Share

Bab 6  

Penulis: JQ Hamdani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-27 00:54:52

Nama lengkap Martin adalah Martin Sindoro.

Dia sebenarnya bukan orang sembarangan. Sesungguhnya, dia adalah seorang master seni beladiri yang merupakan pengawal pribadi sekaligus orang kepercayaan Kakek Sanjaya. Selain ahli beladiri, dia juga memiliki keahlian pengobatan tradisional tingkat tinggi.

Tidak berlebihan sama sekali jika dikatakan bahwa Martin adalah orang yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan pemimpin Keluarga Sanjaya.

Ahli beladiri dengan banyak keahlian itu sudah menjadi pengawal tersembunyi keluarga Sanjaya sejak usianya baru menginjak 20 tahun.

Pada masa itu dia bertugas mendampingi sekaligus melindungi Charles Sanjaya, yaitu ketika putra tunggal orang terkaya di Morenmor itu masih menjalani pendidikan di universitas.

Kemudian – saat masa awal Charles bergabung dengan militer – dia tetap melindungi putra Kakek Sanjaya itu secara rahasia. Saat itu, dia menyamar sebagai instruktur pelatih seni beladiri. Bahkan ketika Charles sudah menjadi perwira komando dan memiliki pasukan sendiri, dia tetap mendampinginya dengan menjadi sopir pribadi yang selalu ikut ke manapun perwira muda itu bertugas.

Martin baru berhenti mendampingi Charles lima tahun yang lalu.

Waktu itu Charles mendapat tugas sebagai atase militer Negara Pecunia di luar negeri, sementara di sisi lain – Kakek Sanjaya sudah mulai memasuki usia senja dan melemah secara fisik.

Tidak ada pilihan lain, Charles terpaksa berangkat ke luar negeri sendirian dan Martin mulai menjalani tugas barunya sebagai kepala pelayan Keluarga Sanjaya merangkap sebagai asisten pribadi Kakek Sanjaya.

Dua puluh tahun lebih mengabdi pada Keluarga Sanjaya, Martin tentunya tahu betul selera dan gaya Kakek Sanjaya dalam merencanakan setiap langkah dalam hidupnya. Tidak ada alasan sama sekali baginya untuk tidak memahami rencana lelaki tua kaya raya itu – yang hendak menjadikan Leon sebagai pendamping Edward, sebagaimana dulu dia menjadi pendamping Charles.

Martin sadar sepenuhnya, dia harus melatih Leon sebaik-baiknya hingga menjadi seorang pengawal tersembunyi yang tangguh, cerdas dan setia bagi Edward Sanjaya.

Namun, sebersit keraguan tiba-tiba menyelinap ke dalam hatinya, saat dia teringat bagaimana cucu Kakek Sanjaya itu memperlakukan Leon selama ini.

Keraguan Martin tidak salah.

Jauh di dasar hatinya, Leon memang sebenarnya memendam kebencian pada Edward. Bagaimanapun, setiap hari dipukuli tanpa ampun selama dua tahun penuh – pastilah akan menorehkan benci dan dendam di dalam hati.

Martin juga tahu, Leon tidak pernah menampakkan amarah dan kebenciannya hanya karena bocah itu menyadari statusnya yang cuma menumpang tinggal di rumah keluarga Sanjaya.

“Ini tidak akan mudah!” keluh Martin dalam hati, sadar akan tugas berat yang membebaninya.

Namun, perintah tetap perintah!

Martin akhirnya mulai menyusun rencana pelatihan untuk Leon, sesuai dengan kehendak Kakek Sanjaya.

Dia mengatur beberapa orang pelayan supaya mulai sering menyuruh Leon melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga. Tentu saja, dia juga menyuruh mereka agar memberikan makanan tambahan ala kadarnya sebagai imbalan.

Imbalan yang paling menyenangkan bagi Leon adalah ketika dia diizinkan menyantap sisa hidangan makan malam Kakek Sanjaya.

Bagaimanapun, sisa hidangan makan malam Kakek Sanjaya adalah makanan-makanan bergizi dengan cita rasa tinggi dan kelezatan khas kelas restoran bintang lima. Lebih dari itu, sering kali makanan sisa yang diberikan padanya itu bahkan belum disentuh sama sekali.

Sesungguhnya, agak terlalu sulit bagi siapapun untuk mengatakan bahwa itu adalah makanan sisa.

“Makanlah, habiskan kalau mampu. Badanmu harus lebih besar dan lebih kuat lagi, supaya bisa terus menemani Tuan Muda berlatih! Hahahaha….”

Seorang pelayan bertubuh gemuk yang memiliki wajah jenaka menyodorkan satu porsi besar Foie Grass sisa hidangan makan malam Kakek Sanjaya yang tampaknya belum disentuh sama sekali.

“Terima kasih, Tuan!” jawab Leon dengan mata berbinar-binar.

Selanjutnya, hidangan mewah berbahan dasar hati angsa yang dipaksa gemuk secara kejam sehingga kaya akan lemak dan protein itu sedikit demi sedikit mulai bermigrasi ke dalam lambung Leon hingga tandas tak bersisa.

Sebagai gantinya, bocah yang sedang dalam masa pertumbuhan itu harus mencuci semua piring dan perlengkapan lain bekas makan malam Kakek Sanjaya.

Setelah selesai membantu para pelayan di dapur, Leon bergegas ke kamarnya untuk beristirahat. Bagimanapun, besok pagi dia harus kembali menjalankan peran sebagai samsak hidup demi memuaskan nafsu berkelahi Edward yang selalu menggebu-gebu.

Namun sebelum dia tiba di kamarnya, seorang lelaki setengah umur berbadan tegap terlihat berdiri santai sambil bersandar ke dinding – tepat di depan pintu kamar.

Lelaki berbadan tegap itu adalah Martin, kepala pelayan Keluarga Sanjaya yang juga merupakan orang kepercayaan Kakek Sanjaya.

“Selamat malam, Tuan Martin.” Leon menyapa sopan, antara takut dan khawatir.

Martin tidak merespon.

Dia hanya memutar badan lalu beranjak pergi dengan langkah perlahan sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana. Sesaat kemudian, dia menoleh seraya memberi isyarat agar Leon segera mengikutinya.

“Ayo kita latihan!” gumam Martin pelan, namun tak terbantahkan.

Leon terhenyak, tapi tetap patuh mengikuti Martin.

Sepanjang jalan, kekhawatirannya melonjak ke level maksimum. Bagaimanapun juga, selama ini dia hanya memahami bahwa latihan adalah sama artinya dengan dipukuli tanpa ampun!

Walaupun beberapa waktu belakangan dia sudah tidak lagi terlalu merasa sakit ketika dipukuli oleh Edward, namun situasinya sekarang jauh berbeda.

Bukan Edward yang akan berlatih dengan Leon, tapi Martin!

Leon tahu, dia tak mungkin bisa tertawa sebagaimana selama ini dia telah meremehkan pukulan Edward. Sepertinya, mungkin dia justru akan menangis. Bahkan, mungkin dia sudah akan menangis sebelum pukulan pertama menyentuhnya.

Bagaimanapun, Martin adalah orang dewasa. Pukulannya pasti akan jauh lebih kuat daripada Edward!

Leon pun mulai panik.

Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya tiba di aula olahraga. Martin berdiri tepat di tengah aula, sementara Leon terlihat pasrah beberapa langkah di belakangnya.

Hening sejenak.

Tidak ada yang berbicara atau mengeluarkan suara sedikitpun. Leon bahkan seperti bisa mendengar degup jantungnya sendiri yang mulai berdetak tidak beraturan.

Sesaat kemudian, Martin berbalik hingga posisinya berhadap-hadapan dengan Leon.

“Mendekatlah!” perintah Martin.

Leon menurut, berjalan mendekat satu langkah lalu diam. Dia tak punya keberanian untuk melangkah lebih dekat. Perasaannya mulai tidak karuan sementara jantungnya berdebar makin cepat tak beraturan.

Antara ragu dan takut, dia akhirnya memberanikan diri memandang Martin dengan tatapan memohon belas kasihan.

Namun, Martin tidak peduli.

“Lebih dekat!” desis Martin penuh intimidasi, memerintah tanpa belas kasihan.

Hampir menangis, Leon kemudian memaksa kakinya untuk berjalan selangkah lagi.

“Lagi!” bentak Martin dengan suara menggelegar.

Leon tersentak.

Takut membuat Martin benar-benar murka, dia segera melangkah maju dengan cepat hingga jarak antara dirinya dengan sosok orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu tidak lebih dari satu langkah saja.

Entah sejak kapan, tiba-tiba tubuhnya sudah gemetar dengan hebat. Tanpa dapat dibendung sedikitpun, sesuai dengan perkiraannya sendiri, ternyata tangisnya memang sudah meledak sebelum dia mulai dipukuli.

Entah sedih entah takut, mungkin juga keduanya, Leon akhirnya menyerah pada kenyataan.

Dia tak mampu untuk terus-menerus berpura-pura tegar. Dia kini berdiri pasrah tanpa daya sambil menundukkan kepala. Menangis terisak-isak hingga pundaknya ikut berguncang-guncang. Seiring dengan air matanya yang tumpah dan mengalir deras seperti bendungan jebol.

“Hapus air matamu! Laki-laki sejati tidak menangis.” Sebuah suara berat bernada tegas namun lembut memaksa Leon mengangkat wajah.

Leon tertegun.

Ternyata Martin tidak memukulinya.

Bahkan sebaliknya, Leon justru mandapati lelaki gagah itu berjongkok tepat di depannya.

Orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu memegang pundak Leon dengan lembut. Sementara, dua ibu jarinya yang tebal dan kokoh menopang dagu bocah itu. Kini, wajah kedua lelaki yang berbeda generasi itu saling berhadapan hampir tanpa jarak.

Saat ini, Leon dan Martin bahkan bisa saling merasakan embusan napas masing-masing.

“Jangan menangis, lelaki sejati tidak menangis!” ulang Martin lebih lembut dan sangat bersahabat. Bahkan sikap galak dan tegas yang sebelumnya sangat mendominasi, kini tak terlihat sama sekali.

Namun, Leon terlanjur berkecil hati.

Dia hanya memandangi wajah Martin dengan bingung.

Dia tidak mengerti sedikitpun alasan di balik perubahan sikap Martin.

Beberapa saat yang lalu, suara lelaki berbadan tegap itu begitu dingin dan mengintimidasi. Bahkan lelaki itu juga sempat membentaknya ketika menyuruhnya mendekat tadi.

Namun, kenapa sekarang sikap kepala pelayan Keluarga Sanjaya itu terlihat begitu lembut dan bersahabat?

Leon tak mau terkecoh.

Dia sudah terlalu sering dibohongi. Dia bahkan sudah dibohongi sejak awal dia datang ke lingkungan orang kaya ini dua tahun yang lalu!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Restu Anong Wali
bacaan nya lumayan bgs tpi terlalu mahal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 7  

    Leon masih ingat betul pertemuan pertamanya dengan Martin dua tahun yang lalu. Orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu datang ke panti asuhan dan mengajaknya untuk pindah ke kediaman Keluarga Sanjaya. Waktu itu, Leon dijanjikan akan diajarkan ilmu beladiri dan berlatih bersama-sama cucu Tuan Besar Keluarga Sanjaya. Siapa yang tidak mau? Mana ada orang di Morenmor yang tidak ingin tinggal di istana Keluarga Sanjaya yang terkenal megah dan mewah? Anak kecil mana yang tidak akan bangga bisa berlatih bersama seorang tuan muda dari Keluarga Sanjaya yang kaya raya? Tidak ada! Hanya orang gila yang tidak ingin hidup mewah bersama orang-orang kaya yang berkuasa. Namun, apa yang terjadi? Leon memang diizinkan untuk tinggal di istana Keluarga Sanjaya. Akan tetapi, dia hanya boleh memasuki tiga tempat saja. Yang pertama adalah wisma pelayan, tempatnya tidur bersama puluhan pelayan Keluarga Sanjaya yang lain. Lalu yang kedua adalah dapur, tempatnya bekerja sambil mengais sisa-sisa hidangan ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 8  

    Lectio High School adalah sekolah umum berasrama terbaik di Kota Morenmor.Hampir semua keluarga kaya dan terpandang selalu mengirimkan putra putri mereka untuk belajar di sekolah ini. Alasannya cuma satu, Lectio High School adalah sekolah yang hanya menelurkan generasi muda terbaik dengan prestasi dan nilai kelulusan yang menakjubkan.Lebih dari itu, sepanjang sejarahnya yang hampir menyentuh satu abad, belum ada satu orang pun siswa lulusan Lectio High School yang pernah ditolak untuk melanjutkan pendidikan ke universitas manapun di seluruh dunia.Akan tetapi, tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan di Lectio High School.Hanya mereka yang memiliki status tinggi atau berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh sajalah yang dapat belajar di Lectio High School.Kecuali benar-benar berbakat dan memiliki otak jenius, maka tidak akan pernah ada kesempatan sedikitpun bagi anak-anak dari keluarga kaya kelas dua untuk bisa diterima di sekolah ini. Apalagi yang berasal dari keluarga bias

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 9  

    Sesi perkenalan masih berlangsung di kelas Edward dan Leon.Saat ini tinggal lima orang siswa yang belum mendapat giliran untuk memperkenalkan diri. Tiga di antaranya adalah murid perempuan, dan dua lainnya adalah laki-laki.Madam Barbara mengedarkan pandangannya sejenak, sebelum tatapannya jatuh pada seorang murid perempuan berparas jelita. Entah kenapa, dia merasa agak familiar dengan wajah siswi yang duduk di deretan kedua sebelah kiri itu.Kecantikan murid perempuan itu nyaris sempurna, cukup untuk membuat seorang bidadari jatuh dalam kecemburuan.Wajahnya bulat oval dengan dagu tirus yang ada belahannya. Sepasang matanya jernih bercahaya dengan bulu-bulu panjang dan lentik menghiasi kedua kelopaknya, berpadu sempurna dengan sepasang alis tebal yang hampir saling bertautan. Hidungnya mancung dan sedikit runcing seperti hidung boneka. Bibirnya tipis berwarna merah muda, khas anak perempuan yang sedang berangkat remaja. Sementara, sebuah lesung pipit di pipinya yang sebelah kiri men

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 10  

    “Bawakan tasku!”Edward melemparkan tasnya begitu saja ke arah Leon.Sesaat setelah itu, dua buah tas yang berbeda juga ikut melayang dengan arah yang sama. Kedua tas yang terbang belakangan itu adalah milik Bronson dan Robert.Sejak mengetahui bahwa Edward adalah cucu Kakek Sanjaya yang kaya raya, Bronson dan Robert memang telah langsung menjadikan diri mereka sebagai pengikut setia Tuan Muda Keluarga Sanjaya itu. Dan sebagai pengikut setia Edward, sepertinya mereka merasa mempunyai hak yang sama untuk ikut memperlakukan Leon sebagai pelayan.Akan tetapi sebaliknya, Leon justru tidak pernah peduli sama sekali dengan keberadaan mereka.Dia menangkap tas milik Edward dengan tangkas, namun membiarkan kedua tas yang lain jatuh begitu saja ke lantai.Bronson dan Robert langsung meradang melihat tas mereka jatuh hingga isinya berhamburan.“Hai – kenapa kamu menjatuhkan tasku?” bentak Bronson sengit.“Lihat, isinya sampai berantakan begitu! Kalau ada yang rusak, bagaimana? Apa kamu sanggup

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 11

    Leon tak bersuara sedikitpun untuk membela diri.Dia tahu, Edward bisa langsung jatuh dalam masalah besar jika kejadian yang sebenarnya sampai terungkap. Padahal, dia sudah terlanjur berjanji pada Martin untuk selalu membela dan melindungi cucu Kakek Sanjaya itu – tak peduli apakah benar atau salah!Leon memang sangat menghormati Martin Sindoro.Bagaimanapun, kepala pelayan Keluarga Sanjaya itu adalah guru ilmu bela dirinya. Lebih dari itu, orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu bahkan telah menjadikannya sebagai anak angkat. Bagaimana mungkin dia dapat mengingkari janjinya pada lelaki paruh baya yang telah banyak berjasa itu?Dia tak punya pilihan apapun, kecuali tetap bungkam demi memenuhi janjinya pada Martin!Akan tetapi, Madam Barbara tidak kenal Martin Sindoro!Madam Barbara juga tidak tahu bagaimana hubungan yang sebenarnya antara Edward dengan Leon. Sehingga, tidaklah mengherankan sama sekali jika guru wali kelas itu tidak memahami alasan di balik sikap Leon yang hanya diam dan t

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 12

    Kepala Sekolah Nelson adalah orang yang paling dihormati sekaligus ditakuti di seluruh Lectio High School. Walaupun dia senantiasa berusaha terlihat ramah dalam setiap penampilannya, namun semua orang tahu bahwa dia adalah sosok angkuh yang selalu silau pada jabatan dan kekuasaan.Nelson Sarjono adalah model manusia paling umum di Morenmor.Dagunya akan selalu terangkat tinggi jika sedang berhadapan dengan bawahan, namun akan langsung terbungkuk-bungkuk jika bertemu dengan orang yang punya jabatan lebih tinggi.Jika ada urusan, biasanya orang lain yang harus datang menghadap kepadanya. Hampir tidak mungkin dia sampai mendatangi orang lain yang memiliki kedudukan dan jabatan lebih rendah, apa lagi jika orang itu adalah bawahannya sendiri!Namun pagi ini, Kepala Sekolah Nelson justru datang secara khusus ke kelas Madam Barbara.Tentu saja, dia bukan datang untuk bertemu dengan Madam Barbara.Dia datang ke kelas Madam Barbara untuk mengantar Carlos.Sebagai seorang yang sangat memuja jab

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 13  

    Malam hampir pagi.Lampu salah satu kamar di asrama sekolah Lectio High School masih terlihat menyala.Di dalam kamar yang masih terang benderang bukan pada waktunya itu, seorang murid lelaki tampak sibuk mengerjakan tugas sekolah. Anak lelaki itu terlihat menyalin catatan dari buku yang satu ke buku yang lain – sambil terkantuk-kantuk.Malam itu, untuk yang kesekian ratus kalinya, Leon harus mengerjakan PR milik teman-teman sekelasnya.Tentu saja, Leon mau melakukan semua itu karena Edward yang menyuruh!Semua berawal pada hari di mana hampir seluruh tas dan buku milik teman sekelasnya dibuang ke kolam belakang sekolah oleh Carlos. Saat itu, Leon dianggap sebagai penyebab masalah sehingga semua murid akhirnya mendapat hukuman. Mereka dihukum untuk menyalin catatan dari buku sejarah.Waktu itu, keadaan sempat berkembang tak terkendali hingga akhirnya berubah menjadi perkelahian yang mengakibatkan Edward terkapar karena ditendang Lucy. Karena merasa bersalah dan tak ingin Edward diperm

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01
  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 14

    Semua murid terpana dalam kebingungan dan kengerian.Walaupun belum benar-benar terlibat dalam pertengkaran, namun Edward dan Donald adalah dua dari tiga murid terpenting di kelas Madam Barbara. Tidak seorangpun berani ikut campur dalam urusan apapun yang terjadi di antara mereka.Diakui ataupun tidak, faktanya – jabatan dan kedudukan orang tua Edward, Carlos dan Donald adalah yang tertinggi di antara semua orang tua murid Lectio High School.Ferdian sangat menyadari kenyataan yang tak terbantahkan itu.Sebagai putra seorang Wakil Kepala Kepolisian Morenmor, dia telah diberitahu oleh ayahnya agar senantiasa menjaga hubungan baik dengan Carlos sang putra Gubernur Hanjaya, lalu Donald si anak Duta Besar Wijaya dari negara Vicinus, dan yang terpenting ­– Tuan Muda Edward dari Keluarga Sanjaya.Bagaimana mungkin dia dapat membiarkan Edward berselisih paham dengan Donald? Dan di depan matanya pula?Akan tetapi, lebih tidak mungkin baginya untuk ikut campur.Dia cuma anak seorang Wakli Kepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-03

Bab terbaru

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 228

    Saling todong antara Grace dan para petugas keamanan rumah sakit Medicamento Hospital masih terus berlangsung. Tak ada pihak yang mau mengalah, tetapi tak ada pula yang berani untuk memulai tembak-menembak.Kedua belah pihak sama-sama menunggu.Sementara itu, Edward telah dibawa ke ruang perawatan.“Beritahu Nyonya Adelia, Tuan Edward ternyata benar-benar keracunan!” ucap seorang dokter muda setelah memeriksa kondisi Edward.Selang beberapa saat, Adelia pun tiba di ruang perawatan Edward.“Bagaimana keadaannya?” tanya wanita berparas bidadari itu dengan nada suara yang terdengar sedikit panik.Dokter menggeleng lemah lalu menjawab lirih, “Maaf, Nyonya. Kami masih belum dapat mengidentifikasi racun di dalam tubuh Tuan Edward. Untuk sementara, kami hanya dapat memperlambat penyebaran racun itu supaya tidak membahayakan organ vital.”Seorang perawat laki-laki kemudian menambahkan, “Sebenarnya, kita dapat menggali informasi dari wanita yang membawa Tuan Edward ke sini. Akan tetapi, wanita

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 227

    Hari itu, Edward memang tak mungkin dihubungi.Sejak tadi malam, putra Victoria Desplazado yang juga merupakan suami Grace Wijaya itu telah dikurung di salah satu gudang bawah tanah pabrik obat Sanus Pharmacy. Dia ditangkap dan dikurung oleh Winston Wijaya karena ketahuan menelepon ibunya, pada suatu sore dua hari yang lalu.Saat itu, Winston mendengar bahwa Edward siap bekerja sama untuk mengusir orang-orang dari Negara Vicinus yang bercokol di pabrik obat Sanus Pharmacy.Seolah terinspirasi oleh pembicaraan telepon yang tak sengaja didengarnya tersebut, Winston selaku tetua Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus langsung menyusun rencana untuk menjadikan Edward sebagai mata-mata.Demi memuluskan rencananya, dia memerintahkan Riana Blake agar meracuni Edward!Selain itu, dia juga memaksa Grace untuk membantu.“Sebentar lagi, Negara Vicinus mungkin akan terlibat dalam perang terbuka melawan Morenmor. Keluarga Wijaya adalah keluarga teratas di Negara Vicinus, tentu harus melakukan yang te

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 226

    Keesokan harinya, bukan hanya Keluarga Prasojo yang datang ke istana kediaman Keluarga Sanjaya untuk mendapatkan bantuan persenjataan.Bersama Keluarga Prasojo, datang pula ratusan orang utusan dari belasan keluarga besar kelas dua maupun kelas tiga yang lain. Tanpa banyak pertimbangan, mereka pun segera didata dan diangkat sumpah sebagai anggota pasukan milisi. Bukan hanya itu, mereka bahkan langsung diperintahkan untuk mengikuti pelatihan singkat di Alun-alun Kota bersama ribuan orang pasukan pengawal dari beberapa keluarga teratas Morenmor.Begitu saja, tiga kelompok besar tentara gabungan pun langsung terbentuk.Kelompok pertama adalah pasukan inti yang jumlahnya hampir mencapai 5.000 orang, seluruhnya dibekali dengan persenjataan yang cukup lengkap. Mereka adalah gabungan pasukan dari benteng perbatasan dan tentara keamanan kota Morenmor. Kesetiaan mereka pada Keluarga Sanjaya dan Keluarga Hanjaya tak perlu diragukan lagi.Adapun kelompok kedua adalah pasukan pendukung yang berju

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 225

    Suasana Morenmor memang telah berubah total.Sirine alarm tanda bahaya terdengar meraung-raung di seantero kota, seolah ingin berebut perhatian dengan suara derum mesin ratusan kendaraan tempur berlapis baja yang sejak dua hari terakhir memang sudah banyak terlihat berseliweran di beberapa ruas jalan utama yang biasanya hanya didominasi oleh mobil-mobil mewah dan mahal.Selain itu, seluruh aula dan ruang pertemuan di hampir setiap kediaman keluarga teratas dan terkaya Morenmor tampak dipenuhi oleh para tetua dan tokoh penting dari keluarga inti maupun keluarga cabang. Semuanya berkumpul dan membahas masalah yang sama, pengumuman Gubernur Morgan Hanjaya tentang sikap dan ultimatum Presiden Negara Pecunia – yang memerintahkan untuk menjemput kembali Stempel Jabatan Gubernur Morenmor sebelum tujuh hari!Ternyata, pagi tadi – Gubernur Morgan Hanjaya telah membuat salinan surat balasan dari Presiden dan mengirimkannya kepada seluruh pemimpin keluarga kaya Morenmor.

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 224

    Suasana di komplek Istana Kepresidenan Negara Pecunia mendadak heboh ketika sebuah helikopter tempur tiba-tiba terbang rendah di atas bangunan utama. Tanpa dikomando, ratusan orang pasukan pengawal Presiden pun berhamburan keluar dan berbaris membentuk formasi pertahanan. Semuanya bersenjata laras panjang dan langsung mengambil posisi siap menembak.Mendapati sambutan yang sama sekali tak ramah seperti itu, helikopter tak diundang itu pun segera terbang menjauh.Helikoter itu adalah helikopter yang ditumpangi Lucas, Leon dan Carlos.“Kita sudah mendapatkan perhatian mereka, Tuan Muda. Mohon izin untuk menjatuhkan paket,” ujar Lucas sambil menjaga ketinggian helikopter agar tetap berada di luar jarak tembak.Leon tak langsung menjawab.Dia malah menatap Carlos dan bertanya, “Bagaimana?”“Lakukanlah!” jawab Carlos singkat seraya mengangguk tegas.Leon tersenyum lalu berkata pada Lucas, “Jatuhkan

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 223

    Hari masih sangat pagi ketika sebuah helikopter terlihat meninggalkan langit Morenmor. Tanpa pengawalan sama sekali, Leon dan Carlos berangkat ke Ibu Kota untuk mengembalikan Stempel Gubernur Morenmor kepada Presiden. Kecuali Lucas yang bertindak sebagai pilot, tidak seorang pun menyertai perjalanan mereka.“Carlos, apa rencanamu sebenarnya?” tanya Leon pelan, merasa penasaran dengan tindakan Carlos yang mengusir semua pengawal sesaat sebelum mereka tinggal landas.“Sederhana, kita buang stempel ini – lalu pulang!” jawab Carlos, ringan tanpa beban.Mendengar jawaban Carlos, Leon langsung teringat peristiwa belasan tahun lalu ketika putra gubernur itu membawa lari dan membuang semua tas milik teman-teman sekelas mereka di Lectio High School dulu.“Jangan bercanda, ini masalah serius!” tukas Leon, tak sepakat.Carlos mendengus pendek lalu bertanya santai tanpa rasa bersalah sedikit pun, “Kalau tidak dibuang, lalu mau diapakan? Kita sudah jelas telah

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 222

    “Tutup pabrik obat Sanus Pharmacy!”“Usir orang-orang Vicinus dari Morenmor!”Orang-orang makin bersemangat meneriakkan dukungan dan kesiapan untuk berjuang bersama Keluarga Sanjaya.Akan tetapi, tiba-tiba Kakek Sanjaya justru mengangkat tangan memberi isyarat agar orang-orang berhenti meneriakkan kesiapan dan dukungan. Pemimpin keluarga teratas Morenmor itu tampak menatap tajam ke arah seorang perempuan setengah baya yang duduk di baris kedua deretan sebelah kanan.“Nyonya Victoria, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Kakek Sanjaya, lembut.Victoria tersenyum getir lalu menjawab lirih, “Sebagai penduduk Granda Peko yang masih merupakan bagian dari Morenmor, aku tentu akan mendukung setiap usaha untuk mengusir orang-orang Vicinus dari kota kita ini. Apalagi, Keluarga Desplazado dan Keluarga Sanjaya memang sudah menjadi satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan sejak putriku Adelia menikah dengan cu

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 221

    Hari itu, suasana Morenmor terasa tegang.Malam tadi, Gubernur Morgan Hanjaya mengumumkan keadaan bahaya dan penetapan darurat sipil melalui suatu pernyataan resmi yang disiarkan secara langsung oleh seluruh saluran televisi dan radio. Semua akses dari dan ke Morenmor ditutup sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Penduduk lokal diminta untuk tidak bepergian ke luar kota, sementara para pelancong dan pendatang diberi waktu 24 jam untuk segera meninggalkan kota. Selain itu, dia juga memanggil seluruh pemimpin dan tokoh penting keluarga-keluarga teratas Morenmor agar berkumpul di Balai Kota.Akibatnya, sejak pagi aula utama Balai Kota Morenmor telah dipenuhi oleh ratusan orang kaya dan berpenguruh dari seluruh penjuru kota.Tokoh-tokoh tua tampak berkumpul di area tersendiri yang terdapat di sebelah kiri panggung utama, berbaur dengan para pejabat dan petinggi militer. Sedangkan di area sebelah kanan, beberapa orang pemuda calon pewaris keluarga teratas terlihat duduk sambil b

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 220

    Lain Winston, lain pula Duta Besar Bernard.Walaupun sama-sama murka, kedua tokoh penting Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus itu ternyata menyikapi aksi penyerbuan para ahli beladiri Keluarga Sindoro dengan cara yang jauh berbeda.Jika Winston langsung memerintahkan Riana dan anak buahnya untuk bersiap-siap melakukan serangan balasan, maka Bernard Wijaya justru menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya sebagai Duta Besar untuk memasukkan lebih banyak lagi tentara dari Negara Vicinus ke Morenmor – tentu saja dengan menggunakan kejadian aksi penyerangan brutal para ahli beladiri Keluarga Sindoro sebagai alasannya.Dengan dalih untuk menjaga kemanan investasi dan keselamatan tenaga kerja di pabrik obat Sanus Pharmacy dari serangan pihak tak bertanggung jawab sebagaimana yang telah terjadi terhadap kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus, Duta Besar licik itu akhirnya berhasil memperoleh izin resmi dari Pemerintah Pusat Negara Pecunia – untuk mendatangkan dan menempatkan satu batalyon p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status