Tania sendiri juga tidak tahu harus mengatakan apa. “Dia baru dari sini mana mungkin dia tertangkap. Pasti ada yang melaporkannya,” terang Tania. “Dan itu pun dia tidak melakukannya, aku menyaksikannya. Aku saksinya,”“Kau sudah berapa lama?” tanya Sandra.“Lima belas menit aku mendengar kalian berdua,” tukas Tania.Kevin masih bingung dengan perkataan Tania sementara tante Miranti baru saja masuk ke dalam setelah membelikan beberapa camilan untuk Sandra. “Sandra, kau baik-baik saja?” tanya tante Miranti.“Aku baik-baik saja, tante.”Kedua mata Miranti melihat bergantian kepada Kevin, Tania dan Sandra. “Kalau Sandra baik-baik saja dan tidak terluka berarti dia di jebak. Kau tahu siapa pelakunya?” tanya Miranti yang tidak ingin memperkeruh suasana.Kevin menyadari penjelasan tante Miranti ia juga berpikiran yang sama dengan tante Miranti. “Tante benar. Tunggu, apa yang di lakukan Linda?” tanya Kevin kepada Sandra.“Linda mengakui kepadaku bahwa ia di suruh ibumu untuk membuatku mati!”
Mike yang tidak ikut bersama dengan bosnya secepat kilat ia harus meluncur ke Bank Mulya untuk membuktikan seluruh perkataan yang di berikan oleh Jo kepada dirinya. Dia menaiki taksi menuju Bank Mulya dan berharap ia bisa menemukannya.Sesuai dengan arahan yang di berikan oleh Jo, ia akhirnya sampai di Bank Mulya. Sebelum masuk saja ia sudah di sambut oleh petugas keamanan. “Hmm, bisa bertemu dengan customer service?” tanya Mike baik-baik.“Ada tujuan apa?”“Suruhan,” jawabnya sesuai dengan instruksi yang di berikan Jo kepada dirinya.“Aahh, tunggu sebentar.” Petugas tersebut yang mendengar kata ‘suruhan’ seakan mengerti, ia menghubungi pihak dalam dengan walkie talkie yang di pegangnya. Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit. “Silakan,” katanya yang memperbolehkan masuk.Mike yang melihat nama petugas keamanan tersebut hanya bisa menganggukan kepalanya, ia sendiri di arahkan ke bagian Very Important Person atau VIP di tempat yang berbeda seperti orang-orang biasanya.Mike duduk
Selama sisa perjalanan Mike membaca hasil dokumen tersebut secara seksama memang awalnya ia tidak terkesan namun lama kelamaan ia mengakui kasus tersebut sangatlah unik. “Woah, hebat ternyata,” tandasnya kepada dirinya sendiri.Taksi melaju ke depan sisa perjalanan Mike pergunakan untuk bisa beristirahat sejenak setelah beberapa hari ia tidak tidur dan menangkap penjahat yang sesungguhnya. Tak terasa mereka akhirnya sampai di depan kantor kepolisian pusat.Mike membayar tagihan taksi itu dan turun, beberapa mata memandangnya termasuk petugas polisi yang lainnya. Dengan bangga ia bisa membawa bukti yang akan membawa kasus malpraktik masuk ke persidangan.Di belakang Mike tersusul Kevin yang belum lama ia datang. “Pak Mike!” panggil Kevin. Dengan segera Kevin berlari mendekat kepada Mike yang juga baru saja sampai di kantor pusat kepolisian.Mike menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya, ia melihat Kevin. “Hai, Kev,” sapa Mike. Mike menunggu Kevin, kemudian ia meminta Kevin untuk
Bram yang mendengarnya tidak pusing lagi, beberapa petugas masuk dan membawa Jo keluar dari ruangan. Bram berdiri berhadapan dengan Mike sembari menyarungkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Mike sendiri bingung dengan sikap yang di berikan Bram kepada dirinya. “Ada apa ini, bos?”“Tugasku sudah selesai, Mike. Sekarang saatnya kita memberikan tugas yang menjadi bagian dari orang lain. Kau sudah bekerja denganku berapa lama?”“Dua belas tahun lebih.”“Polisi hanya menangkap dan menginterogasi secara sekilas, itu tugas seorang polisi. Namun, ada yang namanya penyidik dan pengacara. Penyelidikan di tugaskan secara menyeluruh kepada penyidik. Dan, pengacara untuk membela,” jelasnya di depan Mike.“Aahh yaa aku mengerti,” sahut Mike.“Paham?”“Ya aku paham tapi siapa yang memberitahukannya?”“Aku yang memberitahu kepada Erick untuk memberitahu kepada penyidik yang bertugas. Maka dari itu Hendra akan berhadapan lagi dengan Johana. Aku tidak tahu siapa yang membelanya namun kita doak
Dengan langkah gontai mereka akhirnya keluar dari kantor polisi pusat menuju tempat yang santai untuk mereka bisa berbicara dengan santai. Hendra sendiri sudah mantap bahwa ia harus bekerja sama dengan baik terhadap Johana.Hendra yang membawa mobil menawarkan diri. “Naik saja mobilku,” usul Hendra,“Kita mau kemana?” tanya Johana.“Café kesukaanmu, bukan?” ulang Hendra.Johana menganggukkan kepalanya mereka masuk ke dalam mobil. Hendra menstarter mobilnya dan melaju menuju café kesukaan Johana. Mobil mereka berhenti di depan Café n Resto Taula.Johana dan Hendra masuk ke dalam café. Seperti biasa Johana memilih tempat paling pojok. Pelayan café menghampiri mereka sembari menyodorkan menu. Baik Johana dan Hendra memesan dua minuman yang berbeda. “Apa yang ingin kau ketahui?” tanya Hendra.“Yang tadi aku tanyakan. Hanya itu yang perlu aku ketahui,” terang Johana.“Tentang Jo yang melindungi Indy dan tidak menghentikannya?” tanya Hendra.“Ya.”Hendra akhirnya memberitahu mengapa Jo meli
Bram yang sudah menerima bukti-bukti tersebut akhirnya berusaha untuk menyingkap semua rahasia yang selama ini terjadi. Penemuan bukti yang kuat membuat mereka sudah siap untuk menangkap Dr. Frederick.Linda yang sudah membuat kesaksian akhirnya di bebaskan berkat bantuan Kevin dan Tania yang hadir dengan bukti bahwa Linda tidak melakukan apa-apa terhadap Sandra. “Kau baik-baik saja?” tanya Tania.“Terima kasih. Kalau tidak mungkin aku sudah mendekam di dalam penjara,” cakap Linda.Linda sendiri masih sedikit pusing dengan kejadian yang menimpa dirinya beruntung saja Kevin dan Tania sigap untuk mengeluarkan Linda dari kantor polisi. “Lain kali berhati-hati,” ujar Tania.Mata Linda nyalang mencari Kevin. “Dimana Kevin?” tanya Linda yang penasaran.Tania sedikit bingung menjelaskannya tapi ia harus memberitahunya. “Kevin menuju kantor pusat polisi, ia menerima kabar bahwa mereka telah menemukan bukti penting,” ujarnya yang memberitahu.Linda yang mendengarnya melihat ke Tania. “Kau seri
Bram menyeringai lebar melihat Ferdiansyah yang tertangkap. “Kau ingin kabur tapi tidak melihat tempatnya. Bagaimana bisa kau lolos dari gedung ini?” tanyanya dengan cengegesan.Ferdiansyah tidak bisa berkutik lagi. “Ya. Itu salahku karena aku tidak melihat tempatnya bahwa aku ada di gedung ini,” katanya yang menghela napas secara kasar.Bram melihat kepada masing-masing petugas yang menangkapnya. “Dia mencuri apa?” tanya Bram kepada salah satu petugas.“Dia mencuri obat-obat milik rumah sakit,” ulangnya lagi dengan nada kesal.“Maksudku jenisnya. Maaf,” kata Bram yang mengklarifikasi pertanyaannya kepada mereka. “Apa sudah di cari tahu?” sambung Bram.“Kami sedang mencari tahunya jenis obat apa yang di curinya,”“Baiklah.” Ferdiansyah yang tertangkap basah akhirnya hanya bisa berdiam diri bahkan lidahnya kelu. “Bawa dia ke ruang interogasi satu,” lanjut Bram yang memberikan perintah kepada petugas polisi.“Baik, Pak,” jawab mereka. Kedua petugas tersebut akhirnya membawa Ferdiansya
Kevin yang setelah mendengar berita bahwa pamannya di tangkap oleh Bram dengan segera menuju rumah sakit untuk meminta keterangannya dan bagaimana ia bisa menangkapnya secepat mungkin.Miranti hanya bisa melihat kelakuan Kevin sembari tertawa kecil beberapa kali hingga membuat Kevin salah tingkah. “Tante, sudahlah,” rajuk Kevin.“Tante, tidak tertawa namun tante tertawa akan sikapmu yang masih sama seperti dahulu,” kenang Miranti yang masih ingat akan kenangan lama itu.“Pak, tolong percepat,” kilah Kevin.Supir taksi dengan segera menancapkan gasnya, ia berfokus ke jalanan yang tengah hampir padat menuju kantor kepolisian. Jarak tempuh yang harus di lalui mereka tidak memakan waktu cukup lama.Baik Kevin dan Miranti hanya bisa bertahan di tengah jalanan yang padat dengan harapan bahwa setidaknya pihak kepolisian menahan Frederick. Mereka yang sudah ketakutan hanya menunggu dengan cemas memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.Hingga akhirnya mereka semua sampai di depan rumah sa