Share

Penasaran

Penulis: Atiexbhawell
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 17:34:09

Dua hari kemudian Luna sudah diperbolehkan pulang, dibantu Bu Septi Luna melangkah perlahan menuju lift yang akan mengantarnya turun ke lantai satu gedung rumah sakit itu.

"Tadi, Adrian bilang akan jenguk kamu di rumah." kata Bu Septi setelah kotak berjalan itu tertutup sempurna.

"Adrian?" gumam Luna memastikan. Bu Septi mengangguk.

Sejak dua hari yang lalu, Adrian belum datang lagi ke rumah sakit. Luna berpikir bahwa Adrian memang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Adrian juga mengatakan hal yang sama di chat kemarin.

"Tadi pas kamu mandi, dia telepon ke hp kamu, jadi Ibu yang jawab kalau hari ini kamu boleh pulang, gitu." beritahu Bu Septi diakhiri dengan kekehan kecil. Membuat Luna menggeleng pelan.

"Ibu, ih," decak Luna dengan senyum kecil.

"Sama Ibu gak boleh main rahasia-rahasiaan." goda Bu Septi lagi.

"Rahasia apa, sih, Bu? Luna gak ada apa-apa sama Adrian, cuma teman." kilah Luna menyangkal meski wajahnya memanas.

"Iya, Ibu juga tahu." kekeh Bu Septi dengan nada menggoda.

"Tapi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Terjawab

    "Aku ...""Eh, ada nak Adrian, to ... Kok, gak masuk?" Suara cempreng Bu Septi menyela Adrian yang hendak bicara. Luna menghela nafas kecewa. Padahal sedikit lagi segala tanya dalam benaknya akan menemukan jawaban. Malah ibunya terlanjur datang."Iya, Bu ... saya juga baru saja datang, kok." balas Adrian menyalami Bu Septi."Hayuk masuk, udah mau Maghrib." kata Bu Septi lagi lalu beralih memanggil cucunya yang masih asyik bermain di halaman.Adrian hendak membantu Luna berdiri, tapi dengan tegas Luna menolak. "Aku bisa sendiri, Adrian." "Yasudah ... pelan-pelan saja." kata Adrian perhatian.Usai shalat Maghrib, mereka berkumpul duduk di ruang keluarga, berbincang hangat selayaknya keluarga dekat."Em ... maaf, Nak Adrian. Kalau boleh, Bapak mau bicara sesuatu." kata Pak Pramono mengalihkan perhatian semua orang.Mbak Jum segera mengajak Rafi untuk menyingkir dari sana karena dia tahu akan ada pembicaraan orang dewasa."Iya, Pak, silakan." jawab Adrian tetap tenang."Terimakasih seka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Ancaman

    Ketenangan malam yang sempat menyelimuti rumah keluarga Luna mendadak terusik oleh ketukan pintu yang keras dan tergesa-gesa. Bu Septi yang tengah memangku Rafi sontak menoleh ke arah suaminya."Siapa malam-malam begini?" bisik Bu Septi cemas.Pak Pramono yang juga terkejut segera bangkit dan membuka pintu. Sosok perempuan paruh baya berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam dan nafas tersengal."Luna! Keluar kamu!" suara melengking itu menggema, membuat Luna yang tengah berbincang dengan Adrian di ruang tengah langsung menegang."Ibu ...." gumam Luna pelan, menyadari siapa tamu tak diundang itu.Bu Ratih, ibu Hendri, melangkah masuk dengan tatapan tajam penuh amarah. Ia menatap Luna seolah hendak menerkamnya."Bagus, ya! Kamu benar-benar sudah gil4, Luna! Kalau mau pisah, ya, pisah aja gak usah kamu laporkan anakku ke polisi?!" bentaknya tanpa peduli bahwa ia adalah tamu di rumah itu.Luna menelan ludah, tangannya mengepal di pangkuannya."Bu, tolong tenang dulu. Kita bisa bic

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Takut nyaman

    Beberapa hari setelah Luna merasa benar-benar sehat, ia kembali masuk ke kantor. Tentu saja dengan persiapan mental yang lebih besar untuk menghadapi berbagai pertanyaan dari teman-temannya.Luna tak membawa mobil sendiri, melainkan dijemput oleh Adrian. Awalnya Luna menolak, tetapi Adrian meyakinkan kalau hanya untuk hari ini saja. Akhirnya Luna mengalah dan pergi bersama Adrian.Sampai di loby utama, Adrian tak menurunkan Luna tetapi membawanya serta ke basement."Masih terlalu pagi, aku mau ajak kamu sebentar." Ucap Adrian sembari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Ke mana?" tanya Luna menatapnya heran."Ikut aja!" Kata Adrian lalu membuka pintu mobil dan segera turun diikuti Luna kemudian.Adrian menarik pelan lengan Luna agar mengikutinya melangkah menuju basement paling ujung lalu berhenti tepat di depan sebuah motor sport berwarna merah."Ini ...?" "Kamu masih mengingatnya 'kan?" kata Adrian tak lepas menatap wajah cantik Luna yang sudah membaik dari lu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Sebuah keputusan

    Brak!"Dari mana saja kamu?" Hendri menggebrak meja begitu Luna melangkah masuk. Nada suaranya tajam, seperti sembilu yang mengiris udara.Luna menghela napas panjang, tangannya masih menggenggam tali tas kerja. “Ada masalah di kantor. Aku harus menyelesaikannya sebelum cuti,” jawabnya, mencoba tetap tenang meski lelah merambat di setiap pori.“Masalah? Masalahnya itu kamu! Kamu yang keras kepala! Sudah kubilang resign, tapi kamu tetap kerja!” hardiknya dengan tatapan sinis.Luna melepas sepatu tanpa berkata-kata. Hendri selalu seperti ini—melontarkan amarah, tak peduli apa yang sebenarnya terjadi. Jawaban apa pun akan percuma, hanya akan menyulut lebih banyak argumen.“Aku tidak mau berdebat,” ucapnya pelan, lalu melangkah masuk ke rumah.Hendri mengikutinya, napasnya terdengar berat. “Ibu akan datang malam ini. Siapkan makan malam yang layak. Jangan bikin malu. Pastikan mereka menyukai makan malamnya.”Luna berhenti di depan pintu kamar. “Mereka?”“Mbak Siska dan anak-anak,” jawab H

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Reuni

    Keesokan paginya, rumah terasa kacau dengan anak-anak Siska yang berlarian, meninggalkan remah-remah di sofa. Ibu mertua duduk santai, mengamati Luna yang sibuk menyiapkan teh.“Luna, tehnya mana? Lama sekali,” suara ibu mertuanya tajam.Luna buru-buru menuangkan teh, tangannya gemetar, lalu menyerahkannya dengan senyum kecil. Ibu mertuanya menyeruput sedikit dan mengerutkan dahi. “Pahit banget! Gulanya kurang, tambahin lagi.”Tanpa berkata apa-apa, Luna kembali ke dapur dan menambahkan gula. Hendri masuk ke dapur, memeriksa meja makan. “Ibu pesan, jangan lupa belanja untuk arisan lusa. Kamu harus siapkan semuanya.”“Tapi lusa aku ada reuni,” jawab Luna pelan, mengaduk teh mertuanya.Hendri mendekat, matanya tajam. “Reuni? Untuk apa? Acara begitu enggak penting.”“Aku sudah janji dengan teman-temanku,” Luna mencoba memberi ruang pada keberaniannya.“Sudah berani kamu?” suara Hendri meninggi, “aku bilang tidak perlu pergi. Titik!” tekan Hendri sembari menekan kuat bahu Luna.Hendri ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Awal kenangan

    Luna berdiri cemas di dekat jendela, tak menyangka Adrian akan begitu nekat mengikutinya sampai ke rumah. Dia mondar-mandir dengan detak jantung yang menggila, dia takut jika laki-laki itu akan nekat masuk dan bertemu dengan Hendri.Meski tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Adrian, tetapi Luna tetap merasa khawatir terlebih hubungannya dengab Hendri akhir-akhir ini memang sedang kurang baik. Ponsel dalam genggamannya kembali bergetar, membuatnya tersentak dari lamunan. Kali ini tanda panggilan masuk.Adrian!Laki-laki yang berhasil memporak-porandakan hatinya itu menghubungi."Halo--" jawab Luna dengan segera."Jangan khawatir. Aku hanya memastikan kamu sampai di rumah dengan selamat." ujar Adrian seolah dapat membaca kekhawatiran yang dirasakan Luna."Astaga, Adrian." geram Luna tertahan. Seluruh tulang belulangnya terasa lemas. Terdengar kekehan kecil di seberang sana, kemudian panggilan segera berakhir.Luna menatap layar ponselnya yang kembali gelap setelah Adrian memutuska

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Mulai berani

    "Apa jangan-jangan, Hendri memiliki wanita lain?"Luna terpaku di tempatnya, pikirannya sibuk menyimpulkan semua sikap Hendri selama ini dan mengkaitkan dengan apa yang dia pikirkan."Kalau memang benar, pantas saja tidak pernah menganggapku lagi selama ini." gumamnya pada dirinya sendiri.Di dalam sana, Hendri dan Ibunya masih asyik membicarakan wanita bernama Ratna itu."Apakah aku harus mulai peduli?" bisik hati Luna.Sesaat ia terdiam, memikirkan langkah apa yang harus dia ambil. Setelahnya dia masuk untuk memulai misi pertamanya.Melihat Luna masuk, Hendri dan Ibunya berhenti berbicara. Setelah mencuci tangan di wastafel, Luna mengambil duduk di meja makan, berselang satu kursi di samping kanan Hendri."Ngapain kamu?" tanya Ibu mertuanya."Sarapan, Bu." sahut Luna cuek, lalu meraih roti dan selai coklat yang berada di tengah meja."Lun--""Kenapa? Bukankah kamu tahu kalau ini kebiasaanku setiap hari, Mas? Aku tidak akan bisa bekerja kalau belum sarapan. Jadi, jangan mentang-menta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Mencari tahu

    Luna masih memandang kepergian Hendri yang semakin menjauh, rasa sesak kian memenuhi dadanya manakala mobil hitam suaminya itu tak lagi terjangkau oleh indera penglihatannya. Setelah memetralkan perasaannya, Luna kembali membuka ponselnya, mengetikkan nama "Ratna" di kolom pencarian media sosial. Ada banyak hasil, tetapi tidak ada yang sesuai dengan kriteria yang ia bayangkan. Nama itu terlalu umum, dan Luna tahu ia membutuhkan lebih banyak informasi untuk mempersempit pencariannya. Luna memutuskan untuk menghubungi Ayu lagi. [Ay, kamu punya foto Ratna atau tahu alamat rumahnya?] Pesannya hanya dibaca tanpa balasan. Luna merasa sedikit kecewa, tetapi ia mencoba memahami bahwa Ayu mungkin sedang sibuk. Ia memutuskan untuk bersiap dan segera pergi ke rumah ibunya seperti rencana semula. Tak butuh waktu lama, dia sudah rapi dengan dress terusan tanpa lengan berwarna pastel. Ia biarkan rambut panjangnya tergerai indah. "Mau ke mana kamu?" tanya ibu mertuanya yang melihat Luna s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Takut nyaman

    Beberapa hari setelah Luna merasa benar-benar sehat, ia kembali masuk ke kantor. Tentu saja dengan persiapan mental yang lebih besar untuk menghadapi berbagai pertanyaan dari teman-temannya.Luna tak membawa mobil sendiri, melainkan dijemput oleh Adrian. Awalnya Luna menolak, tetapi Adrian meyakinkan kalau hanya untuk hari ini saja. Akhirnya Luna mengalah dan pergi bersama Adrian.Sampai di loby utama, Adrian tak menurunkan Luna tetapi membawanya serta ke basement."Masih terlalu pagi, aku mau ajak kamu sebentar." Ucap Adrian sembari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Ke mana?" tanya Luna menatapnya heran."Ikut aja!" Kata Adrian lalu membuka pintu mobil dan segera turun diikuti Luna kemudian.Adrian menarik pelan lengan Luna agar mengikutinya melangkah menuju basement paling ujung lalu berhenti tepat di depan sebuah motor sport berwarna merah."Ini ...?" "Kamu masih mengingatnya 'kan?" kata Adrian tak lepas menatap wajah cantik Luna yang sudah membaik dari lu

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Ancaman

    Ketenangan malam yang sempat menyelimuti rumah keluarga Luna mendadak terusik oleh ketukan pintu yang keras dan tergesa-gesa. Bu Septi yang tengah memangku Rafi sontak menoleh ke arah suaminya."Siapa malam-malam begini?" bisik Bu Septi cemas.Pak Pramono yang juga terkejut segera bangkit dan membuka pintu. Sosok perempuan paruh baya berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam dan nafas tersengal."Luna! Keluar kamu!" suara melengking itu menggema, membuat Luna yang tengah berbincang dengan Adrian di ruang tengah langsung menegang."Ibu ...." gumam Luna pelan, menyadari siapa tamu tak diundang itu.Bu Ratih, ibu Hendri, melangkah masuk dengan tatapan tajam penuh amarah. Ia menatap Luna seolah hendak menerkamnya."Bagus, ya! Kamu benar-benar sudah gil4, Luna! Kalau mau pisah, ya, pisah aja gak usah kamu laporkan anakku ke polisi?!" bentaknya tanpa peduli bahwa ia adalah tamu di rumah itu.Luna menelan ludah, tangannya mengepal di pangkuannya."Bu, tolong tenang dulu. Kita bisa bic

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Terjawab

    "Aku ...""Eh, ada nak Adrian, to ... Kok, gak masuk?" Suara cempreng Bu Septi menyela Adrian yang hendak bicara. Luna menghela nafas kecewa. Padahal sedikit lagi segala tanya dalam benaknya akan menemukan jawaban. Malah ibunya terlanjur datang."Iya, Bu ... saya juga baru saja datang, kok." balas Adrian menyalami Bu Septi."Hayuk masuk, udah mau Maghrib." kata Bu Septi lagi lalu beralih memanggil cucunya yang masih asyik bermain di halaman.Adrian hendak membantu Luna berdiri, tapi dengan tegas Luna menolak. "Aku bisa sendiri, Adrian." "Yasudah ... pelan-pelan saja." kata Adrian perhatian.Usai shalat Maghrib, mereka berkumpul duduk di ruang keluarga, berbincang hangat selayaknya keluarga dekat."Em ... maaf, Nak Adrian. Kalau boleh, Bapak mau bicara sesuatu." kata Pak Pramono mengalihkan perhatian semua orang.Mbak Jum segera mengajak Rafi untuk menyingkir dari sana karena dia tahu akan ada pembicaraan orang dewasa."Iya, Pak, silakan." jawab Adrian tetap tenang."Terimakasih seka

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Penasaran

    Dua hari kemudian Luna sudah diperbolehkan pulang, dibantu Bu Septi Luna melangkah perlahan menuju lift yang akan mengantarnya turun ke lantai satu gedung rumah sakit itu."Tadi, Adrian bilang akan jenguk kamu di rumah." kata Bu Septi setelah kotak berjalan itu tertutup sempurna."Adrian?" gumam Luna memastikan. Bu Septi mengangguk.Sejak dua hari yang lalu, Adrian belum datang lagi ke rumah sakit. Luna berpikir bahwa Adrian memang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Adrian juga mengatakan hal yang sama di chat kemarin."Tadi pas kamu mandi, dia telepon ke hp kamu, jadi Ibu yang jawab kalau hari ini kamu boleh pulang, gitu." beritahu Bu Septi diakhiri dengan kekehan kecil. Membuat Luna menggeleng pelan."Ibu, ih," decak Luna dengan senyum kecil."Sama Ibu gak boleh main rahasia-rahasiaan." goda Bu Septi lagi."Rahasia apa, sih, Bu? Luna gak ada apa-apa sama Adrian, cuma teman." kilah Luna menyangkal meski wajahnya memanas."Iya, Ibu juga tahu." kekeh Bu Septi dengan nada menggoda."Tapi

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Bersemi kembali

    "Semua proses hukum sudah aku serahkan sama pengacara, kamu tinggal ikuti prosesnya saja." Beritahu Adrian yang baru datang lagi setelah pulang dari kantor. Kini Luna sudah lebih baik, tapi masih hatus dirawat di rumah sakit.Selama dua hari dirawat, selama itu pula Adrian menemaninya bersama Rafi dan Mbak Jum. Kalau siang, Luna ditemani oleh keluarganya yang kemarin baru datang dari acara wisuda Andra di Jogja.Ayah dan Ibu Luna sangat marah dan kecewa terhadap perilaku menantunya. Mereka sering memperingati Luna untuk berpisah saja andai Hendri tak juga mau berubah. Namun, Luna masih saja bertahan walau Hendri memamg kerap melakukan kekerasan fisik terhadapnya.Puncaknya adalah kemarin, Luna sampai harus mendapat perawatan intensif akibat perbuatan Hendri. Sejak saat itu juga, Pak Pramono tidak lagi mengijinkan Luna membela Hendri walau sekedar ucapan. Pak Pramono dan Bu Septi jugalah yang mendesak Luna untuk segera melaporkan tindak kekerasan ini pada pihak yang berwajib."Terima

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Kemarahan Hendri

    "Hendri ...." gumam Luna sedikit merasa takut, terlebih melihat raut wajah Handri. Luna mematung di tempat sedangkan Hendri semakin bergerak maju. Manatao tajam Luna yang seolah terhipnotis sehingga ia tidak mampu bergerak. Saat jarak semakin terpangkas, Luna tersadar dari kebekuannya. "Sudah kuperingatkan jangan biarkan anakku pergi dengan orang asing, Luna! Apa kamu sebodoh itu?" bentak Hendri tanpa ba bi bu mendorong Luna sehingga terhuyung ke belakang. "Aku--" Tamparan keras lebih dulu mendarat di pipi Luna sebelum sempat ia menyanggah tuduhan Hendri. "Kamu ... berani sekali mengijinkan orang itu membawa anakku!" Tendangan Hendri berikan pada Luna yang masih belum bisa menguasai dirinya dari rasa terkejut. Luna terpental hingga tubuhnya menabrak pintu dengan kasar, menimbulkan dentuman yang cukup keras sehingga menarik perhatian Mbak Jum yang sedang berada di dapur. "Ya Allah ... Ibu!" pekik Mbak Jum segera memburu Luna yang bersandar pada daun pintu. Membantunya

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Misi gagal

    Satu minggu berlalu, kini Luna benar-benar memulai pencariannya. Berbekal nama dan foto yang dia dapat dari Ayu, kini Luna berada di halaman sebuah butik yang pernah dia datangi dulu.Benar, orang yang berada di dalam foto yang dia pegang itu beberapa saat yang lalu masuk ke dalam sana bersama seorang wanita paruh baya. Mungkin saja itu ibunya.Setelah beberapa saat, Luna memutuskan untuk ikut masuk ke dalam. Berlagak mencari aksesoris agar tak terlalu kentara kalau dia sedang menguntit seseorang.Tangan memilah aksesoris tetapi mata jeli mencari wanita yang dia kuntit. Wanita bernama Ratna itu tengah asyik memilih gaun yang terpajang di manekin.Dengan gugup Luna membawa langkah mendekat kemudian menyapa seolah tidak sengaja bertemu."Mbak Ratna?" sapa Luna mencolek sedikit lengan wanita berambut sebahu itu.Ratna menoleh dengan kening berkerut menatap Luna. "Iya, siapa, ya?" "Oh, saya Aluna ... kita pernah ketemu waktu acara gathering di Bandung tahun lalu." sahut Luna sok akrab."

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Khawatir

    Waktu bergerak begitu lambat, membuat Luna gusar. Sejak pagi pesan yang dikirimkan Luna pada Mbak Jum belum juga terbaca. Fokusnya pada pekerjaan buyar, pikirannya dihantui oleh kemungkinan yang dia ciptakan sendiri.'Bagaimana kalau Hendri membawa Rafi pergi?''Bagaimana kalau Hensri memisahkannya dari Rafi?''Bagaimana kalau mereka kenapa-kenapa?''Bagaimana kalau Hendri bicara yang tidak-tidak pada Rafi?'Dan segala kemungkinan buruk yang mengacaukan mood kerjanya pagi itu. Luna kembalieraih ponselnya, mnekan nomor Mbak Jum yang sudah puluhan kali dia coba hubungi. Namun, kali ini pun gagal lagi.Dengan kesal, Luna meletakkan ponselnya sedikit keras sehingga menarik perhatian Alya yang berada tepat di samping kanannya."Lu napa dah, Lun?" tanya Alya dengan tatapan khawatir."Kesel gue," sahut Luna apa adanya."Iya, kesel kenapa? Tumben-tumbenan, Lu?"Luna tak menjawab, dia menghela nafas berat lalu bangkit dari duduknya. "Aneh, deh." gerutu Alya yang masih bisa dia dengar, tapi

  • JEJAK RINDU YANG TERLARANG   Kedatangan Hendri

    Setelah puas menikmati kebersamaan mereka, Luna mengajak Rafi untuk pulang karena hari juga semakin larut. Rafi tampak mengantuk, tetapi senyumnya masih melekat, tanda betapa bahagianya ia malam ini. Adrian menawarkan diri untuk mengantar mereka, tetapi Luna menolak karena dia membawa mobil sendiri. "Terima kasih sudah menemani kami, Adrian," ucap Luna ketika mereka sampai di parkiran, tepatnya di samping mobil Luna.Adrian tersenyum, "sama-sama. Aku senang bisa menghabiskan waktu dengan kalian, terutama Rafi. Dia anak yang luar biasa." kata Adrian semabri mengusap kepala Rafi."Kapan-kapan kita main lagi, ya, Om." pinta Rafi dengan senyum lebarnya."Tentu, Sayang. Lain waktu kita jalan-jalan lagi." balas Adrian tak keberatan. Lalu kembali beralib menatap Luna."Hati-hati, ya, jangan ngebut." pesannya perhatian.Luna hanya mengangguk, lalu menggandeng tangan kecil Rafi untuk masuk ke dalam mobil. "Dadah, Om Adrian!" seru Rafi saat mobil Luna melintasi dirinya yang masih memperhatika

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status