Nama lengkap Martin adalah Martin Sindoro.
Dia sebenarnya bukan orang sembarangan. Sesungguhnya, dia adalah seorang master seni beladiri yang merupakan pengawal pribadi sekaligus orang kepercayaan Kakek Sanjaya. Selain ahli beladiri, dia juga memiliki keahlian pengobatan tradisional tingkat tinggi.
Tidak berlebihan sama sekali jika dikatakan bahwa Martin adalah orang yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan pemimpin Keluarga Sanjaya.
Ahli beladiri dengan banyak keahlian itu sudah menjadi pengawal tersembunyi keluarga Sanjaya sejak usianya baru menginjak 20 tahun.
Pada masa itu dia bertugas mendampingi sekaligus melindungi Charles Sanjaya, yaitu ketika putra tunggal orang terkaya di Morenmor itu masih menjalani pendidikan di universitas.
Kemudian – saat masa awal Charles bergabung dengan militer – dia tetap melindungi putra Kakek Sanjaya itu secara rahasia. Saat itu, dia menyamar sebagai instruktur pelatih seni beladiri. Bahkan ketika Charles sudah menjadi perwira komando dan memiliki pasukan sendiri, dia tetap mendampinginya dengan menjadi sopir pribadi yang selalu ikut ke manapun perwira muda itu bertugas.
Martin baru berhenti mendampingi Charles lima tahun yang lalu.
Waktu itu Charles mendapat tugas sebagai atase militer Negara Pecunia di luar negeri, sementara di sisi lain – Kakek Sanjaya sudah mulai memasuki usia senja dan melemah secara fisik.
Tidak ada pilihan lain, Charles terpaksa berangkat ke luar negeri sendirian dan Martin mulai menjalani tugas barunya sebagai kepala pelayan Keluarga Sanjaya merangkap sebagai asisten pribadi Kakek Sanjaya.
Dua puluh tahun lebih mengabdi pada Keluarga Sanjaya, Martin tentunya tahu betul selera dan gaya Kakek Sanjaya dalam merencanakan setiap langkah dalam hidupnya. Tidak ada alasan sama sekali baginya untuk tidak memahami rencana lelaki tua kaya raya itu – yang hendak menjadikan Leon sebagai pendamping Edward, sebagaimana dulu dia menjadi pendamping Charles.
Martin sadar sepenuhnya, dia harus melatih Leon sebaik-baiknya hingga menjadi seorang pengawal tersembunyi yang tangguh, cerdas dan setia bagi Edward Sanjaya.
Namun, sebersit keraguan tiba-tiba menyelinap ke dalam hatinya, saat dia teringat bagaimana cucu Kakek Sanjaya itu memperlakukan Leon selama ini.
Keraguan Martin tidak salah.
Jauh di dasar hatinya, Leon memang sebenarnya memendam kebencian pada Edward. Bagaimanapun, setiap hari dipukuli tanpa ampun selama dua tahun penuh – pastilah akan menorehkan benci dan dendam di dalam hati.
Martin juga tahu, Leon tidak pernah menampakkan amarah dan kebenciannya hanya karena bocah itu menyadari statusnya yang cuma menumpang tinggal di rumah keluarga Sanjaya.
“Ini tidak akan mudah!” keluh Martin dalam hati, sadar akan tugas berat yang membebaninya.
Namun, perintah tetap perintah!
Martin akhirnya mulai menyusun rencana pelatihan untuk Leon, sesuai dengan kehendak Kakek Sanjaya.
Dia mengatur beberapa orang pelayan supaya mulai sering menyuruh Leon melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga. Tentu saja, dia juga menyuruh mereka agar memberikan makanan tambahan ala kadarnya sebagai imbalan.
Imbalan yang paling menyenangkan bagi Leon adalah ketika dia diizinkan menyantap sisa hidangan makan malam Kakek Sanjaya.
Bagaimanapun, sisa hidangan makan malam Kakek Sanjaya adalah makanan-makanan bergizi dengan cita rasa tinggi dan kelezatan khas kelas restoran bintang lima. Lebih dari itu, sering kali makanan sisa yang diberikan padanya itu bahkan belum disentuh sama sekali.
Sesungguhnya, agak terlalu sulit bagi siapapun untuk mengatakan bahwa itu adalah makanan sisa.
“Makanlah, habiskan kalau mampu. Badanmu harus lebih besar dan lebih kuat lagi, supaya bisa terus menemani Tuan Muda berlatih! Hahahaha….”
Seorang pelayan bertubuh gemuk yang memiliki wajah jenaka menyodorkan satu porsi besar Foie Grass sisa hidangan makan malam Kakek Sanjaya yang tampaknya belum disentuh sama sekali.
“Terima kasih, Tuan!” jawab Leon dengan mata berbinar-binar.
Selanjutnya, hidangan mewah berbahan dasar hati angsa yang dipaksa gemuk secara kejam sehingga kaya akan lemak dan protein itu sedikit demi sedikit mulai bermigrasi ke dalam lambung Leon hingga tandas tak bersisa.
Sebagai gantinya, bocah yang sedang dalam masa pertumbuhan itu harus mencuci semua piring dan perlengkapan lain bekas makan malam Kakek Sanjaya.
Setelah selesai membantu para pelayan di dapur, Leon bergegas ke kamarnya untuk beristirahat. Bagimanapun, besok pagi dia harus kembali menjalankan peran sebagai samsak hidup demi memuaskan nafsu berkelahi Edward yang selalu menggebu-gebu.
Namun sebelum dia tiba di kamarnya, seorang lelaki setengah umur berbadan tegap terlihat berdiri santai sambil bersandar ke dinding – tepat di depan pintu kamar.
Lelaki berbadan tegap itu adalah Martin, kepala pelayan Keluarga Sanjaya yang juga merupakan orang kepercayaan Kakek Sanjaya.
“Selamat malam, Tuan Martin.” Leon menyapa sopan, antara takut dan khawatir.
Martin tidak merespon.
Dia hanya memutar badan lalu beranjak pergi dengan langkah perlahan sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana. Sesaat kemudian, dia menoleh seraya memberi isyarat agar Leon segera mengikutinya.
“Ayo kita latihan!” gumam Martin pelan, namun tak terbantahkan.
Leon terhenyak, tapi tetap patuh mengikuti Martin.
Sepanjang jalan, kekhawatirannya melonjak ke level maksimum. Bagaimanapun juga, selama ini dia hanya memahami bahwa latihan adalah sama artinya dengan dipukuli tanpa ampun!
Walaupun beberapa waktu belakangan dia sudah tidak lagi terlalu merasa sakit ketika dipukuli oleh Edward, namun situasinya sekarang jauh berbeda.
Bukan Edward yang akan berlatih dengan Leon, tapi Martin!
Leon tahu, dia tak mungkin bisa tertawa sebagaimana selama ini dia telah meremehkan pukulan Edward. Sepertinya, mungkin dia justru akan menangis. Bahkan, mungkin dia sudah akan menangis sebelum pukulan pertama menyentuhnya.
Bagaimanapun, Martin adalah orang dewasa. Pukulannya pasti akan jauh lebih kuat daripada Edward!
Leon pun mulai panik.
Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya tiba di aula olahraga. Martin berdiri tepat di tengah aula, sementara Leon terlihat pasrah beberapa langkah di belakangnya.
Hening sejenak.
Tidak ada yang berbicara atau mengeluarkan suara sedikitpun. Leon bahkan seperti bisa mendengar degup jantungnya sendiri yang mulai berdetak tidak beraturan.
Sesaat kemudian, Martin berbalik hingga posisinya berhadap-hadapan dengan Leon.
“Mendekatlah!” perintah Martin.
Leon menurut, berjalan mendekat satu langkah lalu diam. Dia tak punya keberanian untuk melangkah lebih dekat. Perasaannya mulai tidak karuan sementara jantungnya berdebar makin cepat tak beraturan.
Antara ragu dan takut, dia akhirnya memberanikan diri memandang Martin dengan tatapan memohon belas kasihan.
Namun, Martin tidak peduli.
“Lebih dekat!” desis Martin penuh intimidasi, memerintah tanpa belas kasihan.
Hampir menangis, Leon kemudian memaksa kakinya untuk berjalan selangkah lagi.
“Lagi!” bentak Martin dengan suara menggelegar.
Leon tersentak.
Takut membuat Martin benar-benar murka, dia segera melangkah maju dengan cepat hingga jarak antara dirinya dengan sosok orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu tidak lebih dari satu langkah saja.
Entah sejak kapan, tiba-tiba tubuhnya sudah gemetar dengan hebat. Tanpa dapat dibendung sedikitpun, sesuai dengan perkiraannya sendiri, ternyata tangisnya memang sudah meledak sebelum dia mulai dipukuli.
Entah sedih entah takut, mungkin juga keduanya, Leon akhirnya menyerah pada kenyataan.
Dia tak mampu untuk terus-menerus berpura-pura tegar. Dia kini berdiri pasrah tanpa daya sambil menundukkan kepala. Menangis terisak-isak hingga pundaknya ikut berguncang-guncang. Seiring dengan air matanya yang tumpah dan mengalir deras seperti bendungan jebol.
“Hapus air matamu! Laki-laki sejati tidak menangis.” Sebuah suara berat bernada tegas namun lembut memaksa Leon mengangkat wajah.
Leon tertegun.
Ternyata Martin tidak memukulinya.
Bahkan sebaliknya, Leon justru mandapati lelaki gagah itu berjongkok tepat di depannya.
Orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu memegang pundak Leon dengan lembut. Sementara, dua ibu jarinya yang tebal dan kokoh menopang dagu bocah itu. Kini, wajah kedua lelaki yang berbeda generasi itu saling berhadapan hampir tanpa jarak.
Saat ini, Leon dan Martin bahkan bisa saling merasakan embusan napas masing-masing.
“Jangan menangis, lelaki sejati tidak menangis!” ulang Martin lebih lembut dan sangat bersahabat. Bahkan sikap galak dan tegas yang sebelumnya sangat mendominasi, kini tak terlihat sama sekali.
Namun, Leon terlanjur berkecil hati.
Dia hanya memandangi wajah Martin dengan bingung.
Dia tidak mengerti sedikitpun alasan di balik perubahan sikap Martin.
Beberapa saat yang lalu, suara lelaki berbadan tegap itu begitu dingin dan mengintimidasi. Bahkan lelaki itu juga sempat membentaknya ketika menyuruhnya mendekat tadi.
Namun, kenapa sekarang sikap kepala pelayan Keluarga Sanjaya itu terlihat begitu lembut dan bersahabat?
Leon tak mau terkecoh.
Dia sudah terlalu sering dibohongi. Dia bahkan sudah dibohongi sejak awal dia datang ke lingkungan orang kaya ini dua tahun yang lalu!
Leon masih ingat betul pertemuan pertamanya dengan Martin dua tahun yang lalu. Orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu datang ke panti asuhan dan mengajaknya untuk pindah ke kediaman Keluarga Sanjaya. Waktu itu, Leon dijanjikan akan diajarkan ilmu beladiri dan berlatih bersama-sama cucu Tuan Besar Keluarga Sanjaya. Siapa yang tidak mau? Mana ada orang di Morenmor yang tidak ingin tinggal di istana Keluarga Sanjaya yang terkenal megah dan mewah? Anak kecil mana yang tidak akan bangga bisa berlatih bersama seorang tuan muda dari Keluarga Sanjaya yang kaya raya? Tidak ada! Hanya orang gila yang tidak ingin hidup mewah bersama orang-orang kaya yang berkuasa. Namun, apa yang terjadi? Leon memang diizinkan untuk tinggal di istana Keluarga Sanjaya. Akan tetapi, dia hanya boleh memasuki tiga tempat saja. Yang pertama adalah wisma pelayan, tempatnya tidur bersama puluhan pelayan Keluarga Sanjaya yang lain. Lalu yang kedua adalah dapur, tempatnya bekerja sambil mengais sisa-sisa hidangan ma
Lectio High School adalah sekolah umum berasrama terbaik di Kota Morenmor.Hampir semua keluarga kaya dan terpandang selalu mengirimkan putra putri mereka untuk belajar di sekolah ini. Alasannya cuma satu, Lectio High School adalah sekolah yang hanya menelurkan generasi muda terbaik dengan prestasi dan nilai kelulusan yang menakjubkan.Lebih dari itu, sepanjang sejarahnya yang hampir menyentuh satu abad, belum ada satu orang pun siswa lulusan Lectio High School yang pernah ditolak untuk melanjutkan pendidikan ke universitas manapun di seluruh dunia.Akan tetapi, tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan di Lectio High School.Hanya mereka yang memiliki status tinggi atau berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh sajalah yang dapat belajar di Lectio High School.Kecuali benar-benar berbakat dan memiliki otak jenius, maka tidak akan pernah ada kesempatan sedikitpun bagi anak-anak dari keluarga kaya kelas dua untuk bisa diterima di sekolah ini. Apalagi yang berasal dari keluarga bias
Sesi perkenalan masih berlangsung di kelas Edward dan Leon.Saat ini tinggal lima orang siswa yang belum mendapat giliran untuk memperkenalkan diri. Tiga di antaranya adalah murid perempuan, dan dua lainnya adalah laki-laki.Madam Barbara mengedarkan pandangannya sejenak, sebelum tatapannya jatuh pada seorang murid perempuan berparas jelita. Entah kenapa, dia merasa agak familiar dengan wajah siswi yang duduk di deretan kedua sebelah kiri itu.Kecantikan murid perempuan itu nyaris sempurna, cukup untuk membuat seorang bidadari jatuh dalam kecemburuan.Wajahnya bulat oval dengan dagu tirus yang ada belahannya. Sepasang matanya jernih bercahaya dengan bulu-bulu panjang dan lentik menghiasi kedua kelopaknya, berpadu sempurna dengan sepasang alis tebal yang hampir saling bertautan. Hidungnya mancung dan sedikit runcing seperti hidung boneka. Bibirnya tipis berwarna merah muda, khas anak perempuan yang sedang berangkat remaja. Sementara, sebuah lesung pipit di pipinya yang sebelah kiri men
“Bawakan tasku!”Edward melemparkan tasnya begitu saja ke arah Leon.Sesaat setelah itu, dua buah tas yang berbeda juga ikut melayang dengan arah yang sama. Kedua tas yang terbang belakangan itu adalah milik Bronson dan Robert.Sejak mengetahui bahwa Edward adalah cucu Kakek Sanjaya yang kaya raya, Bronson dan Robert memang telah langsung menjadikan diri mereka sebagai pengikut setia Tuan Muda Keluarga Sanjaya itu. Dan sebagai pengikut setia Edward, sepertinya mereka merasa mempunyai hak yang sama untuk ikut memperlakukan Leon sebagai pelayan.Akan tetapi sebaliknya, Leon justru tidak pernah peduli sama sekali dengan keberadaan mereka.Dia menangkap tas milik Edward dengan tangkas, namun membiarkan kedua tas yang lain jatuh begitu saja ke lantai.Bronson dan Robert langsung meradang melihat tas mereka jatuh hingga isinya berhamburan.“Hai – kenapa kamu menjatuhkan tasku?” bentak Bronson sengit.“Lihat, isinya sampai berantakan begitu! Kalau ada yang rusak, bagaimana? Apa kamu sanggup
Leon tak bersuara sedikitpun untuk membela diri.Dia tahu, Edward bisa langsung jatuh dalam masalah besar jika kejadian yang sebenarnya sampai terungkap. Padahal, dia sudah terlanjur berjanji pada Martin untuk selalu membela dan melindungi cucu Kakek Sanjaya itu – tak peduli apakah benar atau salah!Leon memang sangat menghormati Martin Sindoro.Bagaimanapun, kepala pelayan Keluarga Sanjaya itu adalah guru ilmu bela dirinya. Lebih dari itu, orang kepercayaan Kakek Sanjaya itu bahkan telah menjadikannya sebagai anak angkat. Bagaimana mungkin dia dapat mengingkari janjinya pada lelaki paruh baya yang telah banyak berjasa itu?Dia tak punya pilihan apapun, kecuali tetap bungkam demi memenuhi janjinya pada Martin!Akan tetapi, Madam Barbara tidak kenal Martin Sindoro!Madam Barbara juga tidak tahu bagaimana hubungan yang sebenarnya antara Edward dengan Leon. Sehingga, tidaklah mengherankan sama sekali jika guru wali kelas itu tidak memahami alasan di balik sikap Leon yang hanya diam dan t
Kepala Sekolah Nelson adalah orang yang paling dihormati sekaligus ditakuti di seluruh Lectio High School. Walaupun dia senantiasa berusaha terlihat ramah dalam setiap penampilannya, namun semua orang tahu bahwa dia adalah sosok angkuh yang selalu silau pada jabatan dan kekuasaan.Nelson Sarjono adalah model manusia paling umum di Morenmor.Dagunya akan selalu terangkat tinggi jika sedang berhadapan dengan bawahan, namun akan langsung terbungkuk-bungkuk jika bertemu dengan orang yang punya jabatan lebih tinggi.Jika ada urusan, biasanya orang lain yang harus datang menghadap kepadanya. Hampir tidak mungkin dia sampai mendatangi orang lain yang memiliki kedudukan dan jabatan lebih rendah, apa lagi jika orang itu adalah bawahannya sendiri!Namun pagi ini, Kepala Sekolah Nelson justru datang secara khusus ke kelas Madam Barbara.Tentu saja, dia bukan datang untuk bertemu dengan Madam Barbara.Dia datang ke kelas Madam Barbara untuk mengantar Carlos.Sebagai seorang yang sangat memuja jab
Malam hampir pagi.Lampu salah satu kamar di asrama sekolah Lectio High School masih terlihat menyala.Di dalam kamar yang masih terang benderang bukan pada waktunya itu, seorang murid lelaki tampak sibuk mengerjakan tugas sekolah. Anak lelaki itu terlihat menyalin catatan dari buku yang satu ke buku yang lain – sambil terkantuk-kantuk.Malam itu, untuk yang kesekian ratus kalinya, Leon harus mengerjakan PR milik teman-teman sekelasnya.Tentu saja, Leon mau melakukan semua itu karena Edward yang menyuruh!Semua berawal pada hari di mana hampir seluruh tas dan buku milik teman sekelasnya dibuang ke kolam belakang sekolah oleh Carlos. Saat itu, Leon dianggap sebagai penyebab masalah sehingga semua murid akhirnya mendapat hukuman. Mereka dihukum untuk menyalin catatan dari buku sejarah.Waktu itu, keadaan sempat berkembang tak terkendali hingga akhirnya berubah menjadi perkelahian yang mengakibatkan Edward terkapar karena ditendang Lucy. Karena merasa bersalah dan tak ingin Edward diperm
Semua murid terpana dalam kebingungan dan kengerian.Walaupun belum benar-benar terlibat dalam pertengkaran, namun Edward dan Donald adalah dua dari tiga murid terpenting di kelas Madam Barbara. Tidak seorangpun berani ikut campur dalam urusan apapun yang terjadi di antara mereka.Diakui ataupun tidak, faktanya – jabatan dan kedudukan orang tua Edward, Carlos dan Donald adalah yang tertinggi di antara semua orang tua murid Lectio High School.Ferdian sangat menyadari kenyataan yang tak terbantahkan itu.Sebagai putra seorang Wakil Kepala Kepolisian Morenmor, dia telah diberitahu oleh ayahnya agar senantiasa menjaga hubungan baik dengan Carlos sang putra Gubernur Hanjaya, lalu Donald si anak Duta Besar Wijaya dari negara Vicinus, dan yang terpenting – Tuan Muda Edward dari Keluarga Sanjaya.Bagaimana mungkin dia dapat membiarkan Edward berselisih paham dengan Donald? Dan di depan matanya pula?Akan tetapi, lebih tidak mungkin baginya untuk ikut campur.Dia cuma anak seorang Wakli Kepa
Adelia memang tidak menjelaskan rencananya pada Lucy.Namun, wanita kaya berparas bidadari itu menjelaskan semuanya pada Karina dan Morina serta Sherina. Bagaimanapun, pada kenyataannya – ketiga orang pengawal wanita itulah yang sebenarnya lebih berperan dalam menjalankan kebijakan perusahaan Grup Menara Crudel.Seperti yang diharapkan dari para pengawal papan atas Keluarga Sanjaya, ketiga pengawal wanita itu pun langsung mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan arahan Adelia.“Semua sudah dilaksanakan sesuai rencana, Nyonya. Orang-orang kita sudah berhasil menyusup ke pabrik obat Sanus Pharmacy dan akan langsung bergerak untuk merusak beberapa mesin produksi,” lapor Karina pada suatu hari.Sherina kemudian menambahkan, “Selain itu, seluruh klinik dan balai pengobatan yang tergabung dalam jaringan mitra asuransi Grup Menara Crudel juga sudah siap untuk mulai mengajukan pesanan obat kepada pabrik obat Sanus Pharmacy secara besar-besaran.”“Kami juga sudah menemui Tuan Vincent Marg
Tiga hari kemudian, Lucy terlihat meninggalkan rumah sakit Medicamento Hospital dengan menggunakan kursi roda bersama tiga orang pengawal wanita.Ketiga pengawal wanita itu adalah Morina, Sherina dan Karina.Tiga tahun yang lalu, mereka pernah bertugas di Wisma Adulterium sebagai pengawal pribadi Adelia sebelum wanita berparas bidadari itu resmi menjadi istri Leon.Saat itu, Karina sempat dilecehkan secara biadab oleh anak buah Rudolf yang kemudian berakhir dengan peristiwa bunuh diri Isabela Desplazado. Setelah peristiwa tragis itu, pengawal wanita malang tersebut dipaksa masuk kamp pelatihan khusus untuk mengobati trauma sekaligus meningkatkan kemampuannya. Hasilnya, dia pun menjelma menjadi salah satu pengawal wanita terkuat dan terkejam yang paling diandalkan oleh Keluarga Sanjaya! Saat ini, Karina yang bertindak sebagai pendorong kursi roda yang diduduki Lucy. Adapun Morina dan Sherina, mereka tampak berjalan tegap dengan sikap waspada di sebelah kanan dan kirinya.Selain ketiga
Sebenarnya, perpecahan dalam Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus sudah lama terjadi. Konflik tersebut berawal ketika Winston Wijaya dan Duta Besar Bernard Wijaya ternyata sama-sama berambisi untuk menguasai Morenmor!Namun, perseteruan di antara mereka tak pernah terungkap ke permukaan karena kedua orang super licik itu sama-sama pandai mengemas ambisi pribadinya di balik permusuhan abadi antara Keluarga Sanjaya dan Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Mereka senantiasa menjadikan konflik abadi antar keluarga teratas tersebut sebagai alasan untuk bekerja sama dan saling memanfaatkan, walaupun sebenarnya masing-masing memiliki tujuan sendiri yang amat berbeda – bahkan saling bertabrakan.Perseteruan di antara mereka baru mulai memanas sejak Negara Pecunia dan Negara Vicinus menggelar program kerjasama dalam bidang kesehatan.Dalam program kerja sama kesehatan tersebut, Winston memaksa perusahaan Sanus Pharmacy milik Grace untuk menjadi perwakilan Keluarga W
Leon datang bersama Adelia.Lucy amat terkejut ketika tidak mendapati sedikit pun raut permusuhan pada wajah kedua orang suami istri itu. Sebaliknya, senyum hangat penuh persahabatan justru terlihat menghiasi wajah pasangan paling berpengaruh di seantero Morenmor tersebut.“Apa kabar? Lama tak berjumpa,” sapa Leon ramah.“Ba … baik. Terima kasih,” jawab Lucy, entah kenapa – mendadak jadi gugup sendiri.Melihat sikap Lucy yang mendadak gugup melihat kedatangannya, Leon segera mengalihkan perhatian ke arah layar monitor di samping ranjang pasien berkaki pincang itu. Dia terlihat serius mengamati deretan angka dan grafik yang tertera di sana sebelum berkata, “Syukurlah, keadaanmu sudah jauh lebih stabil sekarang.”Leon diam sebentar dan kembali mengalihkan pandangannya pada Lucy lalu melanjutkan ucapannya, “Akan tetapi, luka-lukamu belum sembuh sepenuhnya dan masih memerlukan perawatan lanjutan. S
Fajar baru saja menjelang, matahari bahkan belum mulai tersenyum di ufuk timur.Namun, sebuah sepeda motor besar terlihat sudah melaju tanpa perhitungan di atas aspal jalanan. Tanpa basa-basi, suara kenalpotnya yang bising menerobos jendela-jendela rumah penduduk yang kebanyakan masih tertutup rapat.“Keterlaluan, pukul berapa ini?”“Dasar sinting, masih pagi sudah kebut-kebutan!”“Demi langit dan bumi, semoga orang gila itu kecelakaan!”Pagi itu, penduduk Morenmor mengawali hari dengan sumpah serapah yang tak berkesudahan.Orang-orang itu baru berhenti mengutuk ketika suara bising mesin sepeda motor yang telah mengganggu tidur mereka itu tiba-tiba berganti dengan suara lain yang jauh lebih keras. Tak perlu penjelasan apa pun, penduduk kota Morenmor langsung tahu bahwa langit telah mewujudkan kutukan yang mereka lontarkan terhadap sepeda motor pengganggu itu.Tak ada keraguan sedikit pun, sepeda motor yang meresahkan itu sepertinya memang benar-benar mengalami kecelakaan – selaras den
Riana menemui Lucy tanpa membawa pengawal seorang pun. Selain karena tugas yang sedang dilaksanakannya kali ini adalah misi rahasia yang diperintahkan secara langsung oleh Winston, dia juga amat percaya diri pada kemampuannya sebagai seorang ahli racun. Dia sama sekali tak tahu bahwa Lucy adalah seorang petarung yang cukup berpengalaman.Sebaliknya, dia bahkan menganggap wanita berkaki pincang yang saat ini berada di hadapannya adalah sosok lemah yang patut dikasihani!“Selamat siang, Nyonya. Perkenalkan, nama saya Riana Blake dari perusahaan Sanus Pharmacy. Mohon maaf, saya terpaksa membius beberapa orang pengawal di depan supaya bisa bertemu Nyonya secara pribadi tanpa harus terganggu oleh apa pun atau siapa pun. Nyonya tidak perlu cemas, mereka hanya pingsan. Mereka akan siuman satu atau dua jam lagi,” ujar Riana datar penuh intimidasi, tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.Beberapa saat lalu, dia memang telah meracuni seluruh petugas keamanan yang berjaga di depan kantor
Edward mungkin naif.Akan tetapi, dia tidak bodoh!Dia langsung waspada ketika tiba-tiba Lucy Sasmita menemuinya secara rahasia sambil membawa satu bundel berkas dokumen perusahaan Grup Menara Crudel. Apalagi, gadis tomboy berkaki pincang itu mengaku disuruh oleh Donald Wijaya.“Donald hanya memintamu untuk tanda tangan,” ucap Lucy tegas, tanpa basa-basi sedikit pun.Edward tersenyum jijik mendengar ucapan Lucy.Sekali lagi, dia membaca seluruh berkas perusahaan yang dibawa oleh gadis tomboy itu. Tak butuh banyak penjelasan, dia langsung paham bahwa Donald Wijaya berniat mengambil alih Grup Menara Crudel dan akan mengaktifkannya kembali – secepatnya.“Sebenarnya, aku tidak keberatan sama sekali untuk tanda tangan. Sejak awal, perusahaan Grup Menara Crudel memang didirikan atas prakarsa Donald dan Duta Besar Bernard Wijaya. Namun, kontribusi dan pengorbananku juga tidak sedikit. Tanpa diriku, perusahaan itu tidak akan pernah ada!” ucap Edward sinis, tanpa mengalihkan pandangan sedikit
Restoran Cheap Cibum adalah sebuah rumah makan besar yang terletak tak terlalu jauh dari komplek kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Menu yang tersedia amat terbatas, hanya camilan sederhana dan minuman kelas bawah yang justru dibanderol dengan harga amat mahal. Tak perlu banyak penjelasan, sejatinya – restoran ini memang tidak menjual makanan atau minuman sebagai sumber pendapatan utamanya.Tidak ada orang yang datang ke restoran Cheap Cibum untuk makan atau minum!Mereka yang datang ke restoran itu kebanyakan merupakan orang-orang misterius dengan latar belakang tak jelas, bahkan cenderung mengerikan. Biasanya, mereka datang untuk menjual atau membeli informasi. Selain itu, ada pula yang datang untuk mencari orang bayaran yang bersedia melakukan pekerjaan kotor – seperti menculik atau menghabisi orang!Di luar dugaan, Donald Wijaya ternyata adalah salah satu pelanggan VIP Cheap Cibum.Walaupun tidak terlalu sering berkunjung, tak a
Begitu saja, rencana Winston telah maju selangkah.Lelaki tua bertampang bengis itu berhasil menggiring hampir seluruh anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus untuk mengikuti rencananya. Tanpa banyak tenaga, dia berhasil mendapatkan dukungan dari hampir semua tetua dan pemimpin keluarga cabang. Sudah barang tentu, semuanya sepakat untuk mendukung idenya membangun pabrik obat baru di Morenmor – tentu saja di bawah naungan tanggung jawab Grace selaku pemegang saham terbesar Sanus Phamacy.Sukses dengan langkah pertama, Winston segera melanjutkan dengan langkah kedua. Tanpa membuang waktu sedikit pun, dia langsung menempatkan satu orang kepercayaannya untuk mendampingi sekaligus mengawasi Grace dalam menjalankan proyek pembangunan pabrik obat tersebut.Orang kepercayaan Winston tersebut bernama Riana Blake.Dia adalah seorang wanita setengah baya berusia antara 35 atau 40 tahun yang sebenarnya bukan anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus sama