Mo Tian, dengan Kristal Merah di tangannya, merasa energi yang sangat besar mengalir ke dalam tubuhnya. Tapi ia juga merasa bahwa kekuatan itu bukan miliknya untuk dimiliki.“Aku tidak akan membiarkan kalian menggunakan kekuatan ini untuk menghancurkan dunia,” katanya dengan suara yang tegas.Dengan kekuatan baru yang ia rasakan, Mo Tian memutuskan untuk menghancurkan Kristal Merah. Namun, Bai Zhen dan Yan Wuxi tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan mudah.Pertarungan terakhir antara Mo Tian, Bai Zhen, dan Yan Wuxi pun dimulai. Sementara itu, Liu Qingxue, meski terluka, menggunakan sisa tenaganya untuk melindungi Mo Tian dari serangan para penjaga Sekte Langit Berdarah.Mo Tian tahu bahwa keputusan ini adalah keputusan yang paling berisiko, tetapi ia juga tahu bahwa dunia akan berada dalam bahaya jika Kristal Merah tetap ada.Dalam kekacauan itu, ia memandang Liu Qingxue sejenak, memberikan senyuman kecil. “Kita akan melakukannya bersama.”Liu Qingxue mengangguk, bersiap menghad
Malam itu, meskipun tubuh mereka lelah, pikiran mereka dipenuhi oleh berbagai rencana. Mereka tahu bahwa Bai Zhen tidak akan berhenti memburu mereka. Selain itu, mereka tidak yakin Yan Wuxi mati tertimbun reruntuhan, Sekte Langit Berdarah masih memiliki banyak pengikut yang setia.“Kita harus mencari orang yang bisa membantu kita melawan racun Bai Zhen,” kata Liu Qingxue. “Kita tetap harus ke perpustakaan.”Mo Tian mengangguk setuju. “Ya, dia pernah menyelamatkan kita sebelumnya. Tapi menemukan dia tidak akan mudah.”Meskipun demikian, mereka sepakat untuk melanjutkan perjalanan, dengan tujuan menemukan jawaban atas semua misteri yang melingkupi mereka.Ketika fajar mulai menyingsing, Mo Tian dan Liu Qingxue meninggalkan pondok itu, melangkah ke dalam hutan yang gelap. Di balik bayang-bayang pepohonan, tekad mereka untuk melawan Bai Zhen dan melindungi dunia semakin kuat.Namun, di kejauhan, sosok Bai Zhen berdiri di atas bukit, memandang mereka dengan senyuman dingin. “Lari sejauh ap
Pada malam berikutnya, mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah dataran tinggi. Angin malam yang dingin membuat tubuh mereka menggigil, tetapi mereka merasa sedikit aman di tempat terbuka seperti itu.Saat duduk di dekat api unggun kecil yang mereka buat, Mo Tian memandang Liu Qingxue. “Aku merasa kita hanya menjadi pion di permainan Bai Zhen. Apa yang akan kita lakukan setelah menemukan penawar racun ini?”Liu Qingxue menghela nafas panjang. “Yang pasti, kita harus menghentikan Bai Zhen. Jika dia terus dibiarkan, tidak ada yang bisa menghentikannya untuk menguasai dunia.”Mo Tian terdiam sejenak, memandang pedang usangnya yang kini tampak semakin rapuh. “Aku hanya berharap kita punya cukup kekuatan untuk melawannya.”Namun, ketenangan mereka tidak berlangsung lama. Dari kejauhan, terdengar suara-suara aneh seperti langkah kaki banyak orang. Mo Tian dan Liu Qingxue segera bersiap, meskipun tubuh mereka masih lelah.“Aku yakin mereka menemukan kita lagi,” kata Liu Qingxue dengan
Pagi itu, saat matahari mulai menyelinap masuk melalui celah-celah gua, Mo Tian dan Liu Qingxue bangun dengan rasa tenang yang jarang mereka rasakan. Selama beberapa hari terakhir, mereka menemukan harapan baru setelah bertemu dengan nenek tua yang bijaksana dan penuh teka-teki. Namun, keraguan masih menggelayuti hati mereka.“Kau yakin kita bisa mempercayainya?” tanya Liu Qingxue, sambil mengikat rambutnya dengan tali sutra. “Bagaimanapun juga, kita pernah dibodohi Bai Zhen. Bagaimana jika ini hanya perangkap lain?”Mo Tian, yang sedang memeriksa pedangnya, mengangguk pelan. “Aku juga berpikir demikian. Dunia persilatan penuh dengan tipu muslihat. Tapi, dia menyelamatkan kita dan memberikan kita kesempatan untuk melawan racun ini.”Ketika mereka sedang berbicara, suara tawa lembut nenek itu terdengar dari sudut gua. Mereka terkejut, tak menyadari bahwa nenek itu sudah berdiri di sana dengan tatapan penuh arti.“Kalian berdua masih terlalu muda dalam memahami dunia ini,” katanya sambi
Ketika Mo Tian dan Liu Qingxue melangkah maju, suasana di sekeliling mereka semakin berubah mendadak. Udara yang sebelumnya dingin mendadak terasa berat, seperti menekan dada mereka. Kabut yang menutupi puncak Gunung Langit perlahan berubah menjadi bayangan-bayangan yang bergerak, membentuk wujud-wujud yang tak asing bagi mereka.“Ini… apa yang terjadi?” tanya Liu Qingxue, matanya berkilat penuh kewaspadaan.Mo Tian menggenggam pedangnya lebih erat, mencoba melawan rasa cemas yang merayap di dalam hatinya. “Aku tidak tahu, tapi kita harus tetap fokus.”Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, bayangan di hadapan mereka mulai membentuk sosok-sosok yang sangat dikenali.Mo Tian melihat dirinya berdiri di tengah desa kecil, tempat ia dibesarkan. Orang-orang desa itu memandangnya dengan tatapan penuh kebencian.“Kau pembawa sial!” teriak seorang pria tua sambil menunjuk ke arahnya. “Sejak kau lahir, desa ini dilanda kemalangan!”Seorang wanita yang pernah ia anggap sebagai ibu ang
Keduanya kembali melangkah maju, mereka yakin bisa mendapatkan Akar Langit Abadi dan mereka juga bisa masuk ke Perpustakaan Besar Gunung Langit.Di bawah sinar bulan yang memancar lembut, ladang kecil dengan tanaman bercahaya redup tampak seperti oasis di tengah kerasnya perjalanan mereka. Tanaman-tanaman itu, dengan akar yang berkilauan seperti kristal biru, adalah Akar Langit Abadi. Cahaya lembutnya terasa hangat, seolah-olah menjanjikan harapan di tengah segala penderitaan yang telah mereka alami.Jika mereka pikir sudah berhasil, itu salah. Ujian belum sepenuhnya berakhir, mendapatkan akar Langit Abadi tidak hanya dengan mengalahkan pikiran. Sudah pasti, mereka akan menemukan ujian lainnya.“Akhirnya,” ujar Liu Qingxue, napasnya berat, tapi penuh rasa syukur.Mo Tian hanya mengangguk, matanya terpaku pada tanaman itu. Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih dekat, udara di sekitar mereka berubah drastis. Angin dingin bertiup kencang, membawa serta suara gemuruh yang menakutka
“Jadi, apakah sekarang kami bisa memetik Akar Langit Abadi?” tanya Mo Tian.Saat pertanyaan Mo Tian menggema di udara, naga penjaga Gunung Langit itu mengangguk sambil tertawa pelan, membuat tanah di bawah mereka sedikit bergetar. “Tentu saja kalian boleh memetik Akar Langit Abadi. Sebanyak yang kalian butuhkan.”Kata-kata itu membawa kelegaan sesaat bagi Mo Tian dan Liu Qingxue. Namun, kegembiraan mereka segera berubah menjadi kebingungan. Saat mereka menoleh ke arah ladang kecil tempat Akar Langit Abadi sebelumnya bercahaya lembut di bawah sinar bulan, ladang itu kini telah lenyap. Tidak ada tanaman bercahaya, tidak ada akar yang bersinar seperti kristal biru. Hanya ada hamparan tanah kosong yang gersang dan tandus.“Apa yang terjadi?” tanya Liu Qingxue dengan nada cemas.Naga itu tersenyum misterius dan mengibaskan ekornya ke arah mereka. “Ikuti aku,” katanya, sebelum membuka pintu besar yang tampak tiba-tiba muncul di sisi tebing. Pintu itu bersinar dengan cahaya emas redup, meman
Di markasnya yang tersembunyi di tengah lembah yang gelap dan dipenuhi kabut tebal, Bai Zhen berjalan mondar-mandir dengan wajah murka. Anak buahnya melaporkan bahwa Mo Tian dan Liu Qingxue telah mencapai Gunung Langit, tempat yang selama ini menjadi tabu bagi banyak pendekar, termasuk dirinya. Bai Zhen tahu persis bahwa Gunung Langit bukan tempat sembarangan—energinya terlalu murni dan kuat, bahkan dirinya yang telah mempelajari seni gelap tidak mampu bertahan lama di sana.“Aku tidak pernah bisa melewati penjaga Gunung Langit,” desisnya dengan suara tajam, menggertakkan giginya. “Namun, jika aku tidak bisa masuk, itu tidak berarti aku tidak bisa menyentuh mereka.”Matanya yang tajam menatap sekeliling ruangan. Ia merogoh ke dalam jubah hitamnya dan mengeluarkan sebuah benda kecil—sebuah lonceng berwarna hitam dengan ukiran rumit di permukaannya. Lonceng itu memancarkan aura dingin yang menyesakkan udara di sekitarnya."Dengan ini, kalian tidak akan pernah bisa melarikan diri dariku,
Bayangan Mo Tian berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh kesombongan. Mata merahnya berkilau, memperlihatkan aura yang sangat kuat dan jahat. Di sekeliling mereka, angin berputar kencang, menciptakan pusaran energi yang membatasi arena pertarungan.Fang Zhi mengepalkan tinjunya, sementara Liu Qingxue menatap Mo Tian dengan cemas.“Kami tidak bisa membantu?” Liu Qingxue bertanya dengan suara penuh kekhawatiran.Penjaga Kuil Jiwa Terakhir menggeleng. “Ini adalah ujian Mo Tian. Jika kalian ikut campur, maka pertarungan ini dianggap tidak sah, dan Mo Tian akan langsung kalah.”Fang Zhi menggertakkan giginya. Ia ingin sekali menghunus pedangnya dan menyerang bayangan Mo Tian itu, tetapi ia tahu bahwa hal itu hanya akan membuat segalanya semakin buruk.Mo Tian menarik napas dalam-dalam. Tangannya meraih gagang pedangnya dengan erat. “Baiklah. Aku akan mengalahkanmu.”Bayangannya tertawa dingin. “Kau? Mengalahkanku?” Ia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba pedang hitam pekat muncul di geng
Fang Zhi menggertakkan giginya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan lelaki tua itu. Tatapan matanya kepada Mo Tian seolah mengandung maksud tersembunyi, seperti seseorang yang menunggu sesuatu terjadi.“Kita harus pergi,” katanya tegas, berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya.Mo Tian mengangguk pelan, tubuhnya masih lemah. Liu Qingxue tampak ragu, tapi ia tahu Fang Zhi tidak akan bertindak gegabah tanpa alasan.Lelaki tua itu hanya tersenyum tipis melihat mereka bersiap pergi. “Kalian boleh mencoba pergi, tapi ingatlah kata-kataku. Pada akhirnya, hanya ada satu jalan untuk menghancurkan Buku Kematian…”Fang Zhi menatapnya tajam sebelum menarik lengan Mo Tian, membantunya berjalan. “Kita tidak akan mempercayaimu begitu saja.”Lelaki tua itu terkekeh. “Kita lihat saja nanti.”Tanpa menunggu lebih lama, mereka segera meninggalkan tempat itu.Langit malam mulai menyelimuti perjalanan mereka. Angin dingin berhembus perlahan, menambah ketegangan di antara mereka
ShaaatMo Tian hanya bisa menghela napas berat saat Buku Kematian tiba-tiba melayang dan tersedot ke dalam Pedang Langit Membara, seolah-olah pedang itu memiliki kekuatan alami untuk menyegel keberadaan buku tersebut. Cahaya redup berkedip dari pedang, lalu segalanya kembali tenang.Fang Zhi dan Liu Qingxue saling berpandangan, masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Lelaki tua berjubah abu-abu itu tetap diam, matanya menatap tajam ke arah pedang suci yang kini kembali menjadi wadah segel bagi buku terkutuk itu."Sepertinya kita tidak perlu menyegel Mo Tian..." kata Fang Zhi, mencoba mencairkan ketegangan.Namun, lelaki tua itu justru tertawa pelan, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. "Jangan terlalu cepat bernafas lega. Kalian sudah mengetahui keberadaan Buku Kematian… dan yang lebih buruk lagi, buku itu telah mengenali pemiliknya."Mo Tian menoleh dengan ekspresi dingin. "Apa maksudmu?"Lelaki tua itu melangkah maju, tatapannya penuh makna. "Kau pasti menyadarinya. B
Mo Tian merasakan tubuhnya melemah seiring dengan hisapan kekuatan yang dilakukan oleh Buku Kematian. Wajahnya memucat, tangannya gemetar, dan matanya mulai kehilangan fokus. Sebuah perasaan kosong merayapi pikirannya—seakan ada bagian dari dirinya yang terenggut dan tak akan pernah kembali.Fang Zhi yang sejak awal memperhatikan perubahan pada Mo Tian segera bertindak.“Berhenti!” serunya, matanya melebar saat menyadari sesuatu yang mengerikan.Buku Kematian bukan hanya menyerap jiwa yang mereka korbankan, tapi juga terus menarik jiwa Mo Tian!Namun, sebelum mereka sempat bereaksi lebih jauh, aura hitam pekat meledak dari buku itu, menyebar ke seluruh ruangan seperti kabut neraka. Buku itu bergetar hebat, seolah ada kekuatan yang terbangun di dalamnya.Mo Tian tak mampu bertahan lebih lama. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan suara berdebum keras.“Mo Tian!” Liu Qingxue berlari mendekat, wajahnya penuh kepanikan.Fang Zhi, tanpa berpikir panjang, segera mengalirkan kekuatan spiritualnya
“Tunggu!” teriak Liu Qingxue.“Gunakan cara yang lain! Dan aku yakin kita bisa menggunakan cara lain,” sambungnya sambil menggeleng dan airmata yang telah jatuh di wajahnya.Mo Tian menatap Liu Qingxue. “Aku tidak apa-apa.”“Bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan kami?” tanya Liu Qingxue.Lelaki berjubah itu mendesah dan kembali bersuara. "Jika kau ingin aku membaca buku ini, kau harus memilih... darah atau jiwa. Jika kau memilih darah, maka pemiliknya harus mengorbankan darahnya sendiri untuk membuka tiap halaman. Tapi darah manusia terbatas. Membuka seluruh isi buku ini dengan darahnya... hanya akan membuatnya mati kehabisan darah sebelum semua terungkap. Tidak bisa dengan darah orang lain.”Mo Tian menggenggam buku itu semakin erat.“Jika jiwa orang lain? Disini banyak jiwa yang terperangkap, gunakan mereka," tanya Liu Qingxue."Jiwa seseorang akan dikorbankan untuk membuka halaman buku. Jiwa itu akan musnah, tidak bisa bereinkarnasi, tidak bisa kembali. Jiwa itu akan menjadi bagi
Buku Kematian yang kini berada di tangan Mo Tian kembali terlihat kosong. Huruf-huruf yang sebelumnya muncul saat terkena darahnya telah lenyap, menyisakan halaman-halaman kosong yang seakan menyimpan misteri yang lebih dalam.Mo Tian menghela nafas panjang. Jika satu tetes darah saja dapat menampakkan huruf-huruf itu, maka butuh seluruh darahnya untuk membaca keseluruhannya. Itu bukan pilihan yang bisa diambil begitu saja.Perjalanan mereka menuju Gunung Jiwa Abadi terasa lebih mudah dari yang mereka bayangkan. Tidak ada rintangan berarti, tidak ada serangan dari iblis atau makhluk penjaga. Ini terlalu aneh. Gunung Jiwa Abadi seharusnya menjadi tempat yang paling sulit dijangkau, namun mereka berjalan tanpa hambatan."Aku tidak suka ini," gumam Liu Qingxue sambil menatap sekeliling dengan waspada."Aku juga," timpal Fang Zhi. "Biasanya tempat seperti ini penuh dengan jebakan atau makhluk penjaga. Ini terlalu sepi."Mo Tian tidak banyak bicara, tetapi dia bisa merasakan hawa dingin ya
“Kau adalah aku, Mo Tian!”Namun, sebelum tangannya bisa menyentuhnya, sebuah energi gelap meledak dari buku itu!DORR!!!Mo Tian, pria itu, Liu Qingxue, dan Fang Zhi semuanya terpental ke belakang akibat kekuatan yang tiba-tiba muncul. Angin kencang berputar di sekitar mereka, menciptakan pusaran bayangan yang menelan cahaya di sekitarnya.Pria yang mengaku sebagai Dewa Kematian tergelincir di tanah, namun dengan cepat ia kembali berdiri, matanya bersinar tajam."Tampaknya buku itu sudah memilih pemiliknya yang baru..." katanya dengan nada tajam. "Tapi itu bukan berarti kau bisa mengendalikannya tanpa aku, Mo Tian."Mo Tian merasa dadanya sesak, tangannya masih erat menggenggam buku itu.Dari dalam buku, suara berbisik mulai terdengar."Kau adalah pemilikku, karena kau adalah aku... Kau adalah penguasa kematian... Terimalah takdirmu, Mo Tian..."Mo Tian menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri. Namun, suara dari buku itu semakin kuat. Gambaran aneh muncul di pikirannya—bayangan h
Langit mulai memerah saat Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi melangkah keluar dari Kuil Seribu Bayangan. Udara dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan embusan angin pegunungan. Mereka tidak punya waktu untuk beristirahat lebih lama. Gunung Jiwa Abadi menunggu mereka."Kita harus segera berangkat," kata Fang Zhi, suaranya tegas meskipun ada sedikit nada kelelahan di dalamnya. "Semakin lama kita menunda, semakin besar risiko Mo Tian kehilangan kendali."Mo Tian mengangguk meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Sejak insiden di kuil, dia terus merasakan getaran aneh dalam tubuhnya—seolah ada sesuatu yang mencoba keluar dari dalam dirinya.Liu Qingxue menatapnya dengan cemas."Apa kau yakin bisa melanjutkan perjalanan?" tanyanya. "Kita bisa istirahat sebentar jika kau butuh waktu."Mo Tian menyeringai tipis."Jika kita berhenti sekarang, aku takut aku tidak akan bangun lagi."Fang Zhi memandangnya dalam-dalam, lalu akhirnya mengangguk."Baiklah. Kita pe
Langkah kaki mereka bergema di lorong-lorong gelap Kuil Seribu Bayangan.Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi bergerak dengan hati-hati, menyusuri jalan setapak yang dipenuhi ukiran-ukiran kuno di dinding. Meski mereka sudah berhasil mengambil Buku Kematian, perasaan tidak nyaman masih menyelimuti mereka.Mo Tian menatap buku itu dengan waspada. Meski terlihat seperti buku kosong dimata Liu Qingxue dan Fang Zhi, bahkan untuknya saat ini. Tapi dia yakin kalau itu memanglah buku kematian yang mereka cari. Dan siapa yang menyangka, perjalanan yang mereka tempuh sudah begitu banyak, buku itu ternyata selalu membersamainya, buku itu bersemayam di dalam pedang Langit Membawa milik Mo Tian.Mo Tian menggenggam erat buku itu, matanya tajam menatap ke depan. Liu Qingxue dan Fang Zhi berjalan di sisinya, mengawasi setiap gerak-geriknya.Fang Zhi meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada serius,"Mo Tian, kau harus tetap fokus. Jangan biarkan suara-suara itu mengendalikanmu."Mo Tian mengerut