Keyakinan Kakek Sanjaya tidak salah. Leon berhasil melunasi uang pembelian rumah sakit tidak sampai 10 tahun kemudian. Dia berhasil mengumpulkan uang untuk melunasi semua hutangnya pada Kakek Sanjaya hanya dalam waktu sembilan tahun saja. Dia melalui sembilan tahun itu dengan penuh perjuangan. Setiap hari, dia berusaha semaksimal mungkin untuk mencetak uang melalui prestasi belajar. Di sekolah, Leon hanya mengenal nilai sempurna dalam setiap ujian. Sedangkan selama kuliah di universitas, dia pun hanya mengenal satu peringkat – yaitu peringkat teratas. Semua prestasi itu dapat ditukarkan dengan nilai uang tertentu, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Kakek Sanjaya. Bukan hanya itu, orang terkaya Morenmor itu juga memberikan hadiah luar biasa ketika Leon akhirnya diwisuda sebagai sarjana! Saat itu, Leon bukan hanya memperoleh satu gelar akademis. Akan tetapi dua gelar akademis sekaligus – dalam kurun waktu yang sama! Dia berhasil menjadi dokter pada usia yang belum genap 23 tahun.
Malam itu Kakek Sanjaya tidak kembali ke kamarnya. Dia menginap di ruang kerjanya. Tanpa melepaskan sepatu, dia membaringkan tubuh tuanya di atas sebuah sofa mewah berlapis beludru halus berwarna merah tua. Tampak sekali bahwa lelaki tua kaya raya itu sangat lelah secara fisik maupun mental. Kakek Sanjaya memang sudah terlalu lelah. Dia merasa sudah terlalu tua untuk terus menjadi pemimpin Keluarga Sanjaya. Terlalu banyak masalah yang datang silih berganti, seolah tak peduli bahwa dia bukan lagi Wilson Sanjaya yang penuh semangat dan ambisi seperti dulu. Hari ini – dia hanyalah Kakek Sanjaya yang sudah renta dan berusia hampir 80 tahun. Dia ingin pensiun, tapi tak belum ada sosok yang tepat dan layak untuk menggantikannya. Anaknya jauh di perbatasan, sementara cucunya jauh dari harapan. “Ah – seandainya saja Edward bisa seperti Leon,” gumam Kakek Sanjaya setengah putus asa. Bayangan wajah Leon dan Edward tiba-tiba mulai menari-nari, bergantian memenuhi pelupuk mata Kakek Sanj
Nova Sanjaya adalah cucu perempuan Kakek Sanjaya. Dia adalah putri kedua Charles Sanjaya dari perkawinannya dengan istri pertama, Pamela Atmaja. Wajahnya cantik namun sikapnya pendiam. Pembawaannya juga sering terlihat murung. Dia bahkan hampir tak pernah tersenyum, walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa bibirnya sangat indah dan akan tampak menawan jika lebih sering tersenyum. Nova belum pernah punya kekasih. Padahal, sebenarnya dia sudah cukup dewasa dan matang untuk berumah tangga. Namun, semua orang tahu bahwa dia adalah gadis pemarah yang senantiasa akan langsung mengamuk jika didekati teman lelaki. Dia memang gadis muda yang amat tertutup. Semua tak terlepas dari masa kecilnya yang menyedihkan. Nova sudah ditolak semua orang bahkan pada hari pertama dia dilahirkan. Kehadirannya di dunia pada 24 tahun silam adalah awal runtuhnya kebahagiaan rumah tangga Charles dan Pamela. Waktu itu, hampir semua orang menyesali dan mengutuk kelahiran Nova – hanya karena dia terlahir
Pamela tertegun mendengar jawaban Martin. Dia bertanya lagi untuk memastikan, “Berarti – dia seumur dengan Edward?” Martin menjawab ringan, “Sepertinya begitu, tapi badan Leon jauh lebih besar dan lebih tinggi.” Pamela tertegun lagi. Dia tidak berani bertanya lebih jauh. Jika benar Leon adalah bayi yang dulu diculiknya pada 23 tahun silam, maka tinggal tunggu waktu saja sebelum semuanya terbongkar dan dia dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah di Istana Keluarga Sanjaya – hingga akhir hayatnya! Pamela pun mulai panik. Tubuh wanita galak berusia lebih dari setengah abad itu mulai berkeringat dingin. Bayangan penjara bawah tanah yang dingin dan gelap mulai memenuhi benaknya, membawa ketakutan tanpa batas yang dapat meruntuhkan kesombongan paling angkuh sekalipun. Tidak! Pamela tidak mau berakhir menyedihkan di penjara bawah tanah. Dalam hati dia berharap, “Semoga saja anak bernama Leon ini bukanlah bayi yang aku culik dulu. Kalau tidak, aku akan terpaksa menyelesaikan apa yan
Kawasan sepanjang jalan Sordida adalah satu-satunya lokasi di kota Morenmor yang tidak mencerminkan kemakmuran. Hanya tiga jenis manusia yang mendiami daerah yang bisa dianggap kumuh ini.Pertama, orang-orang kaya yang telah bangkrut. Lalu yang kedua adalah para pemalas yang tak mampu mengikuti cepatnya laju putaran roda kehidupan Morenmor. Dan yang terakhir adalah penjahat-penjahat kelas teri – yang bahkan tak punya senjata apapun untuk beroperasi.Selain itu, ada juga satu golongan lain yang merupakan pengecualian. Mereka adalah anak-anak terlantar yang menghuni sebuah bagunan tua berlantai dua di ujung jalan Sordida.Bangunan tua di ujung jalan Sordida itu adalah ‘Panti Asuhan Matris Amor’.Gedung Panti Asuhan Matris Amor berbentuk huruf ‘U’ dengan sebuah lapangan serba guna di tengahnya. Lantai bawah terdiri dari tiga ruangan besar di sisi kiri dan lima ruangan yang lebih kecil di sisi kanan.Tiga ruangan besar di sisi kiri lantai bawah adalah ruang kelas di mana anak-anak panti b
Medicamento Hospital adalah rumah sakit terbaik di Morenmor.Dua puluh tiga tahun silam, Leon dilahirkan di rumah sakit ini. Kemudian 10 tahun yang lalu, dia pernah diusir dan tidak diizinkan memasuki areal ke rumah sakit ini. Sekarang, dia justru menjadi pemilik rumah sakit mewah ini!Jalan hidup manusia memang tak bisa ditebak.Dulu terusir, kini justru menguasai.Siapa yang dapat mengira?Medicamento Hospital memang menyimpan banyak rahasia kehidupan. Ratusan anak manusia lahir di rumah sakit ini selama bertahun-tahun, seiring dengan ratusan lainnya yang justru meregang nyawa di kamar sebelah.Banyak bayi yang lahir dan banyak pula yang tak sempat melihat indahnya dunia, semua tercatat dengan baik dan tersimpan rapih.Hanya satu yang tak pernah tercatat, apa lagi disimpan – yaitu peristiwa hilangnya seorang bayi yang kini justru menjadi penguasa rumah sakit ini.Peristiwa itu hanya dicatat dan disimpan dalam benak beberapa orang dokter dan perawat yang telah lebih dari 20 tahun bet
Leon membuka pintu kantor panti asuhan dengan hati-hati.Perlahan, kakinya melangkah memasuki ruangan. Aroma kematian yang cukup kental langsung menyergapnya saat tubuhnya sudah sepenuhnya berada di dalam.Leon tak peduli.Dia terus berjalan menuju lemari arsip di yang menempel di dinding belakang ruangan.Lemari tinggi itu tampak berantakan seperti habis digeledah dengan terburu-buru. Sementara di lantai tepat di bawahnya, beberapa box file terlihat berserakan dengan sebagian besar isinya berhamburan keluar.Leon mulai memeriksa dokumen-dokumen yang berserakan di lantai terlebih dahulu. Tidak ada yang penting, hanya catatan keuangan dan berkas kegiatan panti asuhan.Dia kemudian mulai merambah ke barisan ordner yang masih tersusun dalam lemari.Dia tidak memeriksa deretan ordner di rak bagian atas yang susunannya masih terlihat rapih. Dia hanya memeriksa rak baris kedua dan ketiga, yaitu rak yang keadaanya paling berantakan.Leon tahu bahwa ada orang lain yang sudah lebih dahulu meng
Wisma Adulterium adalah sebuah rumah besar berlantai dua dengan gaya arsitektur kuno yang terletak di pusat Granda Peko. Melihat dari banyaknya jendela yang berderet di dinding depan lantai atas rumah itu, maka hampir bisa dipastikan bahwa setidaknya ada lebih dari 16 kamar di rumah besar itu. Pekarangan Wisma Adulterium amat luas, cukup untuk menampung 10 hingga 12 mobil sekaligus. Ray dapat dengan mudah melakukan manuver di sana, walaupun ada enam buah mobil yang parkir tanpa aturan di sekitarnya.“Ini tempatnya, Tuan. Apakah Tuan benar-benar akan masuk?” tanya Ray setengah mencegah.Leon menjawab singkat, “Ya!”“Baiklah. Saya akan menunggu di sini hingga Tuan selesai,” kata Ray, tidak melarang lagi.Leon langsung melarang, “Tidak perlu, kamu pulang saja. Saya bisa pulang naik taksi nanti.”Ray terlihat ragu.Dia tahu tempat seperti apa Wisma Adulterium itu. Tak bijak sama sekali meninggalkan Leon sendirian tanpa pengawalan di tempat seperti itu. Apalagi, Leon adalah pemilik rumah