Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 95"Gak! Itu gak mungkin, kamu pasti bohong, kamu fitnah Nunik!" Bu Saropah menyanggah ucapan temannya Nunik."Tega-teganya kamu memfitnah menantuku, padahal kamu mengaku temannya. Teman macam apa itu?" Bu Saropah menatap nyalang ke arah perempuan yang bernama Rena tersebut.Perempuan itu hanya tersenyum tipis saat mendapatkan tuduhan dari Bu Saropah itu. "Untuk apa saya memfitnah menantu Ibu? Ada untungnya juga nggak! Kalau tidak percaya, coba Ibu lihat ini!" Dengan penuh ketenangan, Rena menyerahkan handphonenya yang berisi salah satu cuplikan video Nunik bersama laki-laki yang penyewa tubuhnya.Bu Saropah menontonnya dengan tubuh bergetar hebat. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutup mulut karena syok. Betapa tidak, wanita yang dulu sangat dibanggakan di depan Fathan dan Nabila, rupanya hanyalah seorang perempuan murahan yang mengobral tubuhnya ke laki-laki lain."Ini tidak benar. Tidak, tidak! Kamu pasti bohong, kamu pasti mengeditnya karena ga
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 96"Ibu menyesal sudah menikahkan kamu dengannya, Than. Ibu juga menyesal karena tidak pernah mau mendengarkan protes kalian saat itu. Rasanya ibu menjadi manusia bodoh sedunia karena sudah berhasil ditipu mentah-mentah olehnya. Harusnya ibu sadar saat ia memaksa untuk menikahkan denganmu, bahwa ia bukan wanita baik-baik." Tatapan Bu Saropah kosong, tak terasa air mata menetes di salah dari sudut matanya. Mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan sang ibu, hati Fathan dan Nabila panas. Mereka berdua terbayang-bayang kejadian berbulan-bulan lampau. "Ibu kenapa menangis dan mengadu kepada kami? Apakah keberadaan ibu ke sini hanya untuk memperdalam rasa sakit ini, Bu?" tanya Nabila sambil menatap malas ke arah istrinya."Tidak, Nduk. Bukan begitu." Bu Saropah tergagap. Tiba-tiba ketakutan akan diusir menyergap di dadanya. "Ibu menceritakan itu sebagai alasan ibu untuk tinggal bareng lagi dengan kalian. Ibu mohon, izinkan untuk tinggal di sini lagi.
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 97"Bu, apa ini ya rumah sakit tempat Nunik di rawat?" Pak Warsiman memindai sekelilingnya, ia berharap menemukan keberadaan Bu Saropah. Ia dan istrinya saat ini sedang berada di rumah sakit tempat sang keponakan dari pihak istrinya di rawat. "Ih, Bapak ngapain nanyain keponakanmu, sih? Kita ke sini tuh untuk jenguk Andini. Gak usahlah ngurusin orang yang satu itu. Kan udah ada yang ngurus." Bu Romlah mencak-mencak. Ia tidak terima jika suaminya mengalihkan fokusnya untuk keluarga yang sudah dibencinya itu. Pak Warsiman tidak mendengarkan apa yang istrinya ucapkan. Ia memilih bungkam, karena berada di rumah sakit. Selain itu, ia tidak ingin telinganya panas sebab suara yang keluar dari mulut Bu Romlah begitu memekakkan telinganya. Setibanya di ruang rawat Andini, keponakan Bu Romlah, Pak Warsiman pura-pura berkepentingan di toilet. Padahal yang sebenarnya adalah, ia mencari tahu keberadaan Nunik di rumah sakit ini melalui resepsionis di UGD. Walaup
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 98"Haha…haha…. Anda lucu sekali! Kami sampaikan fakta, ngakunya keluarga. Giliran dimintai pertolongan, gak mau tahu. Gak usah melindungi orang yang jelas-jelas sudah berbuat zina, Pak!" Nabila menatap tajam Pak Warsiman."Sekali lagi Anda menggertak kami, justru saya yang akan melaporkan Anda dengan tuduhan melindungi pelaku pezina. Sudah banyak bukti bahwa yang kami omongkan adalah kebenaran. Silahkan tanya teman-teman Nunik, kalau tidak percaya. Toh, kami memfitnah pun tidak ada untungnya. Dan satu lagi, jangan pernah meminta dan memaksa dari kami untuk menjaga Nunik di sana. Bapak sekarang pergi dari sini, pergi!" Nabila benar-benar meradang, dadanya naik turun menyimbangi irama napas yang tidak beraturan. Pak Warsiman sudah tidak berkata-kata lagi, dia kehabisan kata-kata. Dengan wajah memerah, laki-laki itu pergi tanpa permisi. Pakdenya Nunik langsung menggeber motornya meninggalkan rumah Nabila. Tanpa memperhatikan kepergian Pak Warsiman,
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 99Sepeninggalnya Tejo, dokter masuk memeriksa kondisi terbaru Fathan. Saat ini Fathan sudah sadar."Keluarganya Saudara Fathan?" Dokter sudah selesai memeriksa Fathan. "Ya, kami, dok! Bagaimana kondisi suami saya?" Nabila mendekat, sementara Bu Saropah masih diam duduk di kursi dan menatap nanar ke arah brankar Fathan. "Sudah stabil tekanan darah dan jantungnya. Setelah ini, akan kami x-ray dan city scan, takutnya ada apa-apa di kepala. Untuk luka luar, tidak parah, biasa saja. " Setelah menyampaikan itu, dokter nampak berbisik-bisik kepada tim perawat. Tak berselang lama, para perawat dengan sigap mempersiapkan Fathan menuju ruang x-ray. "Kita ikut gak, Mbak?" Nabila membuntuti salah satu perawat seumurannya yang tertinggal di belakang. "Mbaknya tunggu di luar saja ya. Kita hanya sebentar saja. Takutnya kalau banyak orang, nanti malah menghambat prosesnya. Jika ada apa-apa, pasti kami hubungi Mbaknya. Permisi." Mendapat penolakan, Nabila pun akh
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 100Sementara itu, Pak Warsiman sudah tidak kuat menahan rasa sakit hati terhadap Nunik. Maka dari itu, Ia segera bergegas menuju parkiran begitu selesai melapor pada perawat. Sesampainya di parkiran, Pak Warsiman meluapkan amarahnya. Segala permasalahan masa lalu yang membuatnya sakit hati hingga sekarang tiba-tiba muncul kembali di kepalanya. Flashback on. Tok! Tok! Tok!"Kang, ada di rumah gak?" Petang menuju maghrib, Bapaknya Nunik menyambangi rumah Pak Warsiman."Ya, bentar! Ada apa, Lek?" Pak Warsiman memanggil Paklek kepada adik iparnya, untuk membahasakan putranya."Anu… Kang, aku pinjam dua ratus ribu ada gak, untuk tamasya SMP-nya Nunik? Panenku masih lama, Kang. Kasihan Nunik, Kang. Dia pasti malu kalau gak ikutan." Bapaknya Nunik memasang wajah memelas saat keduanya sudah duduk bersama di ruang tamu."Aduh, gimana ya? Ada sih, tapi...." "Aku mohon, Kang! Janji secepatnya aku bayar. Panennya paling tiga atau empat hari lagi, sedangkan N
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 101"Sadar gak, Mas? Mikirin kesalahan ibu saja bisa membuat kecelakaan, itu artinya?" Fathan kembali menghadap ke arah Nabila. Ia tertarik dengan pembahasan ini. "Aku harus menerima takdir adanya Nunik tanpa menyalahkan ibu, begitu? Belum bisa!" tebaknya yang hanya diangguki oleh Nabila. "Suamiku ternyata cerdas! Gak menyesal bersuamikan kamu, Mas!" kelakarnya sukses membuat Fathan cemberut dan itu malah menyemangati Nabila untuk kembali meledeknya. "Uluh, uluh! Suamiku bisa juga ngambeknya," ledeknya seraya menoel hidung Fathan. "Ngomong-ngomong, kemarin sore aku nelpon orang-orang teman kamu, lho. Khawatir, tahu!" lanjutnya dengan pura-pura merengut. "Cie, istriku khawatir, nih, ye! Udah, yang penting kan kita udah berduaan gini sekarang." Fathan meraih tangan Nabila lalu menciumnya. Hal ini menimbulkan pipi Nabila yang bersemu merah. "Kenapa dari dulu kita gak ngurus BPJS ya?" Fathan menerawang ke atas, ia membayangkan jumlah tagihan yang ha
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 102"Hm, minta nomornya Nunik, Bu!" Nabila tengadahkan tangannya pada Bu Saropah. Bu Saropah memang belum tahu apa maksud Nabila, tapi ia menurut saja. Sejurus kemudian, Nunik pun segera mengotak-atik HP Bu Saropah dan mengetikkan sesuatu pada HP miliknya. Tut! Tut! "Halo…." Walaupun nomor Nabila asing bagi Nunik, tapi pada deringan pertama, Nunik langsung mengangkatnya. "Nunik! Cepat kirimkan nomor Pakdemu itu, Pak Warsiman!" Klik. Sambungan telepon segera Nabila matikan sepihak, tanda tidak ingin menerima bantahan dari Nunik.Di atas ranjang pasien, Nunik yang sudah dilepas infus pun segera melaksanakan perintahkan oleh mbak madunya itu. Padahal, ia tidak tahu apa yang akan Nabila perbuat dengan nomor itu. Kendatipun Nunik tidak akur dan dekat dengan keluarganya, beruntung ia sempat menyimpan nomor Pak Warsiman. Meskipun seperti tak berfungsi. Klunting! Tak sampai satu menit, Nunik sudah mengirimkan nomor Pak Warsiman. "Tumben gak bantah tuh o
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 113"Apa maksudmu membawa Risma di rumah ini? Apakah tidak tempat lain lagi, hah? Apa-apa itu dibicarakan terlebih dahulu, jangan main ambil keputusan sendiri! Gak menghargai suami banget! Mentang-mentang yang sertifikat rumah atas namamu." Fathan marah karena Nabila tidak membicarakan hal ini padanya. "Kamu kenapa, sih, Mas! Risma tuh anakmu, lho! Kok gak ada rasa sayang-sayangnya sama sekali, sih! Aku aja yang bukan siapa-siapanya dia aja kasihan kok. Lagian, Risma siapa yang mau mengurusnya? Orang lain? Apa itu gak salah, hah! Sedangkan bapaknya saja masih hidup. Aneh! Aku gak habis pikir deh sama kamu, Mas!" Nabila yang hendak menyuap makanan di mulutnya pun urung. Ia sudah tidak selera karena omongan suaminya itu. Lalu, ruang makan pun menjadi hening. Fathan lamat-lamat memikirkan ucapan istrinya itu dengan tanpa emosi, sedangkan Nabila mogok bicara. *****Pada pagi harinya, setelah membujuk Fathan sedemikian cara, Nabila dan Fathan bersiap-sia
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 112Dua hari telah berlalu, acara tahlilan dan mengirim doa untuk Nunik masih berlangsung. Pagi ini, Nabila berencana menghubungi suaminya Farah—teman semasa kuliah—yang berprofesi sebagai notaris . Tujuannya adalah membalikkan nama sertifikat tanah dari milik Bapak Nunik menjadi namanya sesuai perjanjian yang dibuatnya bersama Nunik saat menanggung biaya rumah sakit. Karena jumlah uang yang dikeluarkan Nabila sudah setara harga tanah itu pada umumnya. Bukan terkesan serakah akan harta atau penilaian sejenisnya, Nabila melakukan hal itu di saat kuburan Nunik basah adalah agar keluarga Nunik tidak merecoki urusannya itu. Dan ia juga tidak ingin terlihat masalah dalam urusan rebutan harta di keluarga Nunik. "Assalamu'alaikum, Farah!" Nabila sangat antusias saat obrolan itu sudah terhubung. "Wa'alaikumussalaam, Bila! Kamu gimana kabarnya? Kok gak pernah nelepon aku, sih? Somse, deh!" Farah di sana berpura-pura menggerutu. "Haha, bisa aja kamu. Kabark
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 111"Mas, aku gak bisa ikut masuk, ya? Temenku dirawat di sini juga, lagian di ICU gak boleh lebih dari satu orang." Nabila minta izin saat keduanya tiba di depan ICU. Terpaksa, Fathan pun masuk ke dalam ICU sendirian. Setelah memakai perlengkapan sebagai penjenguk di dalam ICU , ia mendekati Nunik yang kebetulan melek tanpa ventilator. "Mas…," sapa Nunik lirih. Fathan yang tidak benar-benar memaafkan Nunik pun hanya diam tidak menanggapi sapaan itu. Beruntung, Bu Saropah dan Nabila tidak berada di ICU, sehingga ia tidak perlu berpura-pura. Nunik bahagia dengan kedatangan Fathan. Satu detik, dua detik hingga bermenit-menit lamanya, Nunik menunggu Fathan menjawab sapaannya. Namun, tak kunjung dijawabnya. Rasa bahagia itu hilang berganti sedih juga kecewa. "Kamu senang bisa menipu semua orang?" Pertanyaan datar Fathan dengan tanpa meliriknya sedikitpun membuat Nunik yang sedari tadi terabaikan hatinya menjadi perih seketika. "Pertanyaan macam apa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 110Drrt! Drrtt! "Mas Fathan telepon, Bu!" Nabila keluar dari ICU dengan membawa tas selempangnya. "Assalamu'alaikum, ya gimana, Mas?" Nabila sudah berada di lobby menuju UGD. "Wa'alaikumussalam. Kamu di mana? Kenapa rumah gelap gulita begini?" Nabila menepuk jidatnya, saking menyelami perasaan iba yang tiba-tiba hadir terhadap Nunik, ia lupa bahwa waktu sudah sore. "Maaf, mas! Satu jam lagi aku sampai di rumah." Nabila segera mematikan teleponnya agar bisa dipakai untuk memesan taksi online. Ia tidak mempedulikan Fathan yang sudah pasti emosi sebab tidak ada izin keluar rumah, terbukti dari suara Fathan terdengar penuh amarah. Sambil menunggu taksi, Nabila mengabari Bu Saropah melalui pesan. Bahwa, ia akan pulang karena sudah ditelepon Fathan. Waktu berlalu cepat, adzan maghrib berkumandang tepat saat Nabila sampai di rumah. "Assalam…." "Dari mana kamu?" Belum sempat menyelesaikan salamnya, Fathan sudah membentak Nabila tepat saat pintu itu se
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 109Walaupun sempat terjadi masalah kecil, Bu Saropah berhati-hati agar tidak terulang kembali. Beruntung, dagangannya cepat habis. Dengan begitu, ia dimiliki waktu senggang untuk menjenguk Nunik. Tak ingin berlama-lama, ia langsung membereskan dan membersihkan bekas dagangnya. Selesai, ia langsung beranjak menuju rumah Nunik. Sebenarnya masih bisa dibilang dekat jika hanya berjalan kaki, tapi ia memilih menaiki ojek agar lebih cepat. Tak butuh lama, Bu Saropah sudah sampai di rumah Nunik. Segera saja, ia mengetuk pintu. "Apa dia tidur, ya?" Setelah beberapa kali salam dan mengetuk pintu, Nunik tidak segera membukakan pintunya. "Jangan-jangan…." Bu Saropah segera berlari dengan begitu paniknya ke belakang rumah dan masuk lewat pintu dapur sebab pintu depan dikunci. Beruntung, pintu belakang tidak terkunci. "Assalamu'alaikum, Nunik! Ima!" Bu Saropah tergesa-gesa masuk, ia memindai semua ruangan, berharap menemukan mereka.Bu Saropah cara mengecek d
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 108Nabila yang tidak ingin moodnya rusak, segera menurunkan egonya dengan tidak menanggapi omongan Fathan. Terlebih lagi, Fathan sudah meninggalkan dirinya sendirian. Lebih tepatnya kabur. Akan tetapi…."Bukan hasil dari perselingkuhanmu, kan?" Fathan yang sudah berlalu, kini kembali di hadapan Nabila. Membuat Nabila melototkan matanya, detik kemudian ia murka. "Apa-apaan kamu, Mas?! Aku tidak seperti itu, ya! Jangan seperti ibu yang main tuduh-tuduh, bisa gak? Aku tidak sebejat itu, apalagi untuk membiayai orang yang kubenci, ngerti!" Brak! Nabila menggebrak meja sebelum meninggalkan Fathan. Ia yang benar-benar tersinggung, sama sekali tidak merasakan panas dan sakit di tangannya akibat gebrakan itu. Bukan hanya karena pertanyaan itu ia menjadi tersinggung, tapi juga merasa tidak dihargai padahal sudah mau membiayai Nunik yang notabenenya adalah musuhnya.Malam itu dua insan manusia saling berdiam diri, Fathan dan Nabila hingga pagi menjelang. Ke