"Felisha?! Apakah nama istrimu, Felisha?" tanya Abida. "Ya Felisha adalah nama istriku," jawab Kevin sudah grogi. Ia takut jika Felisha keluar lalu bersikap seperti biasanya. Tentu saja Kevin tidak ingin urusan rumah tangganya diketahui oleh orang asing, apalagi oleh seorang Adiba yang merupakan rekan kerjanya. "Aku rasa malam ini kita tidak akan bisa makan tiramisu itu bersama dengan istriku, Khai. Ini juga sudah hampir jam 10.30 malam, tidak pantas bagi seorang wanita terhormat sepertimu berada di rumahku,” ucap Kevin. “Walaupun kau bukan berasal dari Indonesia, tetapi saat ini kita tetap tinggal di Indonesia." Kali ini Kevin tidak ingin memberikan kesempatan kepada Adiba untuk memporak-porandakan rumah tangganya dengan kedatangan yang mendadak ini. Adiba akhirnya berpikir, jika ia membuat Kevin marah saat ini maka kesempatannya untuk mendekati Kevin tentu saja akan buyar begitu saja. Ia tidak ingin melepaskan Kevin beg
“Biarkan aku mencari tahu perasaanku sendiri, urusan anak aku tetap akan bertanggung jawab mengurusnya dan aku tetap akan menghormatimu sebagai suami. Aku juga tidak akan lagi kasar denganmu, bagaimana apakah kau bersedia, Kevin?" ucap Felisha harap-harap cemas. Kevin menatap curiga kepada Felisha, ia tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya Felisa. Tetapi, firasatnya Kevin tidak begitu baik melihat perubahan sikapnya Felisha. Pikirnya, ini terlalu mendadak jika Felisha tiba-tiba saja berubah padahal baru saja tadi malam Felisa masih marah-marah kepadanya. Kevin lantas memutuskan untuk tidak memberikan kontrak yang diinginkan oleh Felisha. Tetapi, dia juga tidak ingin menyakiti hati Felisha. "Biarkan aku memikirkannya dulu, aku tidak tahu apakah aku berkenan atau tidak. Jika kau bersikap dengan baik mungkin aku akan mempertimbangkan kontrak ini," jawab Kevin sengaja untuk mengulur waktu. Mendengar ucapan Kevin, Felisha
"Dan aku suka akhirnya kamar ini akan kita tempati bersama," sahut Kevin sambil menatap wajah cantik Felisha. Kevin menatap Felisha penuh dengan cinta sedangkan Felisha berusaha untuk terus memasang senyuman di wajahnya. Benar kata orang bahwa dalamnya hati tidak ada yang tahu, bahkan terkadang diri kita sendiri juga tidak mengetahui apa yang kita inginkan. "Hanya berdamai dengan Kevin sajalah aku memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu lagi Clay," batin Felisa dalam hati. Felisha selalu bertanya setiap harinya apa yang saat ini sedang Clay lakukan. Ia tidak tahu jika posisi Clay di London saat ini sedang menjalani masa terapi. Garini tidak membiarkan Clay begitu saja terpuruk, bagaimanapun sebagai seorang ibu pasti menginginkan keberhasilan kedua anak lelakinya. Garini yang terus berjuang agar Clay sembuh dari ketergantungannya terhadap narkoba. Juga kelainan seks yang dimiliki oleh Clay membuat garini menggelontorkan
"Biarkan urusan bisnis dipegang oleh Kevin. Saat ini kamu adalah prioritas mama," sahut Garini. Bagaimana pun, ia mengingat apa yang dikatakan oleh Clemens. Kalau Clay masih harus diawasi dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pergaulan yang akan mempengaruhi dirinya kembali atau tidaknya ke dalam lingkaran setan para pecandu. Akhirnya sesuai dengan permintaan Clay, ia segera mendaftar ke sebuah universitas ekonomi terbaik yang ada di Inggris. Apalagi kalau bukan Durham Universitas yang didirikan pada tahun 1832, menjadi salah satu universitas perguruan tertua di Inggris. Universitas ini menyediakan 15 jurusan ekonomi yang sangat beragam bagi mahasiswanya. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi program master yang ada di sana merupakan program yang benar-benar berkualitas dan didukung dengan penelitian juga. Dengan memiliki motivasi yang sangat tinggi Clay segera mengambil jurusan ekonomi internasional. Clay bercita-cita akan mengemb
Clay berpikir tidak ada salahnya untuk berterus terang ia pun menganggukkan kepalanya. "Yah kau benar, aku rasa mamaku tidak akan mengizinkan kita pergi. Aku baru saja sembuh dari ketergantungan obat-obatan terlarang. Tidak mudah bagiku untuk bepergian seorang diri, maafkan aku," ucap Clay seraya berpamitan kepada Evelyn. “Sayang sekali,” gumam Evelyn lalu menyeruput kopi dari gelasnya. Clay lalu beranjak pergi meninggalkan Evelyn begitu saja. Ia melihat di ponselnya jika sudah ada pesan dari Ando yang telah menunggunya di parkiran mobil. Apa yang dilakukan oleh Clay ini tidak lantas membuat Evelyn tersinggung. Ia justru semakin tertantang untuk memiliki Clay. "Tuan, silakan masuk," ucap Ando seraya membuka pintu mobil mewah mereka. Clay masuk sambil menyandarkan kepalanya di pintu mobil. Ternyata menjadi orang baik itu selalu ada saja tantangannya. Clay memiliki firasat jika Evelyn tidak
Suara bel rumah berbunyi dan interkom pun menyala. "Ada perlu apa dan ingin bertemu dengan siapa?" tanya seorang wanita yang suaranya tidak asing. "Keluarlah, dari rumahmu. Aku sudah berada di depan," ucap Clay sambil menyesap rokok di tangannya. Evelyn yang sudah menebak kalau Clay pasti akan menemukannya, langsung saja menyeringai miring tanpa menjawab Clay. Sebagai jawabannya, Ev segera saja menekan tombol otomatis untuk membuka pintu pagarnya. Melihat pintu pagar itu sudah terbuka Clay pun segera menginjak pedal gas dan masuk ke dalam pekarangan mention mewah milik Evelyn. Tak lupa Evelyn segera turun dari lantai dua dan membuka pintu utama mention tersebut. Ia menyambut Clay dengan wajah yang berbinar sambil menahan tawa. “Welcome to my home,” kekeh Evelyn Tanpa membuang waktu, ketika melihat Evelyn yang berdiri menggunakan mini dress berwarna hitam. Clay seketika gelap mata, Ia turun dari mobilnya dan memb
Para wanita itu berjejer berdiri di hadapan Clay dengan menggunakan pakaian yang sangat minim. Melihat hal tersebut Clay pun menyeringai dan merasa sangat berkuasa atas kedua belas wanita dihadaannya. “Buka seluruh pakaian kalian!” pemerintah Clay. Mereka pun segera membuka sisa pakaian hanya menutupi dua buah dada dan juga cawet yang menutupi bagian sensitif mereka. “Sekarang, lakukan segala perintahku!” ucap Clay tegas. “Baik Tuan,” ucap ke dua belas wanita tersebut secara bersamaan. “Kalian berdua segera bercumbu lah satu sama lain. Aku ingin melihatnya,” titah Clay yang tidak biasa kepada para wanita tersebut. “A-apa, maksudnya Tuan?” pekik ke dua belas wanita tersebut dengan terbelalak kaget. Para wanita tersebut sering diperintahkan untuk melayani lelaki dengan cara yang berbeda. Namun, untuk bercumbu dengan sesama jenis, sungguh, mereka sama-sama tidak pernah melakukannya. Tatapan Clay
“Fel, tenanglah. Kau boleh membenciku lagi tapi setelah anak kita keluar yah. Saat ini, aku hanya minta kau untuk tenang Fel,” bisik Kevin dengan lirih sambil menatap nanar Felisha. Hati Felisha terasa ngilu mendengar ucapan Kevin, ingin rasanya ia menangis sedih dan memeluk seseorang. Tapi, tidak mungkin ia mau memeluk Kevin, yang ia inginkan adalah Clay. Selamanya, bagi Felisha cintanya hanya untuk Clay seorang. “Jika saja, anak yang akan aku lahirkan ini adalah buah cintaku dengan Clay, keadaanku tidak akan seperti ini.” Felisha memberontak dalam hati. Mereka lantas segera bergegas menuju ke rumah sakit internasional yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi penthouse tempat tinggalnya. Sesampainya di sana, tanpa Kevin sadari Felisha sudah terkulai lemas di dalam mobil. Ketika ia membuka pintu mobilnya dan hendak menggendong Felisha, betapa terkejutnya ia ketika melihat aliran darah berceceran memenuhi jok kursi mobil milikny
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh
Ia usap wajahnya dengan kasar dan membanting pintu kamarnya. “Aku memang mencintaimu, Fely. Tapi, entah mengapa, pada saat aku mendapatkanmu. Rasanya, justru aku sangat membencimu.'' "Jika kau saja dengan mudahnya dapat meninggalkan Kevin dan anakmu. Maka suatu saat, kau tidak akan ragu meninggalkan aku ketika tau, bahwa aku adalah seorang masokis,” desis Clay lalu keluar meninggalkan apartemennya. Satu bulan sudah berlalu. Sejak Clay membanting ponselnya Felisha dan membuatnya hancur berkeping-keping, Feli sudah tidak diijinkan lagi olehnya memiliki ponsel. Jika Feli merindukan kedua orang tuanya, maka Clay akan mengijinkan Feli untuk menghubungi Hadi dan Betari melalui ponselnya. Dan, semua percakapan di bawah pengawasan Clay. "Clay, kenapa kau melakukan ini padaku? Aku hanya ingin sedikit privasi dengan menghubungi mamaku. Tidak bisakah, kau tinggalkan aku sebentar saat berbicara dengan mamaku?" tanya Feli dengan polosnya dan menahan getaran pada suaranya. Suara tawa sini
Felysha pun kembali menangis dengan bibir yang bergetar. Ia memaksakan diri untuk dapat mengucapkan kalimat yang hendak diucapkannya dengan hati yang sudah remuk berkeping-keping.“Bukankah, kau mengatakan kau mencintaiku?” tangis Felysha dengan manatap kedua manik gelapnya Clay.Spontan Clay segera melepaskan leher Fely. Ia menatap Fely dengan tatapan yang berbeda, seolah sadar akan sesuatu yang telah salah.Mata Clay pun mengembun, ia ingin meminta maaf. Tapi, bibirnya segera terkatup rapat dan Clay memilih untuk segera keluar, meninggalkan Felysha.Pada saat itu juga, pecah sudah tangis Felisha. Ingin mengejar cintanya tapi justru hatinya dihancur sedemikian rupa. Fely langsung memeluk kedua lutut yang dirapatkannya di dadanya.“A-apa yang sudah aku lakukan?! Selama ini, seharusnya aku sudah bersyukur. Oh Tuhan, aku telah salah jalan … maafkan aku, Tuhan,” lirih Felysha dalam hatinya.“Maafkan aku juga
“Itulah maksudku, Fely. Aku hanya merasa puas jika lawan main ku merasa kesakitan dan aku memang menginginkannya.” Clay menatap Fely dengan tajam dan terkesan berwajah bengis.“Apa kau sudah gila?” pekik Fely sembari membelalakkan kedua matanya, tidak percaya mendengar apa yang baru Clay ucapkan.Spontan saja sebuah tamparan mendarat di pipinya Felysha dengan keras, sangat keras hingga membuat Fely menangis. Ia ingin meminta Clay berhenti menyiksanya seperti ini. Tapi, Clay sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Fely berkata-kata.“Apa kau bilang?” desis Clay kejam.“Kau katakan, aku gila? Hem? Itu yang baru kau katakan?!” tuntut Clay menatap lekat Felysha dan menatap tepat di wajahnya Fely.Namun, Fely sama sekali tidak berani menjawab apapun. Ia justru menangis dan gemetar ketakutan. Lalu Clay seketika berteriak histeris, hingga mmebuat tubuh Fely terjingkat dari tempatnya.“Kau
Ada perasaan yang sangat berat dan sakit, sehingga membawa sensasi ngilu pada dirinya saat itu. “Tuhan, ada apa denganku? Kenapa, aku justru menyesal telah meninggalkan Mira dan Kevin? Apakah, langkahku ini salah?” batinnya berteriak.Saat ternyata ketika ia sudah bersama dengan Clay, sekalipun di dalam sebuah apartemen yang sangat mewah. Hatinya masih terasa sangat hampa. Felisha mengira jika ia pergi ke London bersama dengan Clay, dirinya akan merasa sangat bahagia, bahkan kegirangan sampai melupakan kehidupannya bersama dengan Kevin.Namun, semua itu tidak benar. “Apakah kebahagiaan yang ia dapatkan selama di Indonesia bersama Clay adalah kebahagiaan yang semu? Lantas, mengapa dengan bodohnya ia sampai menyusul Clay ke Bandung hanya untuk menghabiskan malam panas di atas ranjang?” Fely memejamkan kedua matanya.Fely berusaha meyakinkan dirinya, bahwa pilihan saat ini adalah yang terbaik. Bukankah selama ini ia selalu h
“Ah … apa, yang kau lakukan Damian?” desah Sesil sambil menelan salivanya.“Round two,” jawab Damian dengan suara seraknya sambil menyeringai dan kembali mencium bibir Sesil.Keduanya pun menghabiskan hari itu di dalam kantor Damian dengan bercinta sepanjang hari dan tidak memperdulikan dunia luar yang saat ini juga sedang tidak baik-baik saja.Dunia di mana Kevin menghadapi kenyataan, ia akan menjadi seorang ayah tunggal untuk menjaga anaknya. Dunia yang membuat Felysha bertindak bodoh, ia melupakan bahwa ia saat ini tinggal di kehidupan nyata. Bukan di kehidupan dongeng, putri dan pangeran seperti cerita yang ia dengar sebelum tidur di masa kecilnya dulu.Dunia yang tidak pernah menjadi tempat memuaskan dalam diri Clay. Pada saat ia sudah mendapatkan Felysha, keduanya pun memilih tinggal di London.Pikir Clay, ia sudah merasa cukup menang dan merasa puas dengan apa yang ia dapatkan. Tapi, yang terjadi dan ia rasakan
“Aku pun merasakan hal yang sama, Damian. Tidak ada pria yang dapat menggantikanmu di hatiku,” lirih Sesil kembali meneteskan air mata.Melihat hal tersebut, Damian langsung mengecup air mata Sesil di pipi kanan, lalu berpindah ke pipi yang sebelah kiri. Damian kembali mencium bibir Sesil dengan lembut, keduanya larut dalam romansa panas mereka.Kali ini bukan hanya sebuah kecupan singkat belaka. Tapi Damian melumat lembut bibir Sesil, bagian bawah ciumannya terbalaskan. Keduanya saling menyesap, menjelajahi bibir satu sama lain dengan ciuman yang tampak sangat dalam.Perasaan mereka menyeruak hebat, apalagi bagi Sesil, yang terdengar sedikit merinti ketika tangan Damian meremas buah dadanya dengan lembut.Sesil pun lantas mengelus tubuh Damian dan membuka kancing Damian satu persatu. Ia ingin menyentuh dada bidang serta perut yang sudah lama tidak ia sentuh. Kerinduan menuntun keduanya melangkah menuju ke sebuah sofa y
“Damian, Please!”“Nope! Menjauh aku bilang!” Damian masih berkeras.Tubuh Sesil menegang dan menatap tidak percaya pada pria yang dicintainya itu. Padahal selama ini, Damian selalu ingin memeluk Sesil dan yang selalu mencintai Sesil berada di dekatnya.Sesil adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Damian dan Sesil tahu itu semua sudah berubah. Damian yang lama telah mati, ketika mengetahui fakta bahwa Damian tidak lagi ingin berhadapan dekat dengannya.Sesil semakin menyesal, ia merasa bahwa dirinya pasti sudah kehilangan pria yang selama ini menjadi sentral dalam hidupnya.“Tapi Damian, aku mohon. Aku berjanji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, aku akan lebih percaya padamu. Aku akan menghabiskan hidupku untuk percaya padamu Damian, izinkan aku untuk kita membuka lembaran yang baru,” tangis Sesil tidak terbendung.Hampir saja Damian tidak tahan dan ingin segera memeluk Sesil. Tapi, langkahnya terasa berat,ia masih menunggu p