Share

Menginap

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2024-05-16 08:30:02

"Jika kau bukan kuntilanak, kenapa kau duduk di sini?" tanya Hansel terus memperhatikan Luna dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Dan kenapa kau tidak menggunakan alas kaki jika kau memang manusia?"

Luna langsung menunduk melihat kakinya yang kotor dan tak mengenakkan sandal.

"Kau pasti kuntilanak penunggu makam ini, kan?"

"Apa kuntilanak bisa bahasa manusia?" tanya balik Luna dengan tatapan dingin dan wajah datarnya.

Hansel langsung terdiam, memikirkan pertanyaan Luna.

"Tentu saja bisa. Secara dia, kan juga awalnya manusia biasa. Tapi dia meninggal dan tidak menerima kematiannya itu, makanya dia jadi kuntilanak."

"Memangnya kau pernah berbicara dengan kuntilanak?" tantang Luna, dan spontan Hansel pun menggelengkan kepalanya.

"Kau hanya membuang-buang waktu ku," sarkas Luna sambil melenggang pergi melewati Hansel.

Saat melewatinya, Hansel menoleh pada Luna, matanya terbelalak tatkala melihat wajah Luna yang berubah seperti seorang nenek tua.

"Tunggu!" Hansel memegang pundak Luna. Saat Luna membalikkan tubuhnya, ia meneguk air ludahnya dengan susah payah, kini hatinya pun berdebar ketakutan. Ia takut jika yang dilihatnya tadi itu kenyataan.

"Ada apa?" tanya Luna mendongak sekilas tapi tak berani beradu pandang bersama pria di depannya.

Hansel bernapas lega tatkala melihat wajah gadis di hadapannya baik-baik saja. Meski akalnya meyakini bahwa ia tidak mungkin salah lihat, tapi kenyataan menyadarkannya bahwa sosok wanita tua di tubuh gadis ini hanyalah halusinasinya belaka.

"Sebenarnya, tempat apa ini?" tanya Hansel melepaskan tangannya dari pundak Luna.

"Makam," jawab Luna. Ucapannya sepolos ekspresi wajahnya.

Hansel menghela napasnya. "Aku tahu. Tapi maksudnya kampung apa ini? Kenapa sangat sepi pejalan kaki yang mendaki gunung?"

"Mendaki gunung?" Kening Luna berkerut.

"Iya. Aku adalah seorang pendaki, aku hendak mendaki gunung yang ada di tempat ini. Aku melihatnya dari g****e dan tempatnya tampak menarik."

"Biasanya saat hendak mendaki, pasti ada satu atau dua orang yang aku temui di jalan, tapi sepanjang jalan aku tidak melihat siapapun selain kau yang duduk di samping makam."

"Dan aku pun tidak tahu apakah kau manusia asli atau jadi-jadian," lanjut Hansel bergumam cukup kecil.

"G****e mana yang kau lihat? Gunung ini bukanlah gunung yang biasa didaki, tidak ada seorang pun pendaki yang pergi ke gunung ini."

"Bagaimana kau bisa tahu? Apa jangan-jangan kau penunggu gunung ini, ya?" tuduh Hansel menunjuk wajah Luna.

"Itu rumah ku." Luna menunjuk rumahnya. Tapi kemudian ia langsung menggelengkan kepalanya. "Maksud ku, rumah orang yang telah membesarkan ku."

Hansel mengernyitkan keningnya, sedikit bingung dengan ungkapan yang baru saja diucapkan Luna.

"Aku bukan penunggu, tapi aku sering pergi ke makam ini, atau bahkan ke gunung sana. Aku tidak pernah menemukan ada seorang pendaki di sini. Karena ini bukanlah gunung yang tepat untuk didaki."

"Kecuali jika kau mendaki untuk meregang nyawa mu sendiri. Mungkin benar bahwa gunung ini cocok ini untuk kau daki."

"Apa maksud mu?" Hansel menggaruk kepalanya yang sedikit terasa pusing.

"Gunung di atas sana masih asri dan jarang diinjakkan kaki oleh manusia, tapi ada juga yang terkadang pergi ke sana, dan dari cerita yang beredar, orang-orang yang pergi ke gunung sana banyak menemukan hewan-hewan liar."

"Pergilah jika kau memang ingin menemui mereka," pungkas Luna langsung melenggang pergi.

"Tunggu! Tunggu!" Hansel mengejar Luna. "Kau tidak bisa meninggalkan aku begitu saja setelah menakut-nakuti ku."

Luna menghela napasnya. "Aku tidak menakut-nakuti mu. Aku hanya memberi tahu yang sebenarnya."

"Sekarang berhenti berbicara dengan ku dan segeralah pulang. Jangan bertanya apapun lagi karena aku sudah lelah berbicara," pungkas Luna.

"Tapi aku tidak bisa pulang begitu saja. Aku sudah sangat lelah untuk sampai ke tempat ini. Kau harus membantu ku menemukan tempat peristirahatan untuk malam ini, karena rumah ku jauh, jadi aku memerlukan waktu untuk mengembalikan energi ku."

"Di sini tidak ada penginapan. Menginap saja di rumah yang mau menerima mu," sahut Luna sambil terus berjalan.

"Kalau begitu aku akan menginap di rumah mu."

"Tidak."

"Kenapa?" Hansel mengikuti ke mana pun Luna pergi.

Luna masuk ke wc yang ada di luar rumah untuk membasuh kakinya yang kotor, kemudian mengenakan sandal yang ada di sana.

"Karena ini hanya tempat tinggal, bukan rumah, kau tidak akan bisa tidur nyenyak di sini," jawab Luna sesaat sebelum masuk ke dalam rumahnya.

"Luna!" pekik Natasha langsung keluar dari dalam saat melihat Luna membuka pagar rumah.

Semua kata-kata yang hendak dilontarkan pada Luna, Natasha urungkan saat melihat sosok laki-laki di belakang Luna.

"Aku akan mengerjakan semua pekerjaan ku," ucap Luna dan kemudian melangkah masuk ke rumahnya. Tidak peduli pada nasib pria yang terus mengikutinya.

"Siapa kamu, Nak?" tanya Natasha mendekati Hansel dengan ramah.

"Aku Hansel. Seorang pendaki gunung." Hansel menyalami tangan Natasha.

"Lalu...." Natasha menunjuk Hansel dan Luna yang berada di dalam rumah bergiliran. "Kenapa kalian bisa datang bersama?"

"Ah, sebenarnya aku yang mengikutinya. Aku hendak mendaki gunung tapi tersesat, makanya aku mengikutinya untuk menumpang tidur malam ini. Rumah ku ada di kota."

"Oh, begitu rupanya. Kalau begitu silahkan masuk. Rumah kami cukup jika hanya untuk menampung satu orang saja."

Tentulah Hansel merasa bahagia dan langsung menerima tawaran itu. Ia mengikuti setiap langkah Natasha.

Saat masuk rumah, Hansel melihat Luna yang sedang berlutut mengepel lantai dengan pakaian bekas. Ia ragu untuk menginjakkan kakinya ke lantai, tapi dengan entengnya wanita yang membawanya masuk tadi menginjak lantai hasil dipel Luna. Dan anehnya, Luna hanya tetap meneruskan pekerjaannya, tanpa mengeluh sedikitpun. Bukankah di situasi seperti ini Luna seharusnya marah?

"Ayo, masuk! Jangan sungkan," ajak Natasha melambaikan tangannya.

"Maafkan aku," bisik Hansel saat menginjak lantainya, akan tetapi Luna tak menggubrisnya sedikit pun.

"Aku akan memperkenalkan kamu sama dua anak laki-laki ku," ucap Natasha menepuk pergelangan tangan Hansel.

"Duduklah!"

"Irfan! Rama! Keluar lah. Ada tamu yang datang. Tamu kita sangat tampan."

Hansel tersenyum kikuk mendengar pujian untuknya.

"Maaf, lalu siapa dia?" tanya Hansel menunjuk Luna.

Natasha langsung melihat Luna. "Ah, dia...."

"Dia juga putri ku."

"Kau jangan menghiraukannya. Dia memang seperti itu. Tidak suka tersenyum dan tidak suka bergaul."

Hansel hanya menganggukkan kepalanya.

Irfan dan Rama pun keluar dari kamarnya menghampiri Hansel. Dua anak itu menyalami tangan Hansel dengan bahagia.

"Yang paling kecil adalah Irfan, ini adalah Rama, dia adalah Luna, dan aku sendiri Natasha."

Hansel mengangguk. "Terima kasih telah mengizinkan aku untuk menginap di sini."

"Jangan sungkan!"

"Kalian berbincang-bincang lah terlebih dulu, jika kau butuh kamar mandi, itu kamar mandinya. Jika kau butuh pakaian ganti,-"

"Ah, tidak. Aku membawa pakaian ganti ku sendiri," sela Hansel.

"Baiklah jika begitu."

"Ibu akan membuat masakan untuk kita makan, kalian temani kak Hansel di sini, ya!"

Rama dan Irfan mengangguk.

Luna kini telah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya, ia hendak pergi ke kamarnya, tapi ibunya langsung mencekal tangannya.

"Kita harus bicara!"

Hansel memperhatikan Luna dan Natasha yang gerak geriknya terasa begitu dingin di antara keduanya.

Related chapters

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Mungkinkah Benar?

    "Hansel, kamu tidurlah di kamar depan, ya!" Natasha memegang punggung Hansel seraya mendorongnya untuk maju mendekati kamar depan.Hansel berjalan, tapi entah kenapa, ia merasa enggan untuk itu. Terlebih setelah mendapat tatapan dingin dari Luna, matanya yang seakan-akan berbicara bahwa dirinya tidak boleh masuk ke kamar itu."Jika aku tidur di sini, lalu di mana Luna tidur nanti?" tanya Hansel di ambang pintu. Firasatnya mengatakan untuk tidak masuk ke dalam kamar, hawa hawa berbeda sudah terasa melewati celah-celah pintu. Ketakutannya semakin menjadi setelah menyadari bahwa hanya kamar depan saja yang memakai pintu, sementara kamar lainnya hanya menggunakan gorden.Natasha sontak menoleh pada Luna. "Ah, jangan hiraukan dia. Dia bisa tidur di mana pun. Di kursi juga bisa. Dia tipe orang yang tidak mempermasalahkan tempat tidur.""Tidak perlu sungkan. Ini adalah bentuk kami menghormati tamu." Natasha meyakinkan Hansel dan menepuk-nepuk p

    Last Updated : 2024-05-17
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Di Bawah Sinar Rembulan

    Hansel duduk di samping Luna. Luna pun tidak merasa risih dengan itu. Dua orang yang tidak saling mengenal itu duduk bersampingan di bawah sinar rembulan yang terang. Melewati jendela, mereka diam-diam menatap ke langit yang gelap, membiarkan diri mereka terpesona oleh keindahan rembulan yang mengambang di malam yang tenang. Meskipun mereka tidak saling mengenal, tapi mereka merasa terhubung oleh keajaiban alam yang sama, yang sama-sama menarik perhatian mereka ke langit malam yang indah. Hansel, sosok yang tegap dan tenang, dengan tatapan yang dalam dan serius. Ia tengah berpikir keras, menerka maksud perkataan Luna beberapa saat yang lalu Sementara itu, Luna yang duduk di sampingnya terlihat anggun dan lembut, dengan senyuman kecil di wajahnya yang menunjukkan kekagumannya akan keindahan alam. Meskipun mereka tidak berbicara satu sama lain, namun keduanya merasa ada ikatan yang tak terucapkan di a

    Last Updated : 2024-05-18
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Kembali Asing

    Luna duduk di makam sang kakek, melamun memikirkan tentang dirinya bersama Hansel malam itu. Hansel mencoba menjelaskan semua yang terjadi, tapi sampai saat ini pun dirinya tidak bisa mengingat apapun. Ia tidak bisa mengingat kejadian apa saja yang terjadi malam itu bersama Hansel meskipun sudah berusaha keras memikirkannya. Lima hari sudah berlalu sejak Hansel pulang dari rumahnya. Tidak ada yang berubah dari kedatangan dan kepergian Hansel. "Kenapa aku harus terus memikirkannya? Dia hanyalah orang asing. Enyah sana dari kepala ku," usir Luna pada pikiran yang terus memikirkan Hansel. Ia bahkan memukul kepalanya itu. Langit tiba-tiba mendung dan awan hitam berdatangan dari segala arah menjadikan alam tampak lebih gelap, Luna menengadah terus memperhatikan langit. "Aku harus pulang sebelum hujan turun," gumamnya sambil berusaha berdiri. "Akhir-akhir hujan datang lebih sering, aku harap malam nanti akan ada hujan lagi, supaya semua orang bisa merasakan kedinginan yang selalu me

    Last Updated : 2024-05-19
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    BAR

    Hansel masuk ke bar yang biasa digunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, tanpa harus menghubungi mereka dulu pun Hansel yakin bahwa teman-temannya pasti ada di tempat ini. "Bro, Hansel... akhirnya lu keluar juga dari rumah. Gue denger lu tantrum tiap hari, gimana sekarang?" celoteh Lucas langsung berdiri untuk menyambut Hansel. Setibanya di sampingnya, ia segera merangkul Hansel erat. "Gue gak gila," ucap Hansel langsung menjatuhkan dirinya ke kursi. Ia mengambil gelas yang ada isinya lantas meminumnya, tidak peduli milik siapa itu. Kabar burung selalu menyebar dengan cepat, apa mungkin dirinya sekarang akan dicap sebagai orang gila. Huh... kehidupan ini."Gue gak bilang lu gila. Gue, kan nanya kabar lu doang." Lucas kembali duduk."Gue baik kok. Makasih perhatiannya," jawab Hansel santai. "Gimana perjalanan lu mendaki sendirian waktu itu? Kok pulang-pulang jadi stress? Penjaga gunungnya gak suka sama lu apa kayak gimana?" Arga bertanya dengan santai sambil menghisap rok

    Last Updated : 2024-05-20
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Datang, Tapi Bukan Untuk Melamar

    Hansel masih dengan stelan jas kerjanya, memberhentikan mobilnya di sebuah parkiran luas di desa ini.Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk datang lagi ke desa ini. Desa yang tidak ia ketahui namanya, namun ia masih ingat jelas bahwa di desa ini ada gadis bernama Luna, yang kini menjadi alasan dirinya datang ke sini.Tentang teman-temannya yang memintanya untuk ikut, Hansel menolak permintaan mereka semua karena ia tidak ingin teman-temannya melihat Luna. Bahkan kepergiannya kali ini tidak diketahui siapapun bahkan oleh kedua orang tuanya.Hansel keluar dari mobilnya.Ia langsung mendapat banyak tatapan dari orang-orang sekitar."Apa karena sekarang sore makanya jadi banyak orang disekitar? Padahal waktu itu, aku tidak menemui siapapun di sini." batin Hansel.Ia tetap terus berjalan dengan percaya diri dan tidak memperdulikan tatapan mereka."Nak, kamu sangat tampan. Ibu sepertinya baru melihat mu di sini." Seorang ibu yang Hansel lewati memberanikan diri

    Last Updated : 2024-05-22
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Merantau

    Gilang menghela napasnya pasrah, sudah berbagi cara, beribu kalimat, dan sejuta kata yang ia ucapkan kepada Luna di malam ini supaya dia tidak pergi bekerja, tapi semuanya sia-sia, semua ucapannya bagai angin lewat di telinga Luna, keputusan Luna begitu bulat, dan tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggu gugat keputusannya tersebut. Pagi ini, Luna sudah siap dengan semua barang-barang yang harus dibawanya untuk merantau. Sebenarnya tak banyak yang dirinya bawa, hanya pakaian dan lainnya dan itupun cukup dalam satu koper. "Luna, coba pikirkanlah sekali saja! Bekerja di tempat yang jauh dari rumah bukanlah hal indah seperti yang ada dalam bayangan mu. Ketika kamu kesulitan, tidak akan ada yang membantu mu dan kamu tidak akan punya tempat pulang untuk bercerita." "Memangnya di sini aku punya tempat untuk pulang? Pernahkah kalian mendengar cerita ku?" sergah Luna, tangannya erat meremas ujung pakaian.Gilang langsung menundukkan pandangannya."Emang mau cerita apa? Setiap hari cuma

    Last Updated : 2024-05-25
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Duwi Luna

    2004Suara tangisan bayi perempuan di kamarnya terdengar nyaring memecah keheningan malam. Keluarga kecil itu tampak begitu jelas tak bahagia dengan kehadiran anak kedua mereka yang baru lahir. Gilang, sang kepala keluarga, terlihat acuh tak acuh. Di sisi lain, Natasha, sang ibu, membiarkan begitu saja anaknya menangis dan tak berinisiatif untuk memberinya asi.Natasha mendekati Gilang yang sedang menonton televisi di ruang tamu."Mas, apa kita buang saja anak ini?" ujar Natasha dengan mata berkaca-kaca. Gilang terdiam sejenak, melirik ke arah istrinya yang tampak lelah dan terbebani dengan tangisan bayi yang tak kunjung henti."Kamu serius?" tanya Gilang dengan nada ragu. Natasha menghela napas panjang. "Aku sudah tak tahan, Mas. Anak itu nangis terus. Aku gak mau ngurus anak perempuan lagi. Aku maunya anak laki-laki, bukan perempuan."Gilang mengusap wajahnya, seolah mencari solusi atas masalah yang dihadapi keluarga mereka. Mereka memang menginginkan anak laki-laki sebagai peneru

    Last Updated : 2024-05-01
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Selalu Jadi yang Tersalah

    6 tahun kemudian....Kelahiran Rama, anak ketiga Gilang dan Natasha, menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi keluarga mereka. Lima tahun berselang, pasangan ini kembali dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Irfan. Namun, di tengah kebahagiaan tersebut, masih ada satu hal yang tak berubah; perlakuan tak adil kepada Luna, anak kedua mereka.Orang-orang mengira bahwa Luna juga mendapatkan kasih sayang yang sama dari orang tuanya, namun kenyataannya, perlakuan yang diterima Luna jauh dari kata sayang.Situasi ini terus berlangsung, meski Gilang dan Natasha telah dikaruniai dua anak laki-laki. Luna tetap terabaikan dan tak dicintai."Ibu, aku ingin makan ini, boleh?" tanya Luna dengan ceria menunjuk kue di atas meja."Makan aja," jawab Natasha sambil memalingkan wajahnya dari Luna."Padahal tadi udah makan, sekarang ada kue juga di makan, nanti kalau ada makanan lain pasti di makan juga, anak yang satu ini beda banget. Rakus kayak tikus aja," gerutu Natasha dengan pelan.Ta

    Last Updated : 2024-05-02

Latest chapter

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Merantau

    Gilang menghela napasnya pasrah, sudah berbagi cara, beribu kalimat, dan sejuta kata yang ia ucapkan kepada Luna di malam ini supaya dia tidak pergi bekerja, tapi semuanya sia-sia, semua ucapannya bagai angin lewat di telinga Luna, keputusan Luna begitu bulat, dan tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggu gugat keputusannya tersebut. Pagi ini, Luna sudah siap dengan semua barang-barang yang harus dibawanya untuk merantau. Sebenarnya tak banyak yang dirinya bawa, hanya pakaian dan lainnya dan itupun cukup dalam satu koper. "Luna, coba pikirkanlah sekali saja! Bekerja di tempat yang jauh dari rumah bukanlah hal indah seperti yang ada dalam bayangan mu. Ketika kamu kesulitan, tidak akan ada yang membantu mu dan kamu tidak akan punya tempat pulang untuk bercerita." "Memangnya di sini aku punya tempat untuk pulang? Pernahkah kalian mendengar cerita ku?" sergah Luna, tangannya erat meremas ujung pakaian.Gilang langsung menundukkan pandangannya."Emang mau cerita apa? Setiap hari cuma

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Datang, Tapi Bukan Untuk Melamar

    Hansel masih dengan stelan jas kerjanya, memberhentikan mobilnya di sebuah parkiran luas di desa ini.Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk datang lagi ke desa ini. Desa yang tidak ia ketahui namanya, namun ia masih ingat jelas bahwa di desa ini ada gadis bernama Luna, yang kini menjadi alasan dirinya datang ke sini.Tentang teman-temannya yang memintanya untuk ikut, Hansel menolak permintaan mereka semua karena ia tidak ingin teman-temannya melihat Luna. Bahkan kepergiannya kali ini tidak diketahui siapapun bahkan oleh kedua orang tuanya.Hansel keluar dari mobilnya.Ia langsung mendapat banyak tatapan dari orang-orang sekitar."Apa karena sekarang sore makanya jadi banyak orang disekitar? Padahal waktu itu, aku tidak menemui siapapun di sini." batin Hansel.Ia tetap terus berjalan dengan percaya diri dan tidak memperdulikan tatapan mereka."Nak, kamu sangat tampan. Ibu sepertinya baru melihat mu di sini." Seorang ibu yang Hansel lewati memberanikan diri

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    BAR

    Hansel masuk ke bar yang biasa digunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, tanpa harus menghubungi mereka dulu pun Hansel yakin bahwa teman-temannya pasti ada di tempat ini. "Bro, Hansel... akhirnya lu keluar juga dari rumah. Gue denger lu tantrum tiap hari, gimana sekarang?" celoteh Lucas langsung berdiri untuk menyambut Hansel. Setibanya di sampingnya, ia segera merangkul Hansel erat. "Gue gak gila," ucap Hansel langsung menjatuhkan dirinya ke kursi. Ia mengambil gelas yang ada isinya lantas meminumnya, tidak peduli milik siapa itu. Kabar burung selalu menyebar dengan cepat, apa mungkin dirinya sekarang akan dicap sebagai orang gila. Huh... kehidupan ini."Gue gak bilang lu gila. Gue, kan nanya kabar lu doang." Lucas kembali duduk."Gue baik kok. Makasih perhatiannya," jawab Hansel santai. "Gimana perjalanan lu mendaki sendirian waktu itu? Kok pulang-pulang jadi stress? Penjaga gunungnya gak suka sama lu apa kayak gimana?" Arga bertanya dengan santai sambil menghisap rok

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Kembali Asing

    Luna duduk di makam sang kakek, melamun memikirkan tentang dirinya bersama Hansel malam itu. Hansel mencoba menjelaskan semua yang terjadi, tapi sampai saat ini pun dirinya tidak bisa mengingat apapun. Ia tidak bisa mengingat kejadian apa saja yang terjadi malam itu bersama Hansel meskipun sudah berusaha keras memikirkannya. Lima hari sudah berlalu sejak Hansel pulang dari rumahnya. Tidak ada yang berubah dari kedatangan dan kepergian Hansel. "Kenapa aku harus terus memikirkannya? Dia hanyalah orang asing. Enyah sana dari kepala ku," usir Luna pada pikiran yang terus memikirkan Hansel. Ia bahkan memukul kepalanya itu. Langit tiba-tiba mendung dan awan hitam berdatangan dari segala arah menjadikan alam tampak lebih gelap, Luna menengadah terus memperhatikan langit. "Aku harus pulang sebelum hujan turun," gumamnya sambil berusaha berdiri. "Akhir-akhir hujan datang lebih sering, aku harap malam nanti akan ada hujan lagi, supaya semua orang bisa merasakan kedinginan yang selalu me

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Di Bawah Sinar Rembulan

    Hansel duduk di samping Luna. Luna pun tidak merasa risih dengan itu. Dua orang yang tidak saling mengenal itu duduk bersampingan di bawah sinar rembulan yang terang. Melewati jendela, mereka diam-diam menatap ke langit yang gelap, membiarkan diri mereka terpesona oleh keindahan rembulan yang mengambang di malam yang tenang. Meskipun mereka tidak saling mengenal, tapi mereka merasa terhubung oleh keajaiban alam yang sama, yang sama-sama menarik perhatian mereka ke langit malam yang indah. Hansel, sosok yang tegap dan tenang, dengan tatapan yang dalam dan serius. Ia tengah berpikir keras, menerka maksud perkataan Luna beberapa saat yang lalu Sementara itu, Luna yang duduk di sampingnya terlihat anggun dan lembut, dengan senyuman kecil di wajahnya yang menunjukkan kekagumannya akan keindahan alam. Meskipun mereka tidak berbicara satu sama lain, namun keduanya merasa ada ikatan yang tak terucapkan di a

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Mungkinkah Benar?

    "Hansel, kamu tidurlah di kamar depan, ya!" Natasha memegang punggung Hansel seraya mendorongnya untuk maju mendekati kamar depan.Hansel berjalan, tapi entah kenapa, ia merasa enggan untuk itu. Terlebih setelah mendapat tatapan dingin dari Luna, matanya yang seakan-akan berbicara bahwa dirinya tidak boleh masuk ke kamar itu."Jika aku tidur di sini, lalu di mana Luna tidur nanti?" tanya Hansel di ambang pintu. Firasatnya mengatakan untuk tidak masuk ke dalam kamar, hawa hawa berbeda sudah terasa melewati celah-celah pintu. Ketakutannya semakin menjadi setelah menyadari bahwa hanya kamar depan saja yang memakai pintu, sementara kamar lainnya hanya menggunakan gorden.Natasha sontak menoleh pada Luna. "Ah, jangan hiraukan dia. Dia bisa tidur di mana pun. Di kursi juga bisa. Dia tipe orang yang tidak mempermasalahkan tempat tidur.""Tidak perlu sungkan. Ini adalah bentuk kami menghormati tamu." Natasha meyakinkan Hansel dan menepuk-nepuk p

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Menginap

    "Jika kau bukan kuntilanak, kenapa kau duduk di sini?" tanya Hansel terus memperhatikan Luna dari ujung kepala hingga ujung kakinya."Dan kenapa kau tidak menggunakan alas kaki jika kau memang manusia?"Luna langsung menunduk melihat kakinya yang kotor dan tak mengenakkan sandal."Kau pasti kuntilanak penunggu makam ini, kan?""Apa kuntilanak bisa bahasa manusia?" tanya balik Luna dengan tatapan dingin dan wajah datarnya.Hansel langsung terdiam, memikirkan pertanyaan Luna."Tentu saja bisa. Secara dia, kan juga awalnya manusia biasa. Tapi dia meninggal dan tidak menerima kematiannya itu, makanya dia jadi kuntilanak.""Memangnya kau pernah berbicara dengan kuntilanak?" tantang Luna, dan spontan Hansel pun menggelengkan kepalanya."Kau hanya membuang-buang waktu ku," sarkas Luna sambil melenggang pergi melewati Hansel.Saat melewatinya, Hansel menoleh pada Luna, matanya terbelalak tatkala melihat wajah L

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Pertemuan Pertama

    Sejak usia 15 tahun, ketika Tia, sang kakak telah menikah, Luna dipindahkan kamarnya ke kamar depan, bekas sang kakak. Sementara kamarnya yang dulu digunakan oleh kedua adiknya.Kamar depan yang kini menjadi milik Luna tampak seperti kamar biasa pada umumnya. Namun, ada aura yang berbeda di dalamnya, sebuah kegelapan yang tak terlihat namun bisa dirasakan. Di sudut kamar, sebuah meja kecil yang berantakan dengan buku-buku dan coretan pensil yang membentuk kalimat-kalimat yang tak berarti, menciptakan kesan kekacauan.Namun, di tengah kamar berdiri sebuah tempat tidur yang menjadi saksi bisu atas mimpi buruk yang Luna alami setiap saatnya.Cahaya rembulan dan matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela, kerap menyinari wajah Luna yang terbaring lemah. Suara angin berdesir lembut dan bayang-bayang yang bergerak tanpa arah, menambah kegelisahan Luna. Setiap saat Luna selalu merasa gelisah. Tidur siang dan malamnya s

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Jangan Ambil Tubuhku

    Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun belum terbit, hanya ada angin dingin yang bertiup kencang di temani oleh bulan yang cantik di atas sana, Natasha saat ini sedang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam tangan Luna begitu kuat.Ia sudah lelah dan ia sudah jengah dengan semua kesialan hidupnya yang ditimbulkan oleh Luna, maka dari itu, ia telah memikirkan berkali-kali tentang keputusannya saat ini, dan karena pertengkaran dirinya dan sang suami semalam, kini ia telah yakin tentang keputusannya terhadap kehidupan Luna."Bu, kita mau pergi ka mana?" Gadis kecil itu tak berhenti bertanya sejak ibunya memaksanya bangun."Kamu diam aja deh. Nanti juga kamu tahu sendiri. Gak usah keluarkan suara mu itu, bikin Ibu makin kesel aja tau gak," jawab Natasha dengan ketus.Walau dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan, pada akhirnya Luna memilih diam setelah sang ibu berkata seperti itu.Hanya menghabiskan waktu sepuluh menit, kini Natasha telah sampai di rumah ibunya

DMCA.com Protection Status