Grace amat ketakutan hingga hampir menangis.Wajahnya langsung pucat mendadak dan jantungnya tiba-tiba berdebar tanpa irama ketika menyadari bahwa tentara yang berdiri di hadapannya itu ternyata bukan hanya mesum dan tak tahu malu, melainkan juga biadab dan memiliki gangguan jiwa yang parah.Pemerkosa mayat!Wanita mana pun pasti akan gemetar ketakutan jika bertemu iblis gila macam itu!Grace menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan, mencoba menenangkan hati dan pikiran sambil berusaha mengumpulkan sedikit keberanian dan kekuatan untuk tetap mempertahankan kesadaran terakhirnya – yang entah kenapa mulai terasa menipis.Perlahan-lahan, detak jantungnya pun mulai teratur.Ketakutan dalam dadanya perlahan menggumpal dan berubah menjadi semangat untuk bertahan. Tubuhnya yang sebelumnya gemetar karena dilanda ketakutan, kini bergetar karena menahan amarah yang siap untuk meledak.Grace tiba-tiba tersenyum aneh.Detik berikutnya, tubuhnya melenting tinggi ke atas lalu berputar d
Jonathan memang sedikit gila.Sepertinya, dia berencana menjadikan diri mereka bertiga sebagai umpan untuk mengalihkan perhatian Gerald dan semua pihak yang mendukung Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus.“Kita akan menerobos perbatasan dan langsung menuju Granda Peko secara terang-terangan supaya keberadaan kita diketahui secara luas. Aku yakin, semua orang yang sedang mencari kita di tempat lain akan langsung ditarik mundur dan diperintahkan untuk mengejar ke Granda Peko. Dengan demikian, keluarga kita di kampung halaman akan aman!” kata Jonathan, menjelaskan rencananya.“Benar, selama semua orang tahu bahwa kita ada di Granda Peko – maka tidak ada orang yang akan mencari kita di kampung halaman!” sambut Mathias antusias dan tak khawatir lagi.Dia kemudian menoleh sekilas ke arah Grace lalu berkata sopan, “Nyonya Grace, mohon kencangkan sabuk keselamatan dan maafkan saya jika perjalanan selanjutnya tak akan terlalu nyaman – hingga mungkin akan membuat luka di kaki Nyonya berdarah lag
Aaaaarrrggghhh …!!!Jonathan menjerit tertahan lalu jatuh terkulai.Bazoka yang dipegangnya lepas dan terlempar entah ke mana, tepat pada saat kendaraan lapis baja yang memblokir satu-satunya akses menuju gerbang perbatasan – meledak dan terpental jauh dalam keadaan terbakar.“Gawat, Jonathan sepertinya tertembak!” teriak Grace panik melihat tubuh Jonathan terkulai tanpa bergerak di jendela mobil.Mathias menyahut, “Saya tahu, Nyonya. Tolong tarik tubuhnya ke dalam, lalu tutup jendela.”Grace tidak membantah.Dia segera menarik tubuh Jonathan, tetapi tak berhasil. Tubuh lelaki malang itu terlalu besar, terutama bagian pinggang ke atas. Bagaimanapun, lelaki itu adalah seorang pengawal terlatih yang memiliki tubuh ideal – tentu lebih besar dada ketimbang bagian perut!Grace tak menyerah, dia mencoba menarik tubuh Jonathan sekali lagi.Namun, hasilnya sama.Tubuh Jonathan tetap tersangkut di jendela, mulai dari pinggang ke atas masih tetap menggantung di luar mobil dengan posisi kepala d
Mathias dan Grace tiba di Granda peko ketika matahari sudah terbenam sempurna di ufuk barat. Segala ketegangan dan kelelahan pun langsung terbayar lunas ketika mereka akhirnya sampai di depan Wisma Adulterium.“Ini adalah Wisma Adulterium, kediaman Keluarga Deplazado. Semoga suami Nyonya benar ada di tempat ini,” ujar Mathias datar seraya menghentikan mobil tepat di depan pintu utama.Mendengar ucapan Mathias, Grace agak mengernyitkan dahinya.Dia kemudian bertanya dengan nada ragu, “Apakah kamu tidak akan ikut masuk?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya berjanji untuk mengantar Nyonya dengan selamat sampai ke tempat ini, selebihnya adalah urusan pribadi antara Nyonya dengan suami Nyonya. Saya tidak berhak tahu, apalagi ikut campur!” jawab Mathias tegas.Grace mendesah pendek lalu berkata, “Baiklah, aku mengerti.”Dia kemudian bergegas turun dari mobil tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dengan langkah terpincang-pincang, dia menaiki tangga teras Wisma Adulterium tanpa memedulikan apa pun atau siap
Grace tinggal selama beberapa hari di Wisma Adulterium.Selain untuk memulihkan diri dan merawat luka-lukanya, dia juga ingin menikmati kebersamaan dengan suaminya yang telah mulai berubah menjadi sedikit lebih tulus dan mulai dapat diharapkan. Lebih dari itu, dia pun bahkan mulai mempertimbangkan untuk memperbaiki hubungannya dengan Victoria. Bagaimanapun, ibu mertuanya itu tidak pernah manampilkan sikap bermusuhan kepadanya. Bahkan sebaliknya, dia senantiasa diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang.Grace tidak tahu bahwa kebaikan dan kasih sayang Victoria sebenarnya tidak setulus kelihatannya.Sebenarnya, Victoria melakukan semua itu hanya demi meluluhkan hati Edward.Dengan menunjukkan bahwa dia dan keluarga besarnya tidak lagi mempermasalahkan status Grace sebagai anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus, Victoria berharap Edward akan bersedia melupakan semua dendam masa lalu dan mau kembali ke pelukan Keluarga Desplazado.Namun, rambut memang sama hitam – tetapi pemiki
Orang dari Keluarga Sanjaya memang sudah bergerak.Siapa lagi kalau bukan Mathias?!Pengawal Keluarga Sanjaya yang juga merupakan anggota pasukan khusus tentara perbatasan Negara Pecunia itu sudah bergerak untuk membalaskan dendam kematian Jonathan. Dia bahkan sudah berangkat ke kampung halaman teman seperjuangannya tersebut – untuk memberi kabar sekaligus mengatur rencana balas dendam.Mathias telah tiba di kampung halaman mendiang Jonathan sejak tiga hari yang lalu.Kampung halaman mendiang Jonathan Sudhiro bernama Desa Gigan, terletak di suatu lembah terpencil di lereng pegunungan Montes yang memisahkan antara Negara Pecunia dengan Negara Vicinus. Penduduknya hanya beberapa ratus orang saja dan seluruhnya memiliki hubungan keluarga, entah karena keterkaitan darah atau sebab ikatan perkawainan.Desa Gigan dipimpin oleh Jeremy Sudhiro.Dia adalah kakek mendiang Jonathan Sudhiro dari jalur ibu, seorang ahli ilmu beladiri tingkat tinggi berusia hampir 100 tahun yang sebenarnya telah la
Mathias memang berbeda dengan mendiang Jonathan. Walaupun sama-sama terlatih untuk menghabisi lawan, namun dia tidak berdarah dingin seperti mendiang teman seperjuangannya itu.Dia hanya akan menghabisi orang karena menjalankan tugas atau karena membela diri, tidak pernah seperti mendiang sahabatnya yang senantiasa menikmati setiap pembantaian yang dilakukan. Tentu saja, dia langsung merasa agak tertekan dan sedikit terbebani ketika harus menjalankan suatu misi bersama sekelompok pria tinggi besar dari Desa Gigan – yang semuanya berdarah dingin seperti mendiang Jonathan!Hari ini, Mathias bersama sebelas petarung berdarah dingin suruhan Jeremy dari Desa Gigan berkunjung ke kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus – untuk membalaskan dendam kematian Jonathan Sudhiro!Di depan gerbang, Mathias mencabut senjatanya – dua pucuk pistol berperedam warna hitam.Melihat senjata Mathias, kesebelas orang suruhan Jeremy dari Desa Gigan tampak saling berpandangan satu sama lain dengan tatapan
Gerald memang ceroboh.Namun, sebelas orang pria kuat dari Desa Gigan – ternyata juga sama cerobohnya!Mengandalkan kekuatan yang memang jauh di atas rata-rata kebanyakan orang kuat pada umumnya, kesebelas lelaki dari Desa Gigan tersebut tidak memedulikan peringatan Mathias tentang kemungkinan adanya para pengawal tersembunyi Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus yang merupakan ahli beladiri tingkat tinggi. Kesebelas lelaki bertenaga badak tetapi berotak kerbau itu keluar dari tempat persembunyian dan langsung menghampiri para pengawal yang telah tak bersenjata.Salah seorang pria dari Desa Gigan bahkan berteriak memberi komando dengan penuh semangat, “Cepat, habisi orang-orang itu! Jangan sisakan satu orang pun!”Begitu saja, pembantaian pun mulai berlangsung dengan amat brutal.Suara tulang patah bercampur jerit kesakitan terdengar parau menyanyikan lagu putus asa para pelayan dan pengawal Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus yang