Kevin tidah habis pikir mendengar ucapan Garini. “Setelah semua bukti yang aku tunjukkan sebelum dia bertemu Felisha dan sesudah bertemu Felisha. Mama, masih bisa bersikap seperti? Sampai kapan Mama akan terus melindungi seorang monster seperti Clay?” tanya Kevin putus asa. “Tidak cukupkah kau merebut calon istrinya sampai harus mengatai adik kandungmu sendiri dengan sebutan monster?” amuk Garini dari balik speaker ponsel yang digenggamnya. Akhirnya Kevin memilih untuk menyerah dan menutup sesi perdebatan ini dari pada menjadi lebih panjang lagi. “Aku, hanya ingin Mama pulang, tapi kalau Mama memang masih mau dan nyaman di London yah sudah. Aku tidak akan memaksa, semua adalah hak Mama,” ucap Kevin dengan suara yang mulai melembut. “Hanya saja, sebentar lagi Felisha akan melahirkan. Apa, Mama tidak ada keinginan untuk kembali?” Kevin masih mencoba sekali lagi, siapa tau dengan ‘menjual’ nama calon cucunya Garini akan berubah pikiran.
“Sudah kenyang?” tanya Kevin sambil menyembunyikan senyumannya setipis mungkin. “Apa kau meminta resep kepada penjual Omlet tersebut juga dengan paksa?” sarkasme Felisha membuat Kevin hanya tersenyum begitu saja. “Atau? Apakah selama ini, kau yang? Ah! Tidak mungkin, sangat mustahil,” ucap Felisha sambil memandang remeh Kevin. Tatapan Felisha tidak mengganggu Kevin sama sekali. Bagi Kevin, tidak penting Feli tau siapa yang masak omlet itu selama ini. Yang paling penting adalah Felisha menyukai Omlet buatannya lebih dari makanan apapun yang selama ini dikonsumsinya. “Tidurlah, tidak perlu banyak berpikir, kalau kamu mau lagi tengah malam. Kamu tau di mana pintu kamarku.” Kevin lalu mengantar Felisha sampai di depan kamarnya walau harus kembali terjadi perdebatan kecil kembali diantara mereka. Felisha mengerjabkan matanya sambil memandang platfom kamar dan mati-matian tidak mau menerima kenyataan bahwa rasa omlet buatan Kev
Ia tau kalau ada beberapa titipan pengusaha dari salah satu kantor kementrian yang bersikeras untuk turut berinvestasi di sini. Hanya karena pihak kementrian pertambangan lebih percaya dengan pandangan bisnis Kevin, Pak Menteri Pertambangan lantas mengusulkan Muhammad Alzam untuk menjadi investor yang dibutuhkan negara. “Terima kasih, untuk kepercayaannya Tuan Kevin,” ucap Abidah Khairiyah sambil menatap kagum Kevin. Kevin tidak menyangka jika sekertaris sekaligus anak dari pengusaha kilang minyak terkaya di UEA ini bisa fasih berbahasa Indonesia. “Sama-sama, saya bahkan belum selesai menyelesaikan persentase saya,” kekeh Kevin. “Khai, come on … Let His finish, His job,” kekeh Tuan Alzam, sambil mepersilahkan kembali Kevin menunjukkan perhitungan anggaran biaya yang akan digelontorkan untuk keberhasilan proyek ini. “Kira-kira kebutuhan yang akan kita butuhkan kurang lebih saat ini adalah dua puluh milyar US dollar. Berikut bahan ba
“Ayolah, aku bisa menjemputmu di depan pintu penthousemu kalau kamu menolak,” kekeh Khai dengan nada setengah mengancam walau berupa sebuah candaan. “Malam ini aku sebenarnya ada janji makan malam juga,” ucap Kevin. “Kalau begitu ajak saja temanmu itu, untuk makan malam bersama kita.” Khai kembali setengah memaksa sambil meneguk minuman di dalam gelas kristal yang dipegangnya. Apa seantusias itu Abidah Khairiyah, ingin berelasi dengannya. Tampaknya ia harus mengambil jalan tengah untuk acara makan malam ini. Sudah benar lokasi yang dipilih oleh Abidah Khairiyah, tapi kalau untuk mengajak Felisha keluar, rasanya tidak mungkin. Status pernikahan Kevin saja masih belum diumumkan di public untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Ia ingin agar public tau dengan sendirinya, walau terkenal Kevin tidak pernah merasa kalau dia adalah seorang selebrita atau artis yang kehidupan pribadinya bisa dikonsumsi public. “Rasanya i
Kevin merasa Feli masih tidak bisa diajak berbicara dengan baik. Ia lantas menghela nafas dengan berat. “Sudahlah, maafkan aku. Aku tidak akan mengajakmu berdebat lagi, istirahatlah … nanti malam tepat jam tujuh aku akan memanggil orang yang selama ini memasakan omlet untukmu.” Kevin lalu keluar meninggalkan Felisha yang kembali mengambil Novel sambil membacanya kembali. Saat Kevin keluar dari kamarnya, saat itulah ia tidak lagi bisa menahan gejolak amarah di hatinya. Seluruh air matanya tumpah begitu saja, rasanya percuma berusaha menjadi kuat selama ini. Felisha berusaha menjaga amarah di dalam dirinya untuk terus bisa bertahan dalam pernikahan yang tidak dikehendakinya itu. Sesuai dengan janjinya, kini Felisha sudah siap dan sedang menunggu di dalam kamarnya. Untunglah Bi Darmi datang membuka pintu kamarnya. “Nyonya, koki yang biasanya masak omlet untuk Nyonya sudah datang. Omletnya juga sudah disiapkan di meja,” lapor Bi Darmi. Feli langs
Felisha menatap ragu tapi, ia sangat penasaran dan segera membuka amplop coklat tersebut dengan tergesa. Matanya terbelalak saat melihat adanya tumpukkan foto yang jatuh berserakan. Itu adalah foto para wanita dengan luka di sekujur tubuh dan wajah yang lebam. "Apa ini, Bi Darmi? Aku tidak mengerti mengapa engkau memberikan semua foto-foto ini kepadaku," tanya Felisa menatap ngeri wajah Darmi. "Bukankah Nyonya ingin tahu alasan Tuan Felix melakukan hal ini kepada Nyonya? Itulah jawabannya, silakan Nyonya lihat foto-foto itu dan baca semua keterangannya," ucap bi Darmi lalu mulai membuka satu persatu amplop-amplop kecil yang berisikan laporan visum lebih dari tiga wanita. Felisha membacanya dengan mata yang berkaca-kaca, jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tidak percaya, ia bahkan tidak ingin percaya dengan apa yang dilihatnya. Di situ tertera tulisan yang menyatakan bahwa mereka semua adalah korban penganiayaan dari Clay, juga a
"Tentu saja! Saya bersedia menghabiskan waktu malam ini bersama dengan Anda, Tuan Sanjaya," ucap Khai dengan senyum menggoda, sambil kembali mengaitkan tangannya bergelenyut manja di lengan Kevin. Mereka lantas segera naik ke atas roof top. Di sana terlihat sebuah meja yang berada di paling sudut ruangan, dengan satu vas keramik bunga mawar putih di bagian tengah mejanya. Taplak meja yang putih serta dua piring yang tertutup rapi dan juga alat makan berwarna emas. Jangan lupakan lilin yang menambah kesan romantis pada malam itu. "Kenapa piringnya hanya dua?" tanya Kevin kepada salah seorang pelayan. Pelayan itu langsung melirik wajah nona Khai. "Kami mendapatkan konfirmasi jika salah satu tamu tidak jadi datang, oleh sebab itu kami mempersiapkan piring hanya ada dua di atas meja ini, Tuan.” Pelayan tersebut mendapatkan lirikan tajam dari Kevin. “Tetapi jika memang Anda ingin mengundang seorang tamu lainnya, maka kami akan
"Tentu saja aku akan mengajaknya makan malam bersama denganmu suatu saat nanti." Kevin lalu kembali segera menghabiskan makanannya. Sedangkan Adiba sedang memutar otak. Bagaimana caranya ia untuk bisa segera bertemu dengan wanita yang dikatakan adalah istrinya Kevin. Sejujurnya Adiba masih tidak percaya kalau misalnya Kevin ini memang memiliki seorang Istri, bisa saja itu hanya akal-akalannya Kevin untuk menghindar darinya. Adiba tahu kalau memang dia terlalu frontal untuk mendekati Kevin. Tetapi, mau bagaimana lagi perasaan cinta ini tidak bisa dibendung oleh Adiba. Ia ang terbiasa memiliki segala yang dia inginkan, lalu harus mendapatkan sebuah penolakan halus dari Kevin seperti ini? Tentu saja Adiba tidak akan diam begitu saja. "Kevin aku juga sudah selesai makannya, mungkin hidangan penutup bisa kita santap di lain waktu. Ini sudah jam 09.30 malam, aku rasa pikiranmu juga tidak mungkin ada bersama denganku saat ini. Pasti kamu sudah mengkhawatirk
"Clear!" teriak salah satu polisi.Sedang polisi yang lain berteriak dengan panik. "Medis! Medis!" Lalu bergegas tim medis yang sudah menunggu di belakang pun berlari.Mereka menolong, Jelly yang juga tampak tidak baik-baik saja. Lalu beralih pada Felly yang juga dalam kondisi yang sangat memprihatinkan."Tuan, bisakah anda ikut dengan kami untuk ke kantor polisi memberikan keterangan?" tanya salah seorang detektif dan Kevin menganggukkan kepalanyaa.Dia memastikan terlebih dahuku, Felly masuk ke dalam rumah sakit dan meminta Zayn untuk menemani Felly. Lalu memberikan kabar secara berkala."Pergilah, aku akan mengabarimu. Kau juga kabari aku, jika ada kesulitan di kantor polisi, okay?" ucap Zayn, mengingatkan Kevin, selama dia berada dekat dengan Zayn, semua masalah pasti akan teratasi.Beberapa jam kemudian, kabar meninggalnya Clay menjadi kabar nasional di London. Betapa terkejutnya Garini saat mendengarkan berita tersebut. Air matanya tumpah, dia menangis histeris dan segera memin
Tubuh Felly membeku mendengar betapa di setiap kata yang diucapkan oleh Clay mengandung jutaan rasa kebencian. "Aku hanya seorang, Jalang?" lirih Felly tidak tahan mendengar perkataan tersebut.Dia menangis, dia bukan seorang jalang, dia adalah wanita baik-baik yang ingin mengejar cintanya, cinta sejati yang ditawarkan oleh Clay saat dia ikut ke London. Mengira akan memperoleh kehidupan baru yang mapan dan sederhana. Felly justru menciptakan neraka dari keputusan salahnya."Jelly, lucuti pakaiannya!" perintah Clay pada Jelly dan tidak mau banyak bertanya. Jelly dengan tangan gemetar pun segera mendekati Felly."Tolong, bekerja samalah dengan aku. Suamimu sangat mengerikan, dia akan memukulku seperti dia memukulmu jika kau tidak mau mengikuti perintahnya," bisik Jelly yang sudah melihat kekalutan serta kemarahan yang tidak normal pada sikap Clay.Benar saja, beberapa saat kemudian tampak Clay yang tidak sabaran dengan kedua wanita d
Saat pintu penthouse seketika dibuka kasar oleh Clay. Tampak, Felly sedang mengangkat sebuah kantung sampah, tidak terlalu besar di salah satu tangannya.Felly menatap Clay terpaku, saat ada seorang wanita seksi sedang bergelanyut manja di dalam pelukannya. Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah jalang yang bernama Jelly tersebut. "Clay, dia pembantu atau istrimu? Seorang Nyonya tidak akan membawa kantung sampah seperti itu, Sayang," ucap Jelly sambil mengusap dada Clay yang kemejanya sudah dia buka bagian kancing atasnya.Clay menoleh melihat wajah Felly dengan muak, padahal wanita itu sudah diakui olehnya sebagai istri. Walau sampai saat ini, mereka berdua sama sekali belum terikat dalam sebuah pernikahan."Apa yang kau lakukan?" tanya Clay dengan nada suara yang kasar, dia jijik melihat tubuh Felly yang penuh dengan luka memarnya, lihatlah wanita cantik ini justru menggunakan piama yang tidak seksi sama sekali.Gezan me
Wanita itu berpikir jika Clay akan memberikan sebuah percintaan gila yang sangat hebat di atas ranjang. Wanita jalang ini, tidak tau kegilaan apa yang akan Clay lakukan. Dengan bodohnya dia justru kembali merayu Clay yang sudah paanas.“Kalau begitu, aku juga mau dihukum olehmu, Clay. Aku suka dihukum, aku suka mendesah dan merintih sambil menangis karena kenikmatan yang akan kau berikan padaku. Oh, aku sangat tidak tahan membayangkannya,” jawab jalang itu dan Clay kembali terbahak.“Kau bisa mati di tanganku, kalau kau memintanya,” tawa Clay, dikira adalah sebuah tawa menggoda bagi wanita tersebut yang akhirnya juga ikut tertawa sambil meraup kasar bibirnya Clay.Keduanya tampak tidak tau malu, dia meraup dan meremas dada wanita itu tersebut di hadapanya Kevin dan Zayn. Dia bahkan masih dengan nafsu gilanya meraba kasar bagian inti wanita tersebut."Aku tidak sabar untuk bertemu istrimu, Clay."
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh
Ia usap wajahnya dengan kasar dan membanting pintu kamarnya. “Aku memang mencintaimu, Fely. Tapi, entah mengapa, pada saat aku mendapatkanmu. Rasanya, justru aku sangat membencimu.'' "Jika kau saja dengan mudahnya dapat meninggalkan Kevin dan anakmu. Maka suatu saat, kau tidak akan ragu meninggalkan aku ketika tau, bahwa aku adalah seorang masokis,” desis Clay lalu keluar meninggalkan apartemennya. Satu bulan sudah berlalu. Sejak Clay membanting ponselnya Felisha dan membuatnya hancur berkeping-keping, Feli sudah tidak diijinkan lagi olehnya memiliki ponsel. Jika Feli merindukan kedua orang tuanya, maka Clay akan mengijinkan Feli untuk menghubungi Hadi dan Betari melalui ponselnya. Dan, semua percakapan di bawah pengawasan Clay. "Clay, kenapa kau melakukan ini padaku? Aku hanya ingin sedikit privasi dengan menghubungi mamaku. Tidak bisakah, kau tinggalkan aku sebentar saat berbicara dengan mamaku?" tanya Feli dengan polosnya dan menahan getaran pada suaranya. Suara tawa sini
Felysha pun kembali menangis dengan bibir yang bergetar. Ia memaksakan diri untuk dapat mengucapkan kalimat yang hendak diucapkannya dengan hati yang sudah remuk berkeping-keping.“Bukankah, kau mengatakan kau mencintaiku?” tangis Felysha dengan manatap kedua manik gelapnya Clay.Spontan Clay segera melepaskan leher Fely. Ia menatap Fely dengan tatapan yang berbeda, seolah sadar akan sesuatu yang telah salah.Mata Clay pun mengembun, ia ingin meminta maaf. Tapi, bibirnya segera terkatup rapat dan Clay memilih untuk segera keluar, meninggalkan Felysha.Pada saat itu juga, pecah sudah tangis Felisha. Ingin mengejar cintanya tapi justru hatinya dihancur sedemikian rupa. Fely langsung memeluk kedua lutut yang dirapatkannya di dadanya.“A-apa yang sudah aku lakukan?! Selama ini, seharusnya aku sudah bersyukur. Oh Tuhan, aku telah salah jalan … maafkan aku, Tuhan,” lirih Felysha dalam hatinya.“Maafkan aku juga
“Itulah maksudku, Fely. Aku hanya merasa puas jika lawan main ku merasa kesakitan dan aku memang menginginkannya.” Clay menatap Fely dengan tajam dan terkesan berwajah bengis.“Apa kau sudah gila?” pekik Fely sembari membelalakkan kedua matanya, tidak percaya mendengar apa yang baru Clay ucapkan.Spontan saja sebuah tamparan mendarat di pipinya Felysha dengan keras, sangat keras hingga membuat Fely menangis. Ia ingin meminta Clay berhenti menyiksanya seperti ini. Tapi, Clay sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Fely berkata-kata.“Apa kau bilang?” desis Clay kejam.“Kau katakan, aku gila? Hem? Itu yang baru kau katakan?!” tuntut Clay menatap lekat Felysha dan menatap tepat di wajahnya Fely.Namun, Fely sama sekali tidak berani menjawab apapun. Ia justru menangis dan gemetar ketakutan. Lalu Clay seketika berteriak histeris, hingga mmebuat tubuh Fely terjingkat dari tempatnya.“Kau