuruhmu untuk meninggalkan putraku. Dan soal perbincangan semalam…”“Maafkan aku,” sela Andini cepat. “Enggak seharusnya aku mencuri dengar percakapan kalian. Aku tahu aku kelewatan, Tante.”Brenda bersedekap. “Semalam kami agak dipengaruhi alkohol. Jadi, perasa

DMCA.com Protection Status