Home / Horor / JANGAN AMBIL TUBUHKU / Jangan Ambil Tubuhku

Share

Jangan Ambil Tubuhku

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2024-05-02 11:58:14

Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun belum terbit, hanya ada angin dingin yang bertiup kencang di temani oleh bulan yang cantik di atas sana, Natasha saat ini sedang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam tangan Luna begitu kuat.

Ia sudah lelah dan ia sudah jengah dengan semua kesialan hidupnya yang ditimbulkan oleh Luna, maka dari itu, ia telah memikirkan berkali-kali tentang keputusannya saat ini, dan karena pertengkaran dirinya dan sang suami semalam, kini ia telah yakin tentang keputusannya terhadap kehidupan Luna.

"Bu, kita mau pergi ka mana?" Gadis kecil itu tak berhenti bertanya sejak ibunya memaksanya bangun.

"Kamu diam aja deh. Nanti juga kamu tahu sendiri. Gak usah keluarkan suara mu itu, bikin Ibu makin kesel aja tau gak," jawab Natasha dengan ketus.

Walau dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan, pada akhirnya Luna memilih diam setelah sang ibu berkata seperti itu.

Hanya menghabiskan waktu sepuluh menit, kini Natasha telah sampai di rumah ibunya. Ia langsung masuk tanpa permisi.

"Bu!"

"Ibu!" panggil Natasha dengan dada yang naik turun. Ia sudah tak sabar ingin mencurahkan segala keluh kesahnya pada sang ibu.

Ibu Natasha pun keluar dari kamarnya dengan masih mengenakan mukena.

"Ada apa? Tumben kamu ke sini pagi-pagi sekali?" tanya Ibunya Natasha menghampiri Luna yang duduk di ruang tengah rumahnya yang tak terlalu besar.

"Duduk kamu!" perintah Natasha menarik tangan Luna supaya duduk di sampingnya.

Luna hanya memejamkan matanya berusaha menahan rasa sakit karena tarikan ibunya pada tangannya.

"Bu, Ibu tau gak apa yang terjadi sama aku dan mas Gilang sekarang?"

"Loh, ya mana ibu tahu. Ibu kan gak tinggal sama kamu," sahut ibunya Natasha tersenyum keheranan.

Natasha menghela napasnya. "Akhir-akhir ini rumah tangga aku sama mas Gilang gak baik-baik aja, Bu. Mas Gilang terus ngancam bakal tinggalin aku. Dan apa ibu tahu apa penyebab semua pertengkaran aku sama mas Gilang itu apa?"

"Apa?"

"Dia," jawab Natasha begitu yakin sambil menunjuk Luna.

Ibunya Natasha pun spontan memperhatikan Luna yang duduk termenung di samping ibunya.

"Maksud kamu apa, Natasha? Gak mungkin anak sekecil ini membuat masalah di antara rumah tangga kalian? Ibu juga melihat selama ini Luna adalah anak yang baik dan penurut. Apa kesalahannya?"

Natasha memutar bola matanya dan mendengus. "Itu karena ibu hanya melihatnya sesekali, sementara aku selalu bersamanya setiap hari. Semenjak kehadiran dia di hidup aku, sial....terus kehidupan aku, Bu."

"Hush, kalau ngomong tuh dijaga. Kamu gak boleh ngomong kayak gitu depan anak kecil," tegur sang ibu.

"Bu, Ibu, kenapa ibu masih gak ngerti juga sih? Udahlah, pokoknya aku udah capek ngurus dia, Bu. Aku juga gak mau sepanjang hidup aku sial terus, kedatangan aku kali ini mau menitipkan Luna sama ibu."

Luna terkejut dengan apa yang barusan di dengarnya, ia sontak menoleh pada sang ibu dengan mata yang terbelalak tak percaya. Begitu juga dengan ibunya Natasha.

"Kamu kalau ngomong yang benar saja."

"Sumpah demi Tuhan, Bu!"

"Cukup, Natasha. Ucapan mu itu sudah terlalu melampaui batas," sergah sang ibu dengan tegas.

"Jangan berbicara apapun lagi. Sekarang kamu mending pulang aja terus urus anak-anak dan suamimu. Jangan datang ke sini untuk hal-hal yang tidak masuk logika," perintah sang ibu langsung bangun dari duduknya. Daripada hanya mendengarkan keluh kesah anaknya yang tak masuk logika, ia lebih baik pergi bersiap untuk memulai hari ini.

"Bu, aku mohon. Setidaknya sampai Luna dewasa, Bu. Kalau Luna udah dewasa aku bakal bawa dia lagi," mohon Natasha mengikuti setiap langkah sang ibu.

"Kamu ini aneh ya, Nats!" Sang ibu menunjuk wajah anaknya begitu dekat.

"Kamu nyuruh ibu ngurus Luna dari kecil, pas lagi susah-susahnya, setelah Luna dewasa dan bisa membantu kita, kamu mau ngambil dia dari ibu. Kamu mikir gak sih apa yang kamu lakukan sekarang itu jahat banget? Ibu gak pernah ngajarin kamu kayak gitu, Nats."

"Ibu tidak masalah merawat Luna, tapi situasi Ibu tidak memungkinkan. Ibu hanyalah seorang janda yang kerja serabutan, jangankan untuk membiayai hidup Luna, untuk makan diri sendiri aja masih harus nyari dengan susah. Ngerawat anak yang dalam masa pertumbuhan itu butuh uang yang banyak."

"Kamu jangan menyangkal apapun karena ibu juga pernah merawat kamu dan adikmu hingga kalian besar. Ibu lebih tau segalanya daripada kamu."

"Sudah sana pergi. Suamimu mau kerja nanti gak ada sarapan."

Natasha menghela napas pasrah. Sepertinya memang tidak ada kesempatan sedikit pun.

Hari hari pun berlalu dan di suatu pagi lainnya, Natasha kembali mencari keberuntungannya. Kali ini ia pergi ke kerabat dari Gilang yang cukup dekat dengannya. Dia juga seorang janda, tapi dia memiliki pekerjaan yang menjanjikan, sehingga dia mungkin tidak akan menolak jika ia menitipkan Luna padanya.

Tapi setelah sampai di sana, Natasha kembali mendapat penolakan dengan alasan karena dia sudah tua dan tak bisa bekerja gesit lagi seperti dahulu, sehingga ia tidak bisa menyanggupi biaya hidup Luna untuk kedepannya.

Pada akhirnya Natasha menyerah dan hanya mengurung Luna di kamar.

Saat ini Luna tengah tertidur, tapi tidurnya tidak nyenyak karena mimpi aneh yang terus mengganggunya.

Di mimpi....

Luna berhadapan dengan seorang nenek tua yang tak memperlihatkan wajahnya, tubuhnya bungkuk dan kecil, pakaiannya lusuh dan bau, saat melihat bagian wajahnya hanya gelap dan tak mampu melihat apapun.

"Luna, ini bukanlah mimpi. Kau berada di dunia ku saat ini. Aku menyayangimu, Luna. Karena itu aku akan selalu ada untuk membantu mu."

"Untuk saat ini aku tidak bisa menunjukkan wajahku, tapi secara perlahan aku akan menunjukkannya padamu. Jangan takut padaku, Luna. Aku menyayangimu."

"Dan perlu kamu ketahui, mulai hari ini kamu adalah aku, aku adalah kamu, aku, kamu, adalah kita. Mulai detik ini aku akan selalu ada bersama mu, aku akan berada di tubuhmu. Di sini!"

Nenek tua yang panjang kukunya itu menunjuk dada sebelah kiri Luna sambil menekannya kuat, membuat Luna merintih kesakitan. Nenek itu tertawa dengan lantang melihat Luna kesakitan.

"Aku akan masuk ke dalam tubuh mu, Luna. Dan tidak akan ada yang bisa mengeluarkan aku dari tubuh mu hingga akhir hayat menjemput mu nanti."

Luna menggelengkan kepalanya, ia menutup mata dan telinganya.

"Tidak. Pergi sana! Aku tidak mengenal mu. Jangan mengganggu ku."

"Semuanya sudah terlambat, Luna. Kesedihan mu memanggil ku ke hidup mu. Ayo, berikan telapak tangan mu untuk memberiku jalan untuk memasuki tubuhmu!"

"TIDAK."

"JANGAN AMBIL TUBUHKU!" teriak Luna merasakan sakit yang hebat di dada kirinya. Tepat di mana tadi nenek tua itu meletakkan ujung kukunya.

Related chapters

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Pertemuan Pertama

    Sejak usia 15 tahun, ketika Tia, sang kakak telah menikah, Luna dipindahkan kamarnya ke kamar depan, bekas sang kakak. Sementara kamarnya yang dulu digunakan oleh kedua adiknya.Kamar depan yang kini menjadi milik Luna tampak seperti kamar biasa pada umumnya. Namun, ada aura yang berbeda di dalamnya, sebuah kegelapan yang tak terlihat namun bisa dirasakan. Di sudut kamar, sebuah meja kecil yang berantakan dengan buku-buku dan coretan pensil yang membentuk kalimat-kalimat yang tak berarti, menciptakan kesan kekacauan.Namun, di tengah kamar berdiri sebuah tempat tidur yang menjadi saksi bisu atas mimpi buruk yang Luna alami setiap saatnya.Cahaya rembulan dan matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela, kerap menyinari wajah Luna yang terbaring lemah. Suara angin berdesir lembut dan bayang-bayang yang bergerak tanpa arah, menambah kegelisahan Luna. Setiap saat Luna selalu merasa gelisah. Tidur siang dan malamnya s

    Last Updated : 2024-05-15
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Menginap

    "Jika kau bukan kuntilanak, kenapa kau duduk di sini?" tanya Hansel terus memperhatikan Luna dari ujung kepala hingga ujung kakinya."Dan kenapa kau tidak menggunakan alas kaki jika kau memang manusia?"Luna langsung menunduk melihat kakinya yang kotor dan tak mengenakkan sandal."Kau pasti kuntilanak penunggu makam ini, kan?""Apa kuntilanak bisa bahasa manusia?" tanya balik Luna dengan tatapan dingin dan wajah datarnya.Hansel langsung terdiam, memikirkan pertanyaan Luna."Tentu saja bisa. Secara dia, kan juga awalnya manusia biasa. Tapi dia meninggal dan tidak menerima kematiannya itu, makanya dia jadi kuntilanak.""Memangnya kau pernah berbicara dengan kuntilanak?" tantang Luna, dan spontan Hansel pun menggelengkan kepalanya."Kau hanya membuang-buang waktu ku," sarkas Luna sambil melenggang pergi melewati Hansel.Saat melewatinya, Hansel menoleh pada Luna, matanya terbelalak tatkala melihat wajah L

    Last Updated : 2024-05-16
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Mungkinkah Benar?

    "Hansel, kamu tidurlah di kamar depan, ya!" Natasha memegang punggung Hansel seraya mendorongnya untuk maju mendekati kamar depan.Hansel berjalan, tapi entah kenapa, ia merasa enggan untuk itu. Terlebih setelah mendapat tatapan dingin dari Luna, matanya yang seakan-akan berbicara bahwa dirinya tidak boleh masuk ke kamar itu."Jika aku tidur di sini, lalu di mana Luna tidur nanti?" tanya Hansel di ambang pintu. Firasatnya mengatakan untuk tidak masuk ke dalam kamar, hawa hawa berbeda sudah terasa melewati celah-celah pintu. Ketakutannya semakin menjadi setelah menyadari bahwa hanya kamar depan saja yang memakai pintu, sementara kamar lainnya hanya menggunakan gorden.Natasha sontak menoleh pada Luna. "Ah, jangan hiraukan dia. Dia bisa tidur di mana pun. Di kursi juga bisa. Dia tipe orang yang tidak mempermasalahkan tempat tidur.""Tidak perlu sungkan. Ini adalah bentuk kami menghormati tamu." Natasha meyakinkan Hansel dan menepuk-nepuk p

    Last Updated : 2024-05-17
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Di Bawah Sinar Rembulan

    Hansel duduk di samping Luna. Luna pun tidak merasa risih dengan itu. Dua orang yang tidak saling mengenal itu duduk bersampingan di bawah sinar rembulan yang terang. Melewati jendela, mereka diam-diam menatap ke langit yang gelap, membiarkan diri mereka terpesona oleh keindahan rembulan yang mengambang di malam yang tenang. Meskipun mereka tidak saling mengenal, tapi mereka merasa terhubung oleh keajaiban alam yang sama, yang sama-sama menarik perhatian mereka ke langit malam yang indah. Hansel, sosok yang tegap dan tenang, dengan tatapan yang dalam dan serius. Ia tengah berpikir keras, menerka maksud perkataan Luna beberapa saat yang lalu Sementara itu, Luna yang duduk di sampingnya terlihat anggun dan lembut, dengan senyuman kecil di wajahnya yang menunjukkan kekagumannya akan keindahan alam. Meskipun mereka tidak berbicara satu sama lain, namun keduanya merasa ada ikatan yang tak terucapkan di a

    Last Updated : 2024-05-18
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Kembali Asing

    Luna duduk di makam sang kakek, melamun memikirkan tentang dirinya bersama Hansel malam itu. Hansel mencoba menjelaskan semua yang terjadi, tapi sampai saat ini pun dirinya tidak bisa mengingat apapun. Ia tidak bisa mengingat kejadian apa saja yang terjadi malam itu bersama Hansel meskipun sudah berusaha keras memikirkannya. Lima hari sudah berlalu sejak Hansel pulang dari rumahnya. Tidak ada yang berubah dari kedatangan dan kepergian Hansel. "Kenapa aku harus terus memikirkannya? Dia hanyalah orang asing. Enyah sana dari kepala ku," usir Luna pada pikiran yang terus memikirkan Hansel. Ia bahkan memukul kepalanya itu. Langit tiba-tiba mendung dan awan hitam berdatangan dari segala arah menjadikan alam tampak lebih gelap, Luna menengadah terus memperhatikan langit. "Aku harus pulang sebelum hujan turun," gumamnya sambil berusaha berdiri. "Akhir-akhir hujan datang lebih sering, aku harap malam nanti akan ada hujan lagi, supaya semua orang bisa merasakan kedinginan yang selalu me

    Last Updated : 2024-05-19
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    BAR

    Hansel masuk ke bar yang biasa digunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, tanpa harus menghubungi mereka dulu pun Hansel yakin bahwa teman-temannya pasti ada di tempat ini. "Bro, Hansel... akhirnya lu keluar juga dari rumah. Gue denger lu tantrum tiap hari, gimana sekarang?" celoteh Lucas langsung berdiri untuk menyambut Hansel. Setibanya di sampingnya, ia segera merangkul Hansel erat. "Gue gak gila," ucap Hansel langsung menjatuhkan dirinya ke kursi. Ia mengambil gelas yang ada isinya lantas meminumnya, tidak peduli milik siapa itu. Kabar burung selalu menyebar dengan cepat, apa mungkin dirinya sekarang akan dicap sebagai orang gila. Huh... kehidupan ini."Gue gak bilang lu gila. Gue, kan nanya kabar lu doang." Lucas kembali duduk."Gue baik kok. Makasih perhatiannya," jawab Hansel santai. "Gimana perjalanan lu mendaki sendirian waktu itu? Kok pulang-pulang jadi stress? Penjaga gunungnya gak suka sama lu apa kayak gimana?" Arga bertanya dengan santai sambil menghisap rok

    Last Updated : 2024-05-20
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Datang, Tapi Bukan Untuk Melamar

    Hansel masih dengan stelan jas kerjanya, memberhentikan mobilnya di sebuah parkiran luas di desa ini.Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk datang lagi ke desa ini. Desa yang tidak ia ketahui namanya, namun ia masih ingat jelas bahwa di desa ini ada gadis bernama Luna, yang kini menjadi alasan dirinya datang ke sini.Tentang teman-temannya yang memintanya untuk ikut, Hansel menolak permintaan mereka semua karena ia tidak ingin teman-temannya melihat Luna. Bahkan kepergiannya kali ini tidak diketahui siapapun bahkan oleh kedua orang tuanya.Hansel keluar dari mobilnya.Ia langsung mendapat banyak tatapan dari orang-orang sekitar."Apa karena sekarang sore makanya jadi banyak orang disekitar? Padahal waktu itu, aku tidak menemui siapapun di sini." batin Hansel.Ia tetap terus berjalan dengan percaya diri dan tidak memperdulikan tatapan mereka."Nak, kamu sangat tampan. Ibu sepertinya baru melihat mu di sini." Seorang ibu yang Hansel lewati memberanikan diri

    Last Updated : 2024-05-22
  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Merantau

    Gilang menghela napasnya pasrah, sudah berbagi cara, beribu kalimat, dan sejuta kata yang ia ucapkan kepada Luna di malam ini supaya dia tidak pergi bekerja, tapi semuanya sia-sia, semua ucapannya bagai angin lewat di telinga Luna, keputusan Luna begitu bulat, dan tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggu gugat keputusannya tersebut. Pagi ini, Luna sudah siap dengan semua barang-barang yang harus dibawanya untuk merantau. Sebenarnya tak banyak yang dirinya bawa, hanya pakaian dan lainnya dan itupun cukup dalam satu koper. "Luna, coba pikirkanlah sekali saja! Bekerja di tempat yang jauh dari rumah bukanlah hal indah seperti yang ada dalam bayangan mu. Ketika kamu kesulitan, tidak akan ada yang membantu mu dan kamu tidak akan punya tempat pulang untuk bercerita." "Memangnya di sini aku punya tempat untuk pulang? Pernahkah kalian mendengar cerita ku?" sergah Luna, tangannya erat meremas ujung pakaian.Gilang langsung menundukkan pandangannya."Emang mau cerita apa? Setiap hari cuma

    Last Updated : 2024-05-25

Latest chapter

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Merantau

    Gilang menghela napasnya pasrah, sudah berbagi cara, beribu kalimat, dan sejuta kata yang ia ucapkan kepada Luna di malam ini supaya dia tidak pergi bekerja, tapi semuanya sia-sia, semua ucapannya bagai angin lewat di telinga Luna, keputusan Luna begitu bulat, dan tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggu gugat keputusannya tersebut. Pagi ini, Luna sudah siap dengan semua barang-barang yang harus dibawanya untuk merantau. Sebenarnya tak banyak yang dirinya bawa, hanya pakaian dan lainnya dan itupun cukup dalam satu koper. "Luna, coba pikirkanlah sekali saja! Bekerja di tempat yang jauh dari rumah bukanlah hal indah seperti yang ada dalam bayangan mu. Ketika kamu kesulitan, tidak akan ada yang membantu mu dan kamu tidak akan punya tempat pulang untuk bercerita." "Memangnya di sini aku punya tempat untuk pulang? Pernahkah kalian mendengar cerita ku?" sergah Luna, tangannya erat meremas ujung pakaian.Gilang langsung menundukkan pandangannya."Emang mau cerita apa? Setiap hari cuma

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Datang, Tapi Bukan Untuk Melamar

    Hansel masih dengan stelan jas kerjanya, memberhentikan mobilnya di sebuah parkiran luas di desa ini.Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk datang lagi ke desa ini. Desa yang tidak ia ketahui namanya, namun ia masih ingat jelas bahwa di desa ini ada gadis bernama Luna, yang kini menjadi alasan dirinya datang ke sini.Tentang teman-temannya yang memintanya untuk ikut, Hansel menolak permintaan mereka semua karena ia tidak ingin teman-temannya melihat Luna. Bahkan kepergiannya kali ini tidak diketahui siapapun bahkan oleh kedua orang tuanya.Hansel keluar dari mobilnya.Ia langsung mendapat banyak tatapan dari orang-orang sekitar."Apa karena sekarang sore makanya jadi banyak orang disekitar? Padahal waktu itu, aku tidak menemui siapapun di sini." batin Hansel.Ia tetap terus berjalan dengan percaya diri dan tidak memperdulikan tatapan mereka."Nak, kamu sangat tampan. Ibu sepertinya baru melihat mu di sini." Seorang ibu yang Hansel lewati memberanikan diri

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    BAR

    Hansel masuk ke bar yang biasa digunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, tanpa harus menghubungi mereka dulu pun Hansel yakin bahwa teman-temannya pasti ada di tempat ini. "Bro, Hansel... akhirnya lu keluar juga dari rumah. Gue denger lu tantrum tiap hari, gimana sekarang?" celoteh Lucas langsung berdiri untuk menyambut Hansel. Setibanya di sampingnya, ia segera merangkul Hansel erat. "Gue gak gila," ucap Hansel langsung menjatuhkan dirinya ke kursi. Ia mengambil gelas yang ada isinya lantas meminumnya, tidak peduli milik siapa itu. Kabar burung selalu menyebar dengan cepat, apa mungkin dirinya sekarang akan dicap sebagai orang gila. Huh... kehidupan ini."Gue gak bilang lu gila. Gue, kan nanya kabar lu doang." Lucas kembali duduk."Gue baik kok. Makasih perhatiannya," jawab Hansel santai. "Gimana perjalanan lu mendaki sendirian waktu itu? Kok pulang-pulang jadi stress? Penjaga gunungnya gak suka sama lu apa kayak gimana?" Arga bertanya dengan santai sambil menghisap rok

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Kembali Asing

    Luna duduk di makam sang kakek, melamun memikirkan tentang dirinya bersama Hansel malam itu. Hansel mencoba menjelaskan semua yang terjadi, tapi sampai saat ini pun dirinya tidak bisa mengingat apapun. Ia tidak bisa mengingat kejadian apa saja yang terjadi malam itu bersama Hansel meskipun sudah berusaha keras memikirkannya. Lima hari sudah berlalu sejak Hansel pulang dari rumahnya. Tidak ada yang berubah dari kedatangan dan kepergian Hansel. "Kenapa aku harus terus memikirkannya? Dia hanyalah orang asing. Enyah sana dari kepala ku," usir Luna pada pikiran yang terus memikirkan Hansel. Ia bahkan memukul kepalanya itu. Langit tiba-tiba mendung dan awan hitam berdatangan dari segala arah menjadikan alam tampak lebih gelap, Luna menengadah terus memperhatikan langit. "Aku harus pulang sebelum hujan turun," gumamnya sambil berusaha berdiri. "Akhir-akhir hujan datang lebih sering, aku harap malam nanti akan ada hujan lagi, supaya semua orang bisa merasakan kedinginan yang selalu me

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Di Bawah Sinar Rembulan

    Hansel duduk di samping Luna. Luna pun tidak merasa risih dengan itu. Dua orang yang tidak saling mengenal itu duduk bersampingan di bawah sinar rembulan yang terang. Melewati jendela, mereka diam-diam menatap ke langit yang gelap, membiarkan diri mereka terpesona oleh keindahan rembulan yang mengambang di malam yang tenang. Meskipun mereka tidak saling mengenal, tapi mereka merasa terhubung oleh keajaiban alam yang sama, yang sama-sama menarik perhatian mereka ke langit malam yang indah. Hansel, sosok yang tegap dan tenang, dengan tatapan yang dalam dan serius. Ia tengah berpikir keras, menerka maksud perkataan Luna beberapa saat yang lalu Sementara itu, Luna yang duduk di sampingnya terlihat anggun dan lembut, dengan senyuman kecil di wajahnya yang menunjukkan kekagumannya akan keindahan alam. Meskipun mereka tidak berbicara satu sama lain, namun keduanya merasa ada ikatan yang tak terucapkan di a

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Mungkinkah Benar?

    "Hansel, kamu tidurlah di kamar depan, ya!" Natasha memegang punggung Hansel seraya mendorongnya untuk maju mendekati kamar depan.Hansel berjalan, tapi entah kenapa, ia merasa enggan untuk itu. Terlebih setelah mendapat tatapan dingin dari Luna, matanya yang seakan-akan berbicara bahwa dirinya tidak boleh masuk ke kamar itu."Jika aku tidur di sini, lalu di mana Luna tidur nanti?" tanya Hansel di ambang pintu. Firasatnya mengatakan untuk tidak masuk ke dalam kamar, hawa hawa berbeda sudah terasa melewati celah-celah pintu. Ketakutannya semakin menjadi setelah menyadari bahwa hanya kamar depan saja yang memakai pintu, sementara kamar lainnya hanya menggunakan gorden.Natasha sontak menoleh pada Luna. "Ah, jangan hiraukan dia. Dia bisa tidur di mana pun. Di kursi juga bisa. Dia tipe orang yang tidak mempermasalahkan tempat tidur.""Tidak perlu sungkan. Ini adalah bentuk kami menghormati tamu." Natasha meyakinkan Hansel dan menepuk-nepuk p

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Menginap

    "Jika kau bukan kuntilanak, kenapa kau duduk di sini?" tanya Hansel terus memperhatikan Luna dari ujung kepala hingga ujung kakinya."Dan kenapa kau tidak menggunakan alas kaki jika kau memang manusia?"Luna langsung menunduk melihat kakinya yang kotor dan tak mengenakkan sandal."Kau pasti kuntilanak penunggu makam ini, kan?""Apa kuntilanak bisa bahasa manusia?" tanya balik Luna dengan tatapan dingin dan wajah datarnya.Hansel langsung terdiam, memikirkan pertanyaan Luna."Tentu saja bisa. Secara dia, kan juga awalnya manusia biasa. Tapi dia meninggal dan tidak menerima kematiannya itu, makanya dia jadi kuntilanak.""Memangnya kau pernah berbicara dengan kuntilanak?" tantang Luna, dan spontan Hansel pun menggelengkan kepalanya."Kau hanya membuang-buang waktu ku," sarkas Luna sambil melenggang pergi melewati Hansel.Saat melewatinya, Hansel menoleh pada Luna, matanya terbelalak tatkala melihat wajah L

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Pertemuan Pertama

    Sejak usia 15 tahun, ketika Tia, sang kakak telah menikah, Luna dipindahkan kamarnya ke kamar depan, bekas sang kakak. Sementara kamarnya yang dulu digunakan oleh kedua adiknya.Kamar depan yang kini menjadi milik Luna tampak seperti kamar biasa pada umumnya. Namun, ada aura yang berbeda di dalamnya, sebuah kegelapan yang tak terlihat namun bisa dirasakan. Di sudut kamar, sebuah meja kecil yang berantakan dengan buku-buku dan coretan pensil yang membentuk kalimat-kalimat yang tak berarti, menciptakan kesan kekacauan.Namun, di tengah kamar berdiri sebuah tempat tidur yang menjadi saksi bisu atas mimpi buruk yang Luna alami setiap saatnya.Cahaya rembulan dan matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela, kerap menyinari wajah Luna yang terbaring lemah. Suara angin berdesir lembut dan bayang-bayang yang bergerak tanpa arah, menambah kegelisahan Luna. Setiap saat Luna selalu merasa gelisah. Tidur siang dan malamnya s

  • JANGAN AMBIL TUBUHKU    Jangan Ambil Tubuhku

    Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun belum terbit, hanya ada angin dingin yang bertiup kencang di temani oleh bulan yang cantik di atas sana, Natasha saat ini sedang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam tangan Luna begitu kuat.Ia sudah lelah dan ia sudah jengah dengan semua kesialan hidupnya yang ditimbulkan oleh Luna, maka dari itu, ia telah memikirkan berkali-kali tentang keputusannya saat ini, dan karena pertengkaran dirinya dan sang suami semalam, kini ia telah yakin tentang keputusannya terhadap kehidupan Luna."Bu, kita mau pergi ka mana?" Gadis kecil itu tak berhenti bertanya sejak ibunya memaksanya bangun."Kamu diam aja deh. Nanti juga kamu tahu sendiri. Gak usah keluarkan suara mu itu, bikin Ibu makin kesel aja tau gak," jawab Natasha dengan ketus.Walau dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan, pada akhirnya Luna memilih diam setelah sang ibu berkata seperti itu.Hanya menghabiskan waktu sepuluh menit, kini Natasha telah sampai di rumah ibunya

DMCA.com Protection Status