Hari itu, Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus kalah total.Selain gagal menyusupkan 12 orang tentara pasukan khusus Negara Vicinus ke Negara Pecunia, dua orang pengawal terbaik mereka juga harus tewas mengenaskan. Bukan hanya itu, Gerald Wijaya bahkan bahkan harus bersiap-siap menjadi orang cacat – karena lengannya yang sebelah kanan hampir dapat dipastikan tak akan mungkin dapat pulih kembali seperti sedia kala.“Ini semua karena Grace! Dia harus diseret ke pengadilan keluarga,” geram Gerald, seolah lupa bahwa Grace adalah adik perempuannya sendiri.Dia tidak tahu bahwa di saat yang sama, Grace juga sedang mengutuknya habis-habisan.Bagaimanapun, Gerald telah memaksanya untuk membawa dan menjadi penjamin 12 orang anggota pasukan khusus Negara Pecunia yang akan disusupkan oleh Duta Besar Bernard Wijaya ke Negara Pecunia. Lebih dari itu, kakak lelakinya itu bahkan memaksanya membatalkan perjalanan menjemput suaminya ke Granda Peko – ketika para tentara tersebut akhirnya dipaksa kembali
Winston terdiam selama beberapa saat, tak pernah menyangka bahwa persoalan antara Gerald dan Grace ternyata berkaitan dengan Duta Besar Bernard Wijaya. Tak ingin menanggung risiko yang tak perlu, dia pun meminta semua orang yang tidak berkepentingan agar meninggalkan aula pengadilan. Setelah itu, dia memerintahkan para pengawal untuk segera menutup semua pintu – dan berjaga di luar.Kini, tak ada orang lain di ruang sidang kecuali Winston dan Gerald serta Grace.Winston kemudian berkata pelan penuh tekanan, “Gerald, kamu tidak boleh sembarangan membawa-bawa nama Duta Besar Bernard Wijaya!”“Aku tidak sembarangan, Kek. Aku memang mendapat perintah khusus dari Paman Bernard,” sahut Gerald lirih, terdengar menyesal – karena terbawa emosi sehingga menyebut-nyebut nama Duta Besar Bernard Wijaya.“Ceritakanlah!” pinta Winston pelan, sangat berhati-hati.Gerald tak membantah lalu mulai bercerita, “Aku diperintah oleh Paman Bernard untuk membantu beberapa orang tentara anggota pasukan khusus
Grace tidak membuang waktu.Malam itu juga, dia pergi menjemput suaminya. Dia berangkat ke Granda Peko dengan mengendarai sebuah SUV berwarna cokelat terang. Seolah lupa bahwa punggungnya masih memar dan penuh luka akibat pukulan tongkat kayu petugas penegak aturan pengadilan, dia bahkan mengemudikan sendiri mobil besar yang sebenarnya tidak dirancang untuk kaum wanita itu.Amarah di hati dan rasa sakit di punggung membuat Grace mengemudi seperti orang gila.Sendirian, dia menyusuri gelapnya jalanan menuju perbatasan Negara Vicinus dan Negara Pecunia dengan kecepatan maksimal – tanpa membawa teman atau pengawal seorang pun.Grace memang pergi sendirian.Namun, sebenarnya – dia tidak benar-benar sendirian.Ada dua buah mobil SUV standar militer yang membuntutinya sejak dia meninggalkan area kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Mobil pertama berisi enam orang pengawal suruhan Gerald, sedangkan mobil yang lain hanya berisi dua orang – Mathias dan Jonathan!Walaupun sama-sama men
Gerald benar-benar murka dan hampir tak dapat mengendalikan diri ketika mendapat laporan bahwa empat dari enam pengawal yang dia tugaskan untuk membuntuti Grace ternyata telah tewas di tangan Mathias dan Jonathan.Tanpa peduli bahwa malam telah hampir tiba di puncaknya, dia nekat menghubungi salah satu koneksinya di kalangan militer Negara Vicinus – seorang perwira senior bernama Mayor James Dirja.“Mayor James, maafkan aku karena meneleponmu tengah malam begini. Aku butuh bantuan, beberapa orangku telah diserang dan dihabisi saat melakukan perjalanan menuju perbatasan. Pelakunya dua orang, Mathias Sungkono dan Jonathan Sudhiro. Aku curiga bahwa kedua orang itu bekerja untuk adik perempuanku Grace Wijaya yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju Granda Peko. Kemungkinan besar, saat ini mereka sudah mendekati perbatasan. Tolong kerahkan pasukan, tangkap ketiga orang itu sebelum melintasi perbatasan!” pinta Gerald setengah memaksa.Mayor James terdengar mendengus kasar lalu menjawab
Grace amat ketakutan hingga hampir menangis.Wajahnya langsung pucat mendadak dan jantungnya tiba-tiba berdebar tanpa irama ketika menyadari bahwa tentara yang berdiri di hadapannya itu ternyata bukan hanya mesum dan tak tahu malu, melainkan juga biadab dan memiliki gangguan jiwa yang parah.Pemerkosa mayat!Wanita mana pun pasti akan gemetar ketakutan jika bertemu iblis gila macam itu!Grace menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan, mencoba menenangkan hati dan pikiran sambil berusaha mengumpulkan sedikit keberanian dan kekuatan untuk tetap mempertahankan kesadaran terakhirnya – yang entah kenapa mulai terasa menipis.Perlahan-lahan, detak jantungnya pun mulai teratur.Ketakutan dalam dadanya perlahan menggumpal dan berubah menjadi semangat untuk bertahan. Tubuhnya yang sebelumnya gemetar karena dilanda ketakutan, kini bergetar karena menahan amarah yang siap untuk meledak.Grace tiba-tiba tersenyum aneh.Detik berikutnya, tubuhnya melenting tinggi ke atas lalu berputar d
Jonathan memang sedikit gila.Sepertinya, dia berencana menjadikan diri mereka bertiga sebagai umpan untuk mengalihkan perhatian Gerald dan semua pihak yang mendukung Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus.“Kita akan menerobos perbatasan dan langsung menuju Granda Peko secara terang-terangan supaya keberadaan kita diketahui secara luas. Aku yakin, semua orang yang sedang mencari kita di tempat lain akan langsung ditarik mundur dan diperintahkan untuk mengejar ke Granda Peko. Dengan demikian, keluarga kita di kampung halaman akan aman!” kata Jonathan, menjelaskan rencananya.“Benar, selama semua orang tahu bahwa kita ada di Granda Peko – maka tidak ada orang yang akan mencari kita di kampung halaman!” sambut Mathias antusias dan tak khawatir lagi.Dia kemudian menoleh sekilas ke arah Grace lalu berkata sopan, “Nyonya Grace, mohon kencangkan sabuk keselamatan dan maafkan saya jika perjalanan selanjutnya tak akan terlalu nyaman – hingga mungkin akan membuat luka di kaki Nyonya berdarah lag
Aaaaarrrggghhh …!!!Jonathan menjerit tertahan lalu jatuh terkulai.Bazoka yang dipegangnya lepas dan terlempar entah ke mana, tepat pada saat kendaraan lapis baja yang memblokir satu-satunya akses menuju gerbang perbatasan – meledak dan terpental jauh dalam keadaan terbakar.“Gawat, Jonathan sepertinya tertembak!” teriak Grace panik melihat tubuh Jonathan terkulai tanpa bergerak di jendela mobil.Mathias menyahut, “Saya tahu, Nyonya. Tolong tarik tubuhnya ke dalam, lalu tutup jendela.”Grace tidak membantah.Dia segera menarik tubuh Jonathan, tetapi tak berhasil. Tubuh lelaki malang itu terlalu besar, terutama bagian pinggang ke atas. Bagaimanapun, lelaki itu adalah seorang pengawal terlatih yang memiliki tubuh ideal – tentu lebih besar dada ketimbang bagian perut!Grace tak menyerah, dia mencoba menarik tubuh Jonathan sekali lagi.Namun, hasilnya sama.Tubuh Jonathan tetap tersangkut di jendela, mulai dari pinggang ke atas masih tetap menggantung di luar mobil dengan posisi kepala d
Mathias dan Grace tiba di Granda peko ketika matahari sudah terbenam sempurna di ufuk barat. Segala ketegangan dan kelelahan pun langsung terbayar lunas ketika mereka akhirnya sampai di depan Wisma Adulterium.“Ini adalah Wisma Adulterium, kediaman Keluarga Deplazado. Semoga suami Nyonya benar ada di tempat ini,” ujar Mathias datar seraya menghentikan mobil tepat di depan pintu utama.Mendengar ucapan Mathias, Grace agak mengernyitkan dahinya.Dia kemudian bertanya dengan nada ragu, “Apakah kamu tidak akan ikut masuk?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya berjanji untuk mengantar Nyonya dengan selamat sampai ke tempat ini, selebihnya adalah urusan pribadi antara Nyonya dengan suami Nyonya. Saya tidak berhak tahu, apalagi ikut campur!” jawab Mathias tegas.Grace mendesah pendek lalu berkata, “Baiklah, aku mengerti.”Dia kemudian bergegas turun dari mobil tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dengan langkah terpincang-pincang, dia menaiki tangga teras Wisma Adulterium tanpa memedulikan apa pun atau siap