Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 68Pov AuthorKini sudah satu minggu Nunik berada di rumah Hendra. Itu artinya ia akan segera bebas dari perbudakan yang tidak diharapkannya itu. "Ugh! Akhirnya bebas juga dari tempat seperti neraka ini," ucapnya girang. Ia sangat senang bisa keluar dari rumah Hendra. Dengan begitu, ia tidak lagi menjadi budak mereka. Begitu sudah berada jauh dari kompleks , sembari menunggu angkutan umum ia menghentikan langkah kakinya lalu meregangkan otot-otot di tubuhnya karena sudah lelah berjalan kaki jauh. Karena selama di sana sudah seperti robot yang tidak pernah berhenti bekerja. Berhenti hanya ketika tidur malam, itu pun terbatas.Sudah berpuluh-puluh menit lamanya ia menunggu kedatangan angkot, namun tak satupun yang melintas di depannya. Nunik sudah tidak punya uang lebih, oleh sebab itu ia rela menunggu kedatangan angkot daripada naik ojek online. Karena matahari telah meninggi dan rindu dengan rumah, ia memutuskan beranjak dari pohon di pinggir jal
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 69Pov AuthorSenja mulai menghiasi cakrawala ketika Nunik menginjak kaki di rumahnya Begitu turun dari motor dan membuka helm yang dikenakannya, ia cukup kaget dengan pemandangan rumahnya yang ditinggalkan selama seminggu itu. Kaget di wajah berubah menjadi kesal. Menambah daftar emosi yang ada sebelumnya. Dengan kasar ia mengembalikan helm kepada sopir ojek. Ya, setelah dieksekusi satpam, dirinya ditinggal begitu saja dengan hanya dikasih uang secukupnya untuk ongkos ojek. Itu saja sudah membuat dirinya emosi, kini ditambah lagi keadaan rumah yang semakin berantakan menurutnya. Tentu, amarah itu bertambah berkali lipat.Begitu mendengar ada suara motor di luar, Bu Saropah mengintip dari jendela. Ia tak berkedip sama sekali, ketika tahu bahwa suara motor tersebut berasal dari kendaraan milik kang ojek yang menurunkan Nunik. Rasa kecewa, marah dan tidak suka terhadap Nunik yang sedari seminggu lalu sudah sirna, kini kembali menggelayuti hati Bu Sar
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 70Pov AuthorBerbulan-bulan telah berlalu. Nabila sudah berbaikan dengan Fathan. Namun, sebatas urusan tentang mereka berdua. Tidak berlaku untuk Nunik, Bu Saropah dan Risma. Terhadap ketiga orang tersebut, Nabila masih enggan membukakan pintu hatinya. ****"Hoek… hoek!" Pagi itu, saat sedang memasak menu untuk sarapan, tiba-tiba saja Nabila merasakan mual. Ada sesuatu yang mengaduk-aduk di dalam perutnya. Sontak, hal itu membuatnya kaget. Pasalnya, ia sama sekali tidak merasakan gejala apapun dan belum pernah mual sekalipun sebelumnya. Karena Nabila selalu menjaga pola makan dan kesehatannya, sehingga ia terjaga dari yang namanya asam lambung naik.Dengan kedua tangan yang masing-masing memegang perut dan mulut, ia berlari ke arah wastafel. Guna menumpahkan isi perut yang sudah berada di ujung tenggorokan. Fathan yang berada tidak jauh dari dapur, langsung berlari dan menghambur ke arah Nabila begitu mendengar suara mual istrinya. Ia dengan cekat
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 71Pov Author"Aaaa…." Nabila berteriak senang, setelah garis dua terpampang di depan matanya. Ia segera keluar dari kamar mandi dan melakukan sujud syukur. Kini, tangisnya tak terbendung lagi. Sesuatu yang sedari dulu mereka tunggu-tunggu telah tiba. Keinginan dan permohonannya sudah dikabulkan. Setelah mensyukuri nikmat dengan sujud syukur, Nabila bangkit. Kemudian menyusut air mata kebahagiaannya dengan perlahan-lahan karena tidak ingin melewatkan momen penuh kebahagiaan dengan begitu cepat. Karena takut waktu subuh berlalu cepat dan sebagai hamba yang taat, Nabila pun menyegerakan diri untuk sholat subuh di awal waktu. ****Siang harinya.Kini Nabila sudah berada di klinik. Perempuan cantik itu datang seorang diri. Bukan Fathan tidak mau mengantarkan, bukan. Tapi, Nabila memilih untuk sendiri saat ini. Sebab, dia tidak mau suaminya merasa kekecewaan di saat mengetahui bahwa dirinya tidak hamil. Nabila, sengaja datang sendiri untuk memastikan bah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 72Pov Author"Kami punya kabar gembira, Bu. Kami—" Tiba-tiba adzan maghrib berkumandang baik di rumah Nabila maupun Nunik. Terpaksa Fathan menghentikan ucapannya, agar bisa leluasa menjawab setiap kalimat adzan. Begitu selesai adzan, ia kembali melanjutkan obrolan jarak jauhnya tersebut. Sebenarnya ia ingin melanjutkan nanti saja, tapi tidak mau membuat Bu Saropah penasaran. "Kami in Syaa Allah akan segera menjadi orang tua sembilan bulan ke depan, Bu." Bu Saropah yang mendengarnya di seberang sana mengerjap beberapa kali, seperti orang yang cengo. Mencerna apa yang diucapkan oleh anaknya. Namun, ia segera sadar. "Benarkah?" tanyanya memastikan, meskipun sedikit ragu."Benar, Bu! Nabila sedang mengandung cucu ibu satu bulan lebih." Mendengar penjelasan tersebut, Bu Saropah sangat senang sekali. Bahkan, kini ia meneteskan air mata bahagia. Ia benar-benar tidak menyangka akan segera memiliki cucu dari Nabila."Ya sudah dulu, Bu! Sudah maghrib. Ibu tolo
Izinkan Suamimu Menikah LagiPov AuthorBab 73"Dari mana, Bu? Bukannya jagain Risma malah ngeluyur!" Nunik menghadang kedatangan Bu Saropah di depan pintu. "Eh, jangan sembarangan, ya, kamu! Aku bukan keluyuran sepertimu. Tapi, aku menengok calon cucuku," sanggah Bu Saropah. 'Fathan menikah lagi?' batin Nunik mengada-ada. "Bentar-bentar, Bu! Calon cucu? Mas Fathan punya anak lagi dari istri lain?" tanya Nunik kacau membuat Bu Saropah menggelengkan kepalanya, detik kemudian tangan kanannya tergerak untuk menggeplak kepala lawan bicaranya tersebut. "Duh! Kok digeplak, sih, Bu? Aku tanya baik-baik, lho!" protesnya, hal itu membuat Bu Saropah berhenti. Padahal, niatnya mau terobos saja tubuh Nunik yang masih berdiri di ambang pintu. "Baik-baik apanya? Gak gitu caranya! Memangnya kamu mau punya adik madu?. Dah, minggir!" Dengan terpaksa Nunik mundur, karena Bu Saropah benar-benar menerobos ke arahnya."Lalu calon anak dari siapa? Nabila? Gak mungkin! Dia kan mandul, mana bisa?" cerca
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 74Pov Author"Mbak Yu Saropah?" Bu Saropah bengong melihat siapa yang memanggilnya. "Yu Karti?" jerit Bu Saropah begitu tahu yang menyapanya adalah tetangganya yang beberapa tahun lalu pindah ke daerah lain. Namun, kini kembali ke daerah sini lagi."Lagi belanja?" Perempuan yang dipanggil Yu Karti itu mendekat. Ia yang sudah selesai belanja dengan kedua tangannya menenteng barang, segera menurunkan di tanah. Lalu, mengulurkan tangan pada perempuan yang baru saja menyapanya."Iya, Yu! Aku lagi belanja untuk dagang di sekitar rumah…." Bu Saropah menggantungkan ucapannya karena tidak ingin Bu Karti mengetahui tentang keberadaannya yang tinggal di rumah Nunik.Bu Saropah tidak ingin Yu Karti mengetahui tentang pernikahan Fathan dan Nunik. Sebab, dulu Nunik adalah wanita yang tidak direstui olehnya. "Kenapa?" Bu Karti penasaran akan perubahan wajah dan sikap teman kecil sekaligus tetangganya dulu itu. "Ah, nggak! Aku selesaikan belanjaan ini dulu. N
Izinkan Suamimu Menikah LagiPov Bu Saropah"Yu, aku pamit pulang dulu, ya! Assalamu'alaikum." Setelah mendengarkan ucapan Yu Karti yang panjang dan lebar itu, aku mulai menyadari ternyata Nabila memang lebih baik dari Nunik. Rasa bersalah di hati ini terhadap Nabila kian membuncah.Sepanjang perjalanan, perasaanku tak karuan rasanya. Ada sakit hati dan kecewa terhadap diri sendiri serta nelangsa membayangkan jika aku berada di posisi Nabila dan perasaan lainnya yang aku sendiri bingung menjabarkannya. Aku berusaha menahan tangis yang hampir-hampir saja jatuh saking kuatnya rasa penyesalan ini. Untung saja jalanan sepi dan aku hanya menjinjing belanjaan di satu sisi, sehingga bisa leluasa mengelap tangis yang berhasil lolos di salah satu ujung mataku tanpa merasakan malu sedikitpun. Tak lupa aku menepuk-nepuk dada agar rasa sesak ini segera hilang. Aku ingin segera pergi dari tempat ini, tempat yang menyadarkan aku dari kesalahan pada Nabila. Awalnya aku berniat langsung pulang sa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 113"Apa maksudmu membawa Risma di rumah ini? Apakah tidak tempat lain lagi, hah? Apa-apa itu dibicarakan terlebih dahulu, jangan main ambil keputusan sendiri! Gak menghargai suami banget! Mentang-mentang yang sertifikat rumah atas namamu." Fathan marah karena Nabila tidak membicarakan hal ini padanya. "Kamu kenapa, sih, Mas! Risma tuh anakmu, lho! Kok gak ada rasa sayang-sayangnya sama sekali, sih! Aku aja yang bukan siapa-siapanya dia aja kasihan kok. Lagian, Risma siapa yang mau mengurusnya? Orang lain? Apa itu gak salah, hah! Sedangkan bapaknya saja masih hidup. Aneh! Aku gak habis pikir deh sama kamu, Mas!" Nabila yang hendak menyuap makanan di mulutnya pun urung. Ia sudah tidak selera karena omongan suaminya itu. Lalu, ruang makan pun menjadi hening. Fathan lamat-lamat memikirkan ucapan istrinya itu dengan tanpa emosi, sedangkan Nabila mogok bicara. *****Pada pagi harinya, setelah membujuk Fathan sedemikian cara, Nabila dan Fathan bersiap-sia
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 112Dua hari telah berlalu, acara tahlilan dan mengirim doa untuk Nunik masih berlangsung. Pagi ini, Nabila berencana menghubungi suaminya Farah—teman semasa kuliah—yang berprofesi sebagai notaris . Tujuannya adalah membalikkan nama sertifikat tanah dari milik Bapak Nunik menjadi namanya sesuai perjanjian yang dibuatnya bersama Nunik saat menanggung biaya rumah sakit. Karena jumlah uang yang dikeluarkan Nabila sudah setara harga tanah itu pada umumnya. Bukan terkesan serakah akan harta atau penilaian sejenisnya, Nabila melakukan hal itu di saat kuburan Nunik basah adalah agar keluarga Nunik tidak merecoki urusannya itu. Dan ia juga tidak ingin terlihat masalah dalam urusan rebutan harta di keluarga Nunik. "Assalamu'alaikum, Farah!" Nabila sangat antusias saat obrolan itu sudah terhubung. "Wa'alaikumussalaam, Bila! Kamu gimana kabarnya? Kok gak pernah nelepon aku, sih? Somse, deh!" Farah di sana berpura-pura menggerutu. "Haha, bisa aja kamu. Kabark
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 111"Mas, aku gak bisa ikut masuk, ya? Temenku dirawat di sini juga, lagian di ICU gak boleh lebih dari satu orang." Nabila minta izin saat keduanya tiba di depan ICU. Terpaksa, Fathan pun masuk ke dalam ICU sendirian. Setelah memakai perlengkapan sebagai penjenguk di dalam ICU , ia mendekati Nunik yang kebetulan melek tanpa ventilator. "Mas…," sapa Nunik lirih. Fathan yang tidak benar-benar memaafkan Nunik pun hanya diam tidak menanggapi sapaan itu. Beruntung, Bu Saropah dan Nabila tidak berada di ICU, sehingga ia tidak perlu berpura-pura. Nunik bahagia dengan kedatangan Fathan. Satu detik, dua detik hingga bermenit-menit lamanya, Nunik menunggu Fathan menjawab sapaannya. Namun, tak kunjung dijawabnya. Rasa bahagia itu hilang berganti sedih juga kecewa. "Kamu senang bisa menipu semua orang?" Pertanyaan datar Fathan dengan tanpa meliriknya sedikitpun membuat Nunik yang sedari tadi terabaikan hatinya menjadi perih seketika. "Pertanyaan macam apa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 110Drrt! Drrtt! "Mas Fathan telepon, Bu!" Nabila keluar dari ICU dengan membawa tas selempangnya. "Assalamu'alaikum, ya gimana, Mas?" Nabila sudah berada di lobby menuju UGD. "Wa'alaikumussalam. Kamu di mana? Kenapa rumah gelap gulita begini?" Nabila menepuk jidatnya, saking menyelami perasaan iba yang tiba-tiba hadir terhadap Nunik, ia lupa bahwa waktu sudah sore. "Maaf, mas! Satu jam lagi aku sampai di rumah." Nabila segera mematikan teleponnya agar bisa dipakai untuk memesan taksi online. Ia tidak mempedulikan Fathan yang sudah pasti emosi sebab tidak ada izin keluar rumah, terbukti dari suara Fathan terdengar penuh amarah. Sambil menunggu taksi, Nabila mengabari Bu Saropah melalui pesan. Bahwa, ia akan pulang karena sudah ditelepon Fathan. Waktu berlalu cepat, adzan maghrib berkumandang tepat saat Nabila sampai di rumah. "Assalam…." "Dari mana kamu?" Belum sempat menyelesaikan salamnya, Fathan sudah membentak Nabila tepat saat pintu itu se
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 109Walaupun sempat terjadi masalah kecil, Bu Saropah berhati-hati agar tidak terulang kembali. Beruntung, dagangannya cepat habis. Dengan begitu, ia dimiliki waktu senggang untuk menjenguk Nunik. Tak ingin berlama-lama, ia langsung membereskan dan membersihkan bekas dagangnya. Selesai, ia langsung beranjak menuju rumah Nunik. Sebenarnya masih bisa dibilang dekat jika hanya berjalan kaki, tapi ia memilih menaiki ojek agar lebih cepat. Tak butuh lama, Bu Saropah sudah sampai di rumah Nunik. Segera saja, ia mengetuk pintu. "Apa dia tidur, ya?" Setelah beberapa kali salam dan mengetuk pintu, Nunik tidak segera membukakan pintunya. "Jangan-jangan…." Bu Saropah segera berlari dengan begitu paniknya ke belakang rumah dan masuk lewat pintu dapur sebab pintu depan dikunci. Beruntung, pintu belakang tidak terkunci. "Assalamu'alaikum, Nunik! Ima!" Bu Saropah tergesa-gesa masuk, ia memindai semua ruangan, berharap menemukan mereka.Bu Saropah cara mengecek d
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 108Nabila yang tidak ingin moodnya rusak, segera menurunkan egonya dengan tidak menanggapi omongan Fathan. Terlebih lagi, Fathan sudah meninggalkan dirinya sendirian. Lebih tepatnya kabur. Akan tetapi…."Bukan hasil dari perselingkuhanmu, kan?" Fathan yang sudah berlalu, kini kembali di hadapan Nabila. Membuat Nabila melototkan matanya, detik kemudian ia murka. "Apa-apaan kamu, Mas?! Aku tidak seperti itu, ya! Jangan seperti ibu yang main tuduh-tuduh, bisa gak? Aku tidak sebejat itu, apalagi untuk membiayai orang yang kubenci, ngerti!" Brak! Nabila menggebrak meja sebelum meninggalkan Fathan. Ia yang benar-benar tersinggung, sama sekali tidak merasakan panas dan sakit di tangannya akibat gebrakan itu. Bukan hanya karena pertanyaan itu ia menjadi tersinggung, tapi juga merasa tidak dihargai padahal sudah mau membiayai Nunik yang notabenenya adalah musuhnya.Malam itu dua insan manusia saling berdiam diri, Fathan dan Nabila hingga pagi menjelang. Ke