Share

Terlalu cepat berubah

Penulis: Atiexbhawell
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 21:34:07

Hari berganti begitu cepat, pagi ini Rafi diperbolehkan pulang sementara Pak Pramono belum. Luna memutuskan membawa Rafi pulang ke rumahnya sendiri, meski anaknya itu sempat menolak dan ingin pulang ke rumah kakek neneknya.

Sejak pertengkaran semalam, Hendri tak datang sama sekali. Bahkan tak menjemput anaknya padahal dia tahu kalau hari ini Rafi sudah boleh pulang.

Luna mengajak Andra dan meminta adik lelakinya itu tetap menemani Rafi karena Luna tetap harus ke kantor sementara pengasuh Rafi masih belum datang dari kampungnya.

Sampai di rumah, kondisi rumahnya sepi tetapi mobil Hendri masih ada di halaman. Itu artinya Hendri masih di rumah.

Mereka turun dari mobil dengan Rafi dalam gendongan Andra. Memeluk erat leher pamannya itu dengan erat seolah ada ketakutan untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri.

"Ndra, nanti kalau Mbak Jum datang kamu boleh pulang." pesannya pada sang adik saat kakinya melangkah ke teras rumah.

"Jam berapa dia datang, Mbak?"

"Katanya jam tiga udah sampai."

Kedu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
sertifikat rmh apa sdh diamankn lun mereka bener2 licik..... semoga bisa lepas dr hendri... kasian luna dan Rafi thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Tidak terjadi

    Luna berjalan mondar-mandir di teras runah sambil terus menghubungi nomor Hendri. Perasaannya sudah kacau, saat matanya melihat petunjuk waktu di layar ponselnya.Sudah jam sembilan lewat tetapi Hendri belum ada tanda-tanda pulang membawa Rafi. Luna sudah sangat frustasi. Panik, khawatir, dan marah bercampur manjadi satu.Luna bangkit berdiri ketika sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Berharap itu adalah Rafi. Namun harapannya kembali pupus saat yang dilihatnya adalah Mbak Jum bukan Hendri."Loh, Ibu, kok di luar?" tanya pengasuh Rafi itu sedikit terkejut saat melihat majikannya berada di luar rumah."Iya, Mbak, lagi nunggu Rafi pulang." jawab Luna tak bisa menutupi rasa khawatirnya."Loh, Den Rafi ke mana, Bu? Sama siapa?" "Sama Papanya, mungkin jalan-jalan. Mbak Jum masuk saja dulu, istirahat dulu pasti capek perjalanan jauh." Luna berusaha tersenyum meski hatinya menjerit saat ini."Iya, Bu. Maaf, ya, Bu, saya lama di kampung.""Iya, Mbak, gak apa-apa. Sudah, Mbak Jum i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Tawaran memperbaiki hubungan

    Luna berdiri di dekat jendela, tatapannya lurus ke depan menatap Hendri yang duduk di tepi ranjang. "Luna, aku minta maaf." Luna bergeming, tak tahu harus bereaksi seperti apa atas ucapan Hendri. Perubahan Hendri yang begitu drastis membuat hatinya curiga."Aku tahu hubungan kita tidak cukup baik akhir-akhir ini, tapi aku harap kita bisa memperbaikinya dan memulai semuanya dari awal ... seperti dulu." Luna masih terpaku di tempatnya. Hendri terdengar tulus, tapi terlalu banyak luka yang telah ia ciptakan dalam rumah tangga mereka. Kata "maaf" bukan sesuatu yang cukup untuk menyembuhkan semua itu.Hendri menghela napas panjang saat melihat Luna tetap diam. "Aku tahu aku telah menyakitimu. Aku sadar selama ini aku terlalu egois."Luna berbalik, akhirnya menatap wajah suaminya. Ada rasa lelah yang tergambar jelas di sana, tapi Luna tak ingin terjebak dalam rasa iba. Sudah terlalu banyak kesempatan yang ia berikan."Kau tahu, Hendri?" suaranya lirih, nyaris seperti gumaman. "Kata maafm

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Banyak berubah

    Sejak Hendri mengatakan akan memperbaiki hubungannya dengan Luna, sejak saat itu juga dia benar-benar mengusahakannya. Sudah jarang marah tanpa alasan, jarang bersikap arogan saat mereka sedang berada di rumah. Dan yang lebih terlihat adalah Hendri menjadi lebih sering tertawa lepas saat bersama dengan Rafi.Kata Mbak Jum, Hendri sekarang lebih hangat dan bertanggung jawab. Dia juga meluangkan waktunya menjemput Rafi ketika pulang sekolah.Tentu perubahan itu membuat Luna semakin gamang untuk berpisah. Begitu juga keinginannya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai wanita bernama Ratna yang dia duga adalah orang ke tiga dalam rumah tangganya menjadi kian samar.Sampai saat ini Luna belum mencari informasi lagi mengenai Ratna, karena pekerjaannya yang semakin menyita waktu membuat tubuhnya pun ikut terasa lelah sehingga tak sempat lagi dia menambah beban di pikirannya."Lun, dipanggil Pak Bagas!" seru Alya yang terlihat baru saja memasuki ruang kerja mereka.Luna mengangguk, sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Terlalu cepat

    "Lun, apa yang terjadi?"Tanya Bu Septi dengan suara berbisik ketika mereka sedang berada di dapur. Luna yang sedang mengupas buah apel sontak menoleh."Terjadi apa, Bu?" tanya Luna balik dengan tatapan bingung."Itu," tunjuk Bu Septi ke arah ruang tengah di mana Hendri dan Pak Pramono sedang berbincang. Sesekali nampak mereka tertawa dan nampak begitu akrab."Oh," tanggap Luna kemudian melanjutkan mengupas apel.Jelas saja Bu Septi terheran-heran, sebab selama 8 tahun menjadi mertua Hendri, belum perbah dia mendapati Hendri seakrab itu dengan mereka.Jangankan untuk duduk bersama berbincang seperti sekarang, selama ini mereka hanya bertegur sapa seperlunya saja karena Hendri yang jarang sekali mau datang ke rumah mereka. "Ibu senang kalian baik-baik saja, tapi kok Ibu ngerasa aneh dengan perubahan Hendri yang secepat itu."Luna terdiam sejenak. Tangannya masih sibuk mengupas apel, tapi pikirannya mulai berkelana. Dia bisa memahami keganjilan yang dirasakan ibunya. Hendri memang beru

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Dinner

    "Kamu suka?" tanya Hendri begitu Luna duduk di meja yang sudah disiapkan Hendri sedemikian rupa. Temaram lilin membuat suasana menjadi lebih syahdu dan mesra, itu harapan Hendri. Tetapi bagi Luna semua itu terasa hambar karena cinta di hatinya sudah luntur termakan sikap arogan Hendri selama ini.Luna memghela nafas besar, Luna tidak menampik usaha Hendri patut diapresiasi, tetapi tetap saja hatinya meragu dan tidak semudah itu diluluhkan hanya dengan perlakuan romantis Hendri yang tiba-tiba seperti itu."Kamu suka?" tanya Hendri sekali lagi, suaranya terdengar penuh harap.Luna menatap lilin-lilin yang berkedip pelan di tengah meja, menghirup aroma masakan yang sudah tertata rapi, lalu memandang Hendri yang kini tersenyum lembut di hadapannya. Seharusnya ini menjadi momen yang romantis, tetapi di hatinya hanya ada kehampaan.Luna tak menjawab, hanya anggukan kecil sebagai jawaban membuat senyum Hendri semakin lebar. "Aku tahu kamu pasti suka. Aku ingin memperbaiki semuanya, Luna."Lu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Terkuak

    Luna tersenyum tipis saat wajah Hendri pias. Benar dugaannya, kalau Hendri sedang dimanfaatkan oleh kakaknya.Dua hari yang lalu, Luna bertemu Arman ---suami Siska---kemudian mengatakan kalau mereka sudah berpisah dan sedang dalam proses cerai. Hal itu sontak membuat Luna terkejut, pasalnya yang dia ketahui mereka selalu terlihat mesra.Dari cerita Arman, kemudian perubahan Hendri yang mendadak cukup membuat Luna mengetahui alur cerita yang sesungguhnya."Lun--""Maaf, Hendri ... untuk kali ini aku tidak bisa membantumu atau pun Siska.""Kamu tahu dari mana?" tanya Hendri yang sudah terdengar seperti aslinya ... ketus.Luna tersenyum sinis, "tidak penting aku tahu dari nana. Yang jelas, aku sudah bisa menebak apa yang sedang kalian rencanakan." "Baguslah kalau kau sudah tahu, artinya aku tidak perlu lagi berpura-pura seperti ini." sikap Hendri kembali seperti semula. Nada bicaranya pun sudah kembali ketus.Luna terkekeh pelan, membuat Hendri semakin kesal dibuatnya."Yang jelas, aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Bertemu lagi

    "Ada apa?" todong Luna begitu panggilan tersambung dengan kakak iparnya itu."Kamu kebangetan banget, sih, Lun! Hendri sudah baik-baikin kamu, tapi kamu sok banget. Bisa apa kamu tanpa Hendri? Sadar dirilah minimal, Lun." cerocos Siska panjang lebar membuat Luna geleng-geleng kepala. Dalam keadaan terjepit begini saja wabita itu masih bisa mengomel padanya."Sudah?" tanya Luna setelah beberapa detik mereka diam karena Luna enggan menanggapi ocehan Siska."Kamu--""Maaf, Mbak ... Aku tidak berminat membantumu. Kalau soal tempat tinggal, kalian boleh tinggal di rumahku sementara ini, tapi nanti setelah aku dan Hendri resmi bercerai kalian harus keluar dari rumahku. Kalau soal hutang-hutangmu, maaf ... aku gak bisa dan gak mau bantu!" tegas Luna menyela Siska.Luna segera memutus panggilan tanpa menunggu reaksi Siska di seberang sana. Ya, Luna sudah tahu ke mana arah tujuan Siska meminta Hendri bersikap baik padanya. Tak lain dan tak bukan adalah untuk membuatnya bersedia membayar hutan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Harus profesional

    Luna memijit pelipisnya, dia mendadak pening oleh tatapan penuh intimidasi dari teman-teman satu devisinya. Hal itu tak lain dan tak bukan adalah karena sapaan Adrian padanya tadi pagi."Oh ayolah ... emang kalian kenyang dengan melototin gue kayak gini?" kata Luna frustasi.Alya, Meta, Dania, Silvia, Irna dan Suna tak terpengaruh. Mereka tetap menunggu jawaban dari Luna tentang hubungannya dengan bos baru mereka.Aluna menghela nafas pasrah, merasa lelah karena jawaban apapun tak membuat mereka percaya begitu saja."Oke fine ... Adrian--""Tuh 'kan ... panggilannya aja udah sedekat itu gaes ...." sela Alya mengompori teman-temannya."Astaga! Oke, gue sama Pak Adrian ... jelas, ya ... Pak Adrian Wira Atmaja ... satu sekolah pas SMA. Satu kelas pas kelas 3 selama hampir 8 bulan sebelum beliau pindah ke Jerman waktu itu." jelas Luna.Mata para teman-temannya semakin membulat. Irna menepuk bahu Luna dengan dramatis, seolah baru saja mendengar kabar yang sangat mengejutkan."Beneran cuma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Familly time

    Adrian mengajak Luna dan Rafi ke pusat perbelanjaan besar yang agak jauh dari rumah, alasannya mencari playground yang lebih besar dan lengkap untuk Rafi. Meaki harus ditempuh dengan 1 jam lebih perjalanan.Namun begitu, pilihan Adrian benar-benar membuat Rafi bahagia karena hampir semua permainan yang dia idamkan ada di sana.Rafi segera menjajal satu persatu wahana permainan di sana, tak lupa bersorak riang setiap kali ia berhasil menaklukkan permainan yang ia coba. Matanya berbinar-binar penuh semangat, dan tawa kecilnya terus mengalun, membuat Luna tak henti-hentinya tersenyum.“Mama, lihat! Aku bisa naik ini sendiri!” seru Rafi sambil memanjat dinding panjat mini dengan penuh percaya diri. Tangannya yang mungil menggenggam erat pegangan demi pegangan, sementara kakinya dengan cekatan mencari pijakan."Hati-hati, Sayang!" seru Luna dari pinggir arena sementara Adrian berdiri di bawah, siap siaga jika sewaktu-waktu Rafi kehilangan keseimbangan. “Hati-hati, Boy. Pegang yang kuat, ya

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Semakin dekat

    "Kami belum menemukan keberadaan Pak Hendri, Bu." Luna dan Bu Septi saling berpandangan dengan tatapan khawatir. Sedangkan Pak Pramono menyandarkan punggungnya disertai helaan nafas panjang.Setelah hampir dua minggu lamanya menanti, akhirnya Luna mendapatkan kabar dari pengacaranya. Sayangnya, kabar yang dia terima tidak seperti yang dia inginkan."Jadi Hendri benar-benar kabur?" ulamg Pak Pramono lagi. Memastikan apa yang dia dengar tidaklah salah."Betul, Pak. Sejak kejadian hari itu, sampai hari ini tidak ada yang tahu keberadaan Pak Hendri. Menurut informasi, Pak Hendri sudah hengkang dari perusahaan tempatnya bekerja sehari sebelum hari kejadian dan beliau juga tidak perbah terlihat pulang ke kediaman Bu Luna." tambah Pak Sandy selaku pengacara Luna."Jadi, siapa yang tinggal di rumah saya?" tanya Luna penasaran."Hanya Bu Marni dan Bu Siska saja. Itu pun hanya sekitar satu minggu. Setelahnya rumah Ibu kosong." Kenyataan ini membuat Luna terkejut luar biasa. Pasalnya dia mengi

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Baper

    "Terimakasih," kata Luna setelah mobil Adrian berhenti tepat di depan gerbang rumah Pak Pramono."Sama-sama ... salam buat Rafi, Ayah dan Ibu, ya ... maaf gak bisa mampir." balas Adrian tersenyum begitu lebar.Luna mengangguk, lalu bersiap untuk turun. Akan tetapi Adrian lebih dulu turun dan memutari mobil kemudian membukakan pintu untuknya.Perlakuan sederhana yang membuat wanita berbunga-bunga, tapi tidak semua laki-laki mau melakukannya. Namun, Adrian melakukannya. Membuat hati Luna tak karuan rasanya. Antara senang, bahagia tetapi juga malu yang mendera sebab mereka tak hanya berdua saja, tetapi ada Angga yang ikut serta.Ia bahkan bisa melihat raut keheranan dari asisten pribadi Adrian itu ketika melihat atasannya membukakan pintu untuknya."Terimakasih sekali lagi, malah jadi ngerepotin." ungkap Luna setelah turun dari mobil."Iya, Aluna ... aku senang melakukannya." balas Adrian menatap lekat wajah Luna, namun buru-buru dia sudahi mengagumi wajah ayu itu. Bisa-bisa, dia tidak j

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Mati kutu

    Luna melangkah terburu meninggalkan basement setelah mengambil tasnya dari dalam mobil Adrian. Jam masuk masih tersisa 5 menit lagi tetapi dia harus buru-buru sebab perasaan yang bercampur aduk dalam hatinya setelah kejadian beberapa saat lalu.Luna memejamkan mata sesaat di samping mesin fingerprint, jantungnya masih berdetak tak karuan. Teringat lagi kejadian di taman tadi, bisa-bisanya dia ikut terbuai dan menikmati moment bersama Adrian."Ngapain, Lu?" Sakit?" tepukan Alya di bahunya sontak membuatnya membuka mata lebar-lebar.Luna gugup mendapat tatapan seintens itu dari Alya. "E-enggak ... gue baik-baik aja, kok." "Ya, terus ngapain di sini? Muka Lu merah gitu?" tanya Alya semakin keheranan, ia berniat menyentuh kening Luna tetapi Luna segera menghindar."Lu baru dateng juga?" tanya Luna mengalihkan perhatian Alya. Alya mengangguk, lalu melakukan absensi dengan tatapan mata tetap tertuju pada Luna yang masih berdiri di sebelah mesin fingerprint."Yuk!" ajaknya setelah absen be

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Takut nyaman

    Beberapa hari setelah Luna merasa benar-benar sehat, ia kembali masuk ke kantor. Tentu saja dengan persiapan mental yang lebih besar untuk menghadapi berbagai pertanyaan dari teman-temannya.Luna tak membawa mobil sendiri, melainkan dijemput oleh Adrian. Awalnya Luna menolak, tetapi Adrian meyakinkan kalau hanya untuk hari ini saja. Akhirnya Luna mengalah dan pergi bersama Adrian.Sampai di loby utama, Adrian tak menurunkan Luna tetapi membawanya serta ke basement."Masih terlalu pagi, aku mau ajak kamu sebentar." Ucap Adrian sembari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Ke mana?" tanya Luna menatapnya heran."Ikut aja!" Kata Adrian lalu membuka pintu mobil dan segera turun diikuti Luna kemudian.Adrian menarik pelan lengan Luna agar mengikutinya melangkah menuju basement paling ujung lalu berhenti tepat di depan sebuah motor sport berwarna merah."Ini ...?" "Kamu masih mengingatnya 'kan?" kata Adrian tak lepas menatap wajah cantik Luna yang sudah membaik dari lu

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Ancaman

    Ketenangan malam yang sempat menyelimuti rumah keluarga Luna mendadak terusik oleh ketukan pintu yang keras dan tergesa-gesa. Bu Septi yang tengah memangku Rafi sontak menoleh ke arah suaminya."Siapa malam-malam begini?" bisik Bu Septi cemas.Pak Pramono yang juga terkejut segera bangkit dan membuka pintu. Sosok perempuan paruh baya berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam dan nafas tersengal."Luna! Keluar kamu!" suara melengking itu menggema, membuat Luna yang tengah berbincang dengan Adrian di ruang tengah langsung menegang."Ibu ...." gumam Luna pelan, menyadari siapa tamu tak diundang itu.Bu Ratih, ibu Hendri, melangkah masuk dengan tatapan tajam penuh amarah. Ia menatap Luna seolah hendak menerkamnya."Bagus, ya! Kamu benar-benar sudah gil4, Luna! Kalau mau pisah, ya, pisah aja gak usah kamu laporkan anakku ke polisi?!" bentaknya tanpa peduli bahwa ia adalah tamu di rumah itu.Luna menelan ludah, tangannya mengepal di pangkuannya."Bu, tolong tenang dulu. Kita bisa bic

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Terjawab

    "Aku ...""Eh, ada nak Adrian, to ... Kok, gak masuk?" Suara cempreng Bu Septi menyela Adrian yang hendak bicara. Luna menghela nafas kecewa. Padahal sedikit lagi segala tanya dalam benaknya akan menemukan jawaban. Malah ibunya terlanjur datang."Iya, Bu ... saya juga baru saja datang, kok." balas Adrian menyalami Bu Septi."Hayuk masuk, udah mau Maghrib." kata Bu Septi lagi lalu beralih memanggil cucunya yang masih asyik bermain di halaman.Adrian hendak membantu Luna berdiri, tapi dengan tegas Luna menolak. "Aku bisa sendiri, Adrian." "Yasudah ... pelan-pelan saja." kata Adrian perhatian.Usai shalat Maghrib, mereka berkumpul duduk di ruang keluarga, berbincang hangat selayaknya keluarga dekat."Em ... maaf, Nak Adrian. Kalau boleh, Bapak mau bicara sesuatu." kata Pak Pramono mengalihkan perhatian semua orang.Mbak Jum segera mengajak Rafi untuk menyingkir dari sana karena dia tahu akan ada pembicaraan orang dewasa."Iya, Pak, silakan." jawab Adrian tetap tenang."Terimakasih seka

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Penasaran

    Dua hari kemudian Luna sudah diperbolehkan pulang, dibantu Bu Septi Luna melangkah perlahan menuju lift yang akan mengantarnya turun ke lantai satu gedung rumah sakit itu."Tadi, Adrian bilang akan jenguk kamu di rumah." kata Bu Septi setelah kotak berjalan itu tertutup sempurna."Adrian?" gumam Luna memastikan. Bu Septi mengangguk.Sejak dua hari yang lalu, Adrian belum datang lagi ke rumah sakit. Luna berpikir bahwa Adrian memang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Adrian juga mengatakan hal yang sama di chat kemarin."Tadi pas kamu mandi, dia telepon ke hp kamu, jadi Ibu yang jawab kalau hari ini kamu boleh pulang, gitu." beritahu Bu Septi diakhiri dengan kekehan kecil. Membuat Luna menggeleng pelan."Ibu, ih," decak Luna dengan senyum kecil."Sama Ibu gak boleh main rahasia-rahasiaan." goda Bu Septi lagi."Rahasia apa, sih, Bu? Luna gak ada apa-apa sama Adrian, cuma teman." kilah Luna menyangkal meski wajahnya memanas."Iya, Ibu juga tahu." kekeh Bu Septi dengan nada menggoda."Tapi

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Bersemi kembali

    "Semua proses hukum sudah aku serahkan sama pengacara, kamu tinggal ikuti prosesnya saja." Beritahu Adrian yang baru datang lagi setelah pulang dari kantor. Kini Luna sudah lebih baik, tapi masih hatus dirawat di rumah sakit.Selama dua hari dirawat, selama itu pula Adrian menemaninya bersama Rafi dan Mbak Jum. Kalau siang, Luna ditemani oleh keluarganya yang kemarin baru datang dari acara wisuda Andra di Jogja.Ayah dan Ibu Luna sangat marah dan kecewa terhadap perilaku menantunya. Mereka sering memperingati Luna untuk berpisah saja andai Hendri tak juga mau berubah. Namun, Luna masih saja bertahan walau Hendri memamg kerap melakukan kekerasan fisik terhadapnya.Puncaknya adalah kemarin, Luna sampai harus mendapat perawatan intensif akibat perbuatan Hendri. Sejak saat itu juga, Pak Pramono tidak lagi mengijinkan Luna membela Hendri walau sekedar ucapan. Pak Pramono dan Bu Septi jugalah yang mendesak Luna untuk segera melaporkan tindak kekerasan ini pada pihak yang berwajib."Terima

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status