Kejuaraan taekwondo yang digelar di Morenmor adalah turnamen khusus pelajar.Martin benar-benar mendaftarkan Leon pada kejuaraan taekwondo tingkat nasional itu.Dia bahkan menggunakan pengaruh dan kekuasaan Keluarga Sanjaya selaku keluarga teratas untuk mengubah peraturan pertandingan sehingga kompetisi data diikuti oleh peserta perorangan tanpa harus mewakili klub atau dojang tertentu.Selain itu, dia juga meminta agar panitia kejuaraan menambahkan satu pertandingan ekstra untuk memperebutkan hadiah bonus dari Keluarga Sanjaya.Pertandingan tambahan itu akan mempertemukan juara kategori putri melawan juara kategori putra. Siapapun pemenangnya akan mendapatkan hadiah bonus sebesar satu miliar tanpa merubah status dan gelar juara yang sudah diperoleh sebelumnya.Mendengar adanya hadiah bonus yang sangat besar, semua peserta langsung terpompa semangatnya untuk menjadi juara. Bagaimanapun, hanya dengan menjadi juara saja lah mereka dapat memperoleh kesempatan untuk ikut memperebutkan had
Lucy telah ditetapkan menjadi Juara Kategori Putri.Dia dinyatakan berhak untuk mengikuti pertandingan tambahan demi memperebutkan hadiah bonus. Adapun siapa yang akan menjadi lawannya pada babak tambahan, akan ditentukan oleh hasil pertandingan final kategori putra.Hanya ada dua kemungkinan, Leon atau Dominggus!Lucy mulai gundah.Sekilas, tatapan matanya melayang ke tengah arena pertandingan final kategori putra. Di sana, kedua finalis putra terlihat sedang bersiap-siap untuk mulai bertarung memperebutkan gelar juara. Bagaimanapun, dia mengenal kedua finalis itu dengan baik.Finalis yang pertama adalah teman sekelasnya di Lectio High School, sedangkan yang finalis yang satu lagi adalah idolanya di dojang tempatnya berlatih selama ini.Lucy mulai menghitung kekuatan dan kemampuan kedua finalis itu.Beberapa saat lagi, salah satu dari mereka akan menjadi lawannya di babak tambahan untuk memperebutkan hadiah bonus satu miliar yang disediakan oleh Keluarga Sanjaya.Senyum simpul tersun
Leon memasuki arena pertandingan dengan langkah yang terlihat sedikit gontai.Pikirannya tidak fokus sama sekali. Sepasang matanya melirik berulang kali ke arah tribun penonton sebelah timur, tempat Martin duduk sambil mengawasi setiap pertandingan babak demi babak. Walaupun tak mampu melihat menembus lensa kacamata hitam yang dikenakan Martin, Leon dapat merasakan dengan jelas bahwa guru sekaligus ayah angkatnya itu sedang menatapnya dengan sorot penuh penindasan dan tanpa ampun.Leon sadar betul bahwa dia tidak boleh gagal mematahkan kaki Lucy!Sekilas, dia tampak mendaratkan pandangan aneh pada sepasang tungkai Lucy.Dia terlihat seperti sedang menakar kemampuan daan kekuatan tendangan juara kategori putri itu. Padahal, susungguhnya – dia sedang memilih kaki sebelah mana yang sebaiknya dia patahkan nanti.Leon bimbang.Dia memang harus mematahkan kaki Lucy, tapi dia juga tidak ingin menjadi penyebab karir Lucy pada olahraga taekwondo berakhir. Bagaimanapun, dia tahu bahwa tidak ak
Leon memang sukses mematahkan kaki Lucy.Namun, dia juga sukses menghancurkan hatinya sendiri!Batinnya cedera parah, terluka oleh penyesalan dan rasa bersalah yang berpadu sempurna.Hampir sepanjang waktu, suara tulang kaki yang patah terus terngiang di gendang telinganya. Sementara, adegan peristiwa jatuhnya tubuh Lucy yang roboh sambil melolong kesakitan pun masih terus terbayang di pelupuk matanya.Leon benar-benar tersiksa.Berulang kali dia mencoba datang menemui Lucy di rumah sakit.Akan tetapi berulang kali pula dia dipaksa kembali, bahkan sebelum dia sempat memasuki pintu gerbang rumah sakit.Dia selalu diusir setiap kali ada orang yang mengenalinya.Leon memang sangat terkenal sekarang.Semua orang mengenalinya sebagai remaja paling kejam di seluruh Morenmor.Lebih dari itu, orang-orang juga seperti tak sudi lagi untuk menyebut namanya. Mereka lebih suka menyebutnya ‘Pecundang Curang yang Tak Tahu Malu’!“Pergilah, pecundang dilarang masuk ke sini!”Untuk yang kesekian puluh
Kakek Sanjaya tersenyum misterius.Sepertinya, orang terkaya Morenmor itu mulai tertarik pada kepribadian Leon yang unik.Kakek Sanjaya tahu bahwa cucunya sering memukuli Leon. Tapi dia tak pernah melihat atau mendengar anak itu mengeluh, apalagi menangis.Dia juga tahu jika anak itu senantiasa ditindas oleh teman-teman di sekolahnya. Namun, semua penindasan itu justru membuat anak itu semakin pandai dan berprestasi.Leon memang tabah.Dia tak pernah melawan atau membalas walaupun selalu ditindas habis-habisan. Dia juga tetap cerdas dan berprestasi di sekolah, walaupun hampir setiap hari ada saja bukunya yang hilang.Selain itu, dia pun sangat penurut. Dia bersedia melakukan apa saja, bahkan jika itu sebenarnya bertentangan dengan keinginannya sendiri.Sebenarnya, Leon memang hampir memenuhi semua kriteria yang diinginkan oleh Kakek Sanjaya.Hanya satu yang kurang, Leon sepertinya terlalu rendah diri.Padahal, sebenarnya anak itu memiliki aura bangsawan yang cukup kental – bahkan sepe
“Kamu tidak boleh pergi!” Kakek Sanjaya akhirnya menetapkan keputusannya. “Saya bisa saja membatalkan keputusan untuk menghancurkan rumah sakit itu. Tapi sebagai gantinya, kamu harus tetap di sini. Kalau ada orang yang harus pergi dari Morenmor, maka orang-orang di rumah sakit itulah yang harus pergi. Bukan kamu!” lanjut Kakek Sanjaya, lugas dan tegas. Setelah itu, orang paling kaya dan berpengaruh di Morenmor itu tersenyum aneh seraya menatap Leon dengan sorot mata rumit yang sukar untuk dilukiskan. Tak lama kemudian, tiba-tiba Martin juga ikut tersenyum aneh seperti Kakek Sanjaya. Tampaknya, Martin memang sangat memahami makna di balik senyum dan tatapan rumit majikannya. Bagaimanapun, lelaki gagah setengah baya itu sudah lebih dari 20 tahun mengabdi pada keluarga Sanjaya! Tatapan Kepala Pelayan Keluarga Sanjaya itu terlihat sangat tajam dan berwibawa. Suaranya pun terdengar amat tegas saat dia berkata, “Leon, cepatlah berterima kasih – sebelum Tuan Besar berubah pikiran!” Leo
Keyakinan Kakek Sanjaya tidak salah. Leon berhasil melunasi uang pembelian rumah sakit tidak sampai 10 tahun kemudian. Dia berhasil mengumpulkan uang untuk melunasi semua hutangnya pada Kakek Sanjaya hanya dalam waktu sembilan tahun saja. Dia melalui sembilan tahun itu dengan penuh perjuangan. Setiap hari, dia berusaha semaksimal mungkin untuk mencetak uang melalui prestasi belajar. Di sekolah, Leon hanya mengenal nilai sempurna dalam setiap ujian. Sedangkan selama kuliah di universitas, dia pun hanya mengenal satu peringkat – yaitu peringkat teratas. Semua prestasi itu dapat ditukarkan dengan nilai uang tertentu, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Kakek Sanjaya. Bukan hanya itu, orang terkaya Morenmor itu juga memberikan hadiah luar biasa ketika Leon akhirnya diwisuda sebagai sarjana! Saat itu, Leon bukan hanya memperoleh satu gelar akademis. Akan tetapi dua gelar akademis sekaligus – dalam kurun waktu yang sama! Dia berhasil menjadi dokter pada usia yang belum genap 23 tahun.
Malam itu Kakek Sanjaya tidak kembali ke kamarnya. Dia menginap di ruang kerjanya. Tanpa melepaskan sepatu, dia membaringkan tubuh tuanya di atas sebuah sofa mewah berlapis beludru halus berwarna merah tua. Tampak sekali bahwa lelaki tua kaya raya itu sangat lelah secara fisik maupun mental. Kakek Sanjaya memang sudah terlalu lelah. Dia merasa sudah terlalu tua untuk terus menjadi pemimpin Keluarga Sanjaya. Terlalu banyak masalah yang datang silih berganti, seolah tak peduli bahwa dia bukan lagi Wilson Sanjaya yang penuh semangat dan ambisi seperti dulu. Hari ini – dia hanyalah Kakek Sanjaya yang sudah renta dan berusia hampir 80 tahun. Dia ingin pensiun, tapi tak belum ada sosok yang tepat dan layak untuk menggantikannya. Anaknya jauh di perbatasan, sementara cucunya jauh dari harapan. “Ah – seandainya saja Edward bisa seperti Leon,” gumam Kakek Sanjaya setengah putus asa. Bayangan wajah Leon dan Edward tiba-tiba mulai menari-nari, bergantian memenuhi pelupuk mata Kakek Sanj