Liana menaiki lift nomor sepuluh. Liana tahu, Liana merasa kalau dirinya sedang digosipkan para karyawan tadi. Namun Liana sama sekali tidak peduli dengan ocehan mereka. Pintu lift terbuka. Saat sudah masuk ke ruangan sekretaris, tanggapan dingin yang dia dapatkan. Tetapi, Liana tak patah semangat. Ya, Liana tidak ingin dihari pertama sudah patah semangat, lelucon apa itu? Harus tetap bersiap sopan kepada senior sekretaris. Lagipula, senior sekretaris tidak seharusnya bermuka masam dan bermuka sinis.“Salam kenal semua, saya Liana. Sekretaris baru di sini. Mohon bantuannya.”Liana memperkenalkan dirinya dengan nada ceria. Tidak ada yang merespon. Waduh, nasib Liana. Belum mulai bekerja sudah mendapatkan kesan buruk dari senior. Sekretaris lainnya mencoba mengacuhkan Liana. Liana tersenyum paksa. Liana tersenyum kecut. Dia berjalan dengan bingung. Liana belum tahu dimana meja kerjanya.“Permisi, saya–" Liana tidak melanjutkan ucapannya karena sekretaris itu mengganggap seolah tidak ada Liana. Liana mendesah kasar. Diacuhkan.“Lyn Liana, sekretaris baru Direktur Nova ?” Pertanyaan dari sekretaris berambut sebahu.Liana menganguk pelan. “Ya, saya Liana.”Sekarang sedikit legah ketika ada sekretaris lainnya mengajak berbicara.“Mari ikut saya,” perintahnya.Liana mengekori langkah wanita berambut sebahu. Ternyata masih ada yang peduli dengan Liana. Liana mengikuti langkahnya hingga sampai pada meja besar yang hanya ada beberapa berkas. Rapi, seperti barang-barang di meja itu baru dipindahkan. Wanita itu menunjuk meja besar.“Ini tempat kerja kamu.” Setelah mengucapkan kalimat itu, dia melenggang pergi ke meja kerjanya.Liana duduk di kursi empuk itu, dirinya tidak menyangka akan bekerja menjadi sekretaris boss. Liana mulai membaca semua yang ada di meja, termasuk jurnal Direktur Nova.Kegiatannya terusik oleh dua sekretaris senior, menghampiri meja Liana. Gaya serta ekspresi angkuh sekali. “Permisi.”Sepersekian detik, kepala Liana mendongak dan langsung berdiri. “Ya, ada apa?” tanya Liana sopan. Kedua netra Liana memandang senior sekretaris secara bergantian. Astaga, ekspresi macam apa mereka? Merendahkan? Sombong? Dua senior itu menyilangkan kedua tangannya tepat di bawah dada. Tatapan tidak suka terlihat begitu jelas dan mudah terbaca oleh Liana. Oke, inilah Lyn Liana, hari pertama yang menyenangkan, baru pertama kali menjabat sekretaris sudah mempunyai musuh. Nikmatilah....“Ehem.” Salah satu senior berdehem. “Kau tahu gosip salah satu lift yang macet? Ada seorang wanita yang menerobos masuk, di dalamnya ada Direktur Evan."“Waduh, enak benar tuh wanita. Terperangkap bersama Direktur Evan kita yang terhormat."“Wanita itu bukan kamu, 'kan?” Liana gelagapan. Pertanyaan itu membuat Liana berpikir keras. Pikirannya dipenuhi dengan kejadian sial terjebak lift setengah jam lalu.Jangan-jangan yang dimaksud dua senior itu adalah Liana? Ah, itu tidak mungkin. Liana sangat yakin, yang pasti seseorang bersamanya adalah pangeran oppa Korea.“Tentu saja bukan Aku,” jawab Liana setengah geli menjawab pertanyaan. “Mana mungkin itu aku.” Terdengar nada biasa, namun berdusta dengan hiasan kekehan kecil dan ekspresi meyakinkan. Dua senior senior itu memandang Liana aneh, ada sesuatu aneh.“Kamu tidak bohong, 'kan?” tanyanya tidak percaya.“Ayo akui saja!"“Tentu,” balas Liana meyakinkan sekali lagi. “Ngomong-ngomong ruangan Direktur Evan di mana? Aku ada keperluan sama dia.” Liana mengganti topik pembicaraan. Dua senior sekretaris itu masih tidak percaya.“Untuk apa kamu bertemu dengannya?”“Hanya ada keperluan saja.” Ingin menyelidiki kebenaran info yang Liana dapatkan mengenai kenapa dirinya dipindahkan menjadi sekretaris Direktur Nova—yang katanya Direktur itu sangat pemalas—dan sering gonta-ganti sekretaris. Liana bertanya kepada Direktur Evan, karena orang yang memindahkan Liana adalah Direktur Evan, perintah dari Evan. Liana menemui Direktur Evan dan langsung mengenalnya saat itu juga. Ternyata Direktur Evan adalah pangeran yang bersamanya terjebak di lift.“Seperti yang kamu bilang, kita akan bertemu di lantai sepuluh. Lyn Liana?”Dia tersenyum manis dari bibir tipis Evan. Kedatangan Liana disambut hangat olehnya.Liana masih kaget kalau lelaki yang bersamanya di lift adalah Direktur Evan. Jadi ...? Lelaki yang menenangkan Liana dan memeluk Liana adalah Evan? Liana malu.“Ah iya! Direktur Evan?” Pipi sudah merah, dia ingin keluar dari ruangan itu, namun Liana harus bertanya sesuatu.Evan mengangguk paham. “Sudah saya diduga kamu bakalan berani menemui saya,” katanya seperti peramal.“Iya, Direktur. Aku ingin bertemu Direktur karena ....” Liana mulai bertanya alasan mengapa dirinya dipekerjakan menjadi sekretaris. “Lalu? Kenapa Pak Evan meminta aku menjadi sekretaris Pak Nova,” tanya Liana lagi. “Apa karena aku cantik dan mirip dengan cinta pertama Anda?” tanya Liana dengan wajah konyol.Dengan geli, Evan membantah kedua dugaan itu. “Tidak,” bantah Evan.Bersamaan dengan itu, ponsel milik Evan berbunyi di meja pekerjaan. Ternyata dari Presdir Bapak Dika, pemimpin perusahaan AC (Andromeda Company). Evan mulai berkata dengan Presdir lewat telepon. Liana menjadi lebih sangat yakin mendengar obrolan telepon Evan dan Presdir Dika yang menanyakan kenapa Evan memilih Liana menjadi sekretaris, karena Nova membutuhkan sekretaris seperti Liana.Liana semakin penasaran. Kata Evan, Liana juga mempelajari tentang kepemimpinan. Tahu dari mana? Liana bukan orang seperti itu, dulu di sekolah, dia menjadi berandalan dan mempunyai geng, sering berkelahi. Menjadi pemimpin geng, itu sudah pasti. Jangan-jangan Evan mengatakan itu karena sudah tahu masa lalu Liana?“Sudah jelas, bukan? Jawaban yang kamu ingin tahu,” kata Evan setelah selesai berbicara dengan Presdir Dika.Liana terseyum. Jadi itu alasannya kenapa Evan mempercayai Liana untuk menjadi sekretaris Nova? Senior sekretaris yang menyukai Evan menganggap Liana sebagai saingan karena kenyataan wanita yang terjebak lift adalah Liana. Sudah terungkap.Hot news! Di tengah gosip panas yang sedang dibicarakan, muncullah Nova. Direktur Nova melewati meja Liana dan Liana menyapa sopan boss barunya. Liana mendesah kasar, lagi-lagi mendapatkan tanggapan dingin oleh orang lain.Dan, mata Liana membelalak lebar setelah mengamati wajah Direktur dan Liana menyadari siapa boss barunya sedang melewati meja Liana dengan gaya acuh dan penampilan acak-acakan. Busana yang Nova pakai sama sekali tidak rapih, bahkan tidak memakai dasi. Bibir Liana ternganga lebar. Oh, shit! Ternyata boss barunya .....DIA?!!!!
DIA?!!!!Mata Liana membelalak terkejut, menatap tidak percaya dengan apa yang dia liat sekarang. Hampir saja Liana memekik, untungnya dua telapak tangan siap membekap mulut. Liana berharap cemas, dalam hati berdoa. Somoga boss barunya tidak mengingat kejadian tiga bulan lalu. Sebentar .... Bukankah sebelum kejadian tiga bulan lalu, Liana pernah bertemu dengan Nova? Liana tidak ingat jelas, tetapi dia sangat yakin bernah bertemu dengan Nova pertama kali. Sekitar satu tahun yang lalu?Ingatan Liana melayang, ketika satu tahun lalu. Dimana waktu itu Liana sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Yaps, Liana dulu mendapatkan mengalaman pahit di dalam dunia pekerjaan, dia dipecat puluhan kali. Dan, Liana dipecat terakhir kalinya saat menjadi seorang waiters di salah satu restourant. Liana dipecat tanpa mendapatkan gaji terakhir. Sepanjang jalan, Liana membaca kertas lowongan pekerjaan yang menempel di dinding toko di tepi jalan. Sialnya, tidak ada salah satu pekerjaan yang cocok untuknya. Kes
Nova berpikir, sikap kemarin sudah keterlaluan, mengusir sekretaris baru dengan tidak sopan. Bukannya menyesal telah membentak, tetapi Nova tersenyum miring. Lelaki itu senang, sudah dipastikan ketika datang ke kantor—sekretaris barunya sudah tidak ada lagi dan sudah mengundurkan diri.Pagi ini Nova pergi ke kantor dengan ceria, pintu lift terbuka, saatnya masuk ke ruangan miliknya dan Nova kaget melihat Liana di sana. Ternyata pikiran Nova mengenai sekretaris barunya akan mengundurkan diri, itu salah. “Okay, tenang. Baru satu hari,” batin Nova.“Selamat pagi, Pak Nova,” sapa Liana.Nova tetap mengacuhkan. Hari kedua, Nova melihat Liana di meja kerja. Hari-hari berikutnya, Nova tidak menggublis Liana, Liana menyapa Nova dengan sopan. Nova pikir dengan mengacuhkan Liana, Liana akan menyerah untuk menjadi sekretarisnya. Karena kesal, dia menyuruh Liana masuk.“Masuk dan bawa CV kamu.”Liana sempat tidak percaya dan mungkin salah dengar. Tidak! Liana tidak salah dengar. Dia menurut dengan
Flashback On.Liana berlari dengan bertelanjang kaki dan dress di atas lutut. Bagian dadanya sedikit robekan, sambil berlari Liana terus memegangi robekan agar tidak memperlihatkan belahan payudara. Liana berlari sekuat tenaga dan berhasil kabur dari pacarnya. Liana merasa lelah, dia menghentikan larinya untuk mengatur napas, kepalanya menoleh ke belakang.Tiba-tiba pacarnya muncul dengan cepat. Liana kembali berlari sekuat-kuatnya. Dia menyesali kenapa koridor malam ini sepi, Liana sudah berteriak namun tidak ada seorangpun yang merespon. Akhirnya Liana berlari ke pintu apartement dengan cepat dan hati-hati. Di halaman apartemen, Liana melihat sinar lampu mulai mendekat, pastinya dia akan selamat. TINNNNN !!!Pengemudi mobil menekan klakson panjang. Seorang wanita melintas di depannya begitu saja membuat pengemudi mengerem mobilnya secara mendadak hingga menimbulkan bunyi decitan memekik telinga. Liana sudah merentangkan kedua tangannya seolah ingin bunuh diri. “STOP! STOP!” jerit L
Liana masih tidak percaya yang telah terjadi, kenyataan bahwa Nova adalah boss baru dan sebelumnya pernah bertemu. Tiga bulan yang lalu? Satu tahun lalu? Apa mungkin Liana akan bernostalgia? Kenangan cukup melekat di memory otaknya, yaitu insiden pertama kali dan kedua kali. Seakan takdir mempertemukan mereka berdua dengan tidak terduga.Begitu juga dengan Nova, lelaki itu tidak habis pikir akan bertemu lagi dengan wanita yang pernah mengatakan dirinya brengsek, hanya karena Nova mengusir dan menyuruh Liana turun dari mobil. Di insiden itulah Liana memberi salam untuk Nova.Setelah pulang bekerja, sore menjelang malam. Liana melepaskan kekesalan kepada sahabatnya, bernama Selly. Ini adalah hari pertama resmi menjadi sekretaris Direktur Nova dan hari pertama Liana bekerja sebagai tangan kanan Boss. Liana merasa lelah dan letih. Otaknya terasa sudah mengepulkan asap panas. Selly, sahabat Liana mulai menghibur, hiburan itu bermaksud sekedar melepaskan penat.Huh. Liana menghela napas kasa
Sial! Liana selalu bangun siang. Sudah ke berapa kali dia berangkat ke kontor terlambat? Kalau dihitung sudah puluhan kali, sebelum Liana bekerja di perusahaan Andromeda Company, dia memang mempunyai hobi terlambat bekerja. Bangun kesiangan menjadi sering terburu-buru. Hal itu membuat Liana selalu mendapatkan teguran dari senior.Yap! Sudah bisa dipastikan hari ini Liana akan mendapatkan teguran karena telat.Dengan kekuatan super, Liana berlari ke kantor perusahaan dan langsung menuju ke kantor Direktur yang baru, menjadi sekretaris baru. Di sinilah Liana berada, di depan lift yang tadi mengantarkan Pevita ke ruangan divisi sekretaris. Kedatangan Liana di sambut wanita bermake up tebal, ke dua tangan berkacak pinggang, memandang Liana garang dan tanpa berkedip. Liana menelan ludahnya sendiri, kikuk. Dia menggaruk-garuk rambutnya ketika seorang wanita berdiri dihadapannya. "Maaf, Bu. Saya terlambat," tutur Liana lirih, mengucapkan kata maaf karena telah terlambat berangkat kerja."Ya
Nova telah menerima Liana menjadi sekretarisnya, Nova menerima Liana dengan sangat berat hati. Jangan khawatir, Nova sudah merencanakan sesuatu. Hari ini dia mulai memberi tugaskepada Liana. Tugas yang banyak dan berat. Nova yakin, Liana tidak akan kuat bekerja menjadi sekretarisnya karena Liana memberi tugas yang sulit untuk dilaksanakan dan menuntut pekerjaan.Nova memberikan tugas tersebut kepada Liana. Dia berkata panjang lebar, tanpa mengulang sepatah kata pun. "Liana, mulai sekarang kamu akan menjadi sekretaris Lian. Panggilan khusus untukmu, Lian, oke! Dan, jangan panggil aku Pak," jelas Nova."Ya?" Liana bingung. "Lalu aku harus memanggilmu siapa?" Liana sedikit mengangkat kepalanya, menatap lurus ke wajah Nova yang terlihat malas-malasan. "Tuan? Bapak? Boss?" tebak Liana.Nova menggeleng. "Bukan! Tetapi panggil aku, Direktur Nova." Nova mulai berdiri dari duduk dan mengelilingi ruangan bercat putih, menekankan bahwa dia tidak suka menelepon seseorang tetapi tidak pernah mengan
Hutang ayah Liana seperti gunung membuat Liana kesal, karena Liana harus bertanggung jawab untuk melunasi hutang ayahnya.Liana tidak tahu bagaimana caranya untuk melunasi hutang. Tabungan tidak cukup untuk membayar hutang. Jadi, terpaksa Liana harus meminjam uang. Dia harus meminta pinjaman kepada Direktur Nova. Semoga Direktur Nova bersedia meminjamkan uang. Liana masuk ke dalam ruang kerja Nova. Liana mengetuk pintu dan Nova menyuruh Liana masuk. Tarik napas panjang, Liana memberanikan diri berucap, “Maaf, Direktur. Aku membutuhkan gaji, hari ini.” Bukankah sejak tadi pagi Liana sudah merencanakan meminjam uang? Bukan meminta upah kerja bulan ini. Waduh, Liana sepertinya salah berkata. Tak apa, meminta gaji bulanan lebih baik dari pada memimjam uangNova bingung. Sekretarisnya meminta gaji? Nova tertawa ngakak. "Apa? Baru bekerja satu minggu sudah meminta upah kerja? Tanggal gaji bulanan kamu masih lama, Lian. Kamu bercanda?" "Aku tidak bercanda, Direktur," jawab Liana."Tidak b
Pujian itu tidak mampu membuat Liana melayang, malahan terdengar jijik di telinga.Liana tersenyum sinis. Lelaki itu sepertinya harus mendapatkan pukulan darinya.Lelaki itu mengendus-endus tubuh Liana dan menyentuh kulit mulus Liana. “Aku sangat menyukai harum parfummu,” katanya. Dia membisikan lagi sambil mengikuti gerakan Liana berjoget. “Kamu memakai parfum apa?”Liana menggeleng kepala lalu menjawab, “Aku tidak pernah menggunakan parfum, itu bau jeruk dari sampo rambutku.”Lelaki itu tersenyum. "Benarkah?" Liana mengangguk.Di tengah malam dengan cahaya lampu bekelap kelip. Kedua mata Liana melihat lelaki dan wanita berjoget setengah sadar, karena efek terlalu banyak meminum alkohol. Bahkan ada yang bercumbu mesra, berciuman penuh napsu tanpa ada rasa malu, lalu kedua pasangan itu berlanjut menaiki lantai atas—menyewa kamar.Perut Liana seketika mual, setelah melihat adegan mesum yang tidak pantas dilakukan di depan publik seperti ini. Tetapi wajar bagi mereka. Di sini adalah clu
Dan Liana membuat daftar; dia mengajak Nova untuk mendaki gunung besok. Iya! Besok! Haha, Liana jadi bersemangat.Di sisi lain. Presdir tahu Evan menyukai Liana; dia menilai sikap Evan. Saat berada di lift, Dika memuji Evan."Aku baru tahu bahwa kamu adalah anak yang baik dalam menilai seorang wanita. Sepertinya kamu mencintai wanita tidak hanya dari sudut pandang fisik atau kekayaan."Presiden Dika memuji Evan sebagai orang yang tepat, dan dia tidak mengkhawatirkan Evan lagi. Evan hanya mengangguk sopan, tapi dia tidak mengerti apa yang dikatakan Presiden Dika.Lol.****Keesokan harinya, Nova dan Liana pergi ke pegunungan. Kesempatan bagi Liana untuk mencoba mencari informasi dari Nova. Mereka berbincang-bincang dalam perjalanan ke atas bukit, dengan kaos pendek berwarna putih yang dikenakan Liana membuatnya terlihat seksi. Jaket rajut merah muda diikatkan di pinggangnya. Sepatu bot hitam tingginya dua sentimeter, dan dia mengenakan j
Kata-kata Dika sedikit menusuk hati Liana. Sakit? Ya. "Aku tahu. Aku sadar akan diriku dan hidupku, Presdir." Liana tidak pernah mau menerima perasaan Nova, cinta dari Nova. "Saya tidak akan pernah menikah dengan orang kaya," kata Liana.Liana mengaku tidak memiliki perasaan pada Nova dan tidak memiliki perasaan pada Nova atas perintah Dika yang hanya menjadikan Nova orang sukses dan sekretarisnya."Hari demi Hari aku tidak bisa menepati janjiku, tidak punya perasaan cinta atau ketertarikan pada Nova. Tapi aku akan berusaha menyingkirkan perasaan itu."Namun, dia tidak bisa menerima perasaan Nova, tetapi dia akan berusaha menghilangkan perasaan itu.Direktur Utama Dika berpesan agar Liana berusaha keras bahkan untuk menyelesaikan tugasnya sebagai sekretaris. “Ingat, kamu hanya sekretaris. Kamu harus bekerja keras untuk membantu Nova sembuh dari fobia,” kata Dika."Oke Pak Direktur, saya akan bekerja keras dan tidak akan mengeluh," kata Liana, mengerti a
Liana hanya menunduk, ketakutan."Semua orang membuatku kesal! Kenapa hanya aku yang tidak tahu masalah sebenarnya dari Nova dan Evan!” bentaknya.Dika sejak awal curiga, tapi dia mengabaikan pikiran itu."Sekretaris Liana, jawab dengan jujur. Apakah Nova dan Evan menyukaimu pada saat bersamaan ?"Diam. Liana tidak bisa berkata-kata. Tidak tahu apa yang akan dia jawab. Jadi, Liana diam saja."Kenapa diam saja? Tidak menjawab pertanyaanku?""Tidak seperti itu." Liana mengelak. "Saya tidak tahu—”"Berhenti berbicara!" ucap Dika memotong ucapan Liana. Tak hanya Nova, Evan juga menyukai wanita itu. "Jawab dengan jujur, sekretaris Liana!"“Iyaa,” jawab Liana, perlahan menundukkan kepalanya, suaranya nyaris tak terdengar karena terlalu kecil untuk didengar.Namun, Dika juga mengakui bahwa dia menyukai dan tergoda kepada Liana.
Ternyata Presdir Dika tidak datang ke tempat kerja Nova; dia hanya menelepon Liana dan mulai menginterogasinya. Kejadian aneh dan dia masih tidak bisa mempercayainya. Dika selalu bertanya-tanya, siapakah sebenarnya wanita yang menyebabkan Nova dan Evan bertengkar? Masalah pekerjaan? Dika sedikit tidak yakin. Maka, Dika memanggil Liana untuk bertanya dan menginterogasi.Liana bingung. Mengapa Dika menyuruhnya pergi ke tempat kerjanya? Apakah ada masalah atau sesuatu?Liana duduk di tempat kerja Dika dengan canggung. Dua cangkir teh di depan mereka untuk mencairkan suasana agar tidak canggung. Presdir Dika duduk di kursi khusus, dan Liana duduk di kursi panjang khusus untuk tamu."Maaf, kenapa Anda menelepon saya?" tanya Liana memecah kesunyian. "Saya tidak tahu mengapa Anda menyuruh saya datang ke sini."Dika menghela napas. Ia ingin bertanya pada Liana dan ingin menanyakan jawaban yang jelas. “Rumor yang beredar itu
"Akhh !!! Jangan sentuh rambutku! Sekretaris Liana! Sakit—"Sakitnya, apalagi Liana sebagai wanita yang jago beladiri. Liana tidak peduli dengan Nova yang berteriak kesakitan. "Dasar Direktur mesum!"Awalnya, Nova mengeluh kesakitan, tapi kemudian dia tertawa. "Hei! Apa maksudmu? Mesum? Serius. Aku benci otak kotormu, Sekretaris Liana!" Nova mencibir.Mendengar perkataan Nova, pipi Liana memerah dan malu. Dia mundur selangkah, membuang muka.Nova merapikan baju putihnya sedikit berantakan gara-gara Liana. "Liana, apa kamu merasa gugup?" Nova bertanya. Sedetik dia menyadari apa yang dia katakan. "Umm ... maksudku, apa kamu gugup saat melihat wajahku?" Nova menjelaskan, mengulangi kata-katanya.Apa? Apa yang Nova bicarakan? Tidak gugup tapi malu. Tentu saja, Liana membantah dan menjawab dengan alasan lain. Sekarang dialah yang tertawa dengan aneh. "Gugup? Bagaimana menurutmu Direktur. Aku tidak pernah
Nova mengabaikan kata-kata Liana, membuatnya semakin berani dan mendekat. Hanya berjarak satu langkah, punggung Liana bertabrakan dengan pintu. Nova dengan berani mendekatkan wajahnya ke wajah Liana, Liana memejamkan mata karena tidak berani menatap wajah Nova sedekat ini.Dan .... Sebaliknya, Nova mengalami nasib buruk. Saat Nova menatap wajah Liana sedekat ini, dadanya mulai berdebar kencang. Pria itu memegangi dadanya, tidak menyangka reaksinya akan seperti ini. Liana dengan berani membuka kelopak matanya sedikit, mengintip. Keduanya saling bertatapan, tanpa sadar Nova mendekat ke wajah Liana. Keduanya saling menatap dengan tatapan bertabrakan. Kemudian Liana membuka matanya lebar-lebar saat wajah Nova berada lima sentimeter darinya.DOENK !!Liana beraksi dengan membenturkan kepalanya ke kepala Nova lalu meraih lengan Nova dan menjambak rambut Nova. "Apa-apaan ini, Direktur! Kamu mau menciumku ya?! Dasar Direktur mesum," kata Li
Di balik pintu ternyata Nova mendengarkan semua perkataan Liana dan Nova sangat tersinggung.Usai berdebat dengan sekretaris senior, Liana masuk ke ruang kerja Nova dengan membawa cemilan dan air. Melihat wajah Nova yang tidak enak dipandang dan sedang dalam mood yang buruk, Liana menyangka Nova sedang memikirkan berita buruk di media sosial dan informasi di luar kantor."Ada apa, Direktur? Aku membawa makanan ringan untuk mengganjal perutmu." Liana meletakkan cemilan dan air di atas meja."Aku sedang tidak mood untuk makan dan minum."Liana menghela nafas dan mencoba menghiburnya dan bertanya mengapa. Tapi Nova sama sekali tidak memikirkannya. Nova bangkit dan mendekati Liana dan terus berjalan ke depan hingga Liana terpaksa berjalan mundur secara teratur."Apa yang akan dilakukan Direktur?"Tatapan Nova tidak berkedip sama sekali, melihat Liana dari kejauhan yang dibuat hanya lima langkah le
Sekretaris senior membahas hubungan Liana dan Nova yang seperti ada hubungan khusus. Mereka beranggapan Nova tidak akan dekar dengan wanita miskin seperti Liana dan Nova sang pewaris. Itu membuat Liana sedih. Karena hubungan mereka tidak mungkin terjadi. Lalu bagaimana jika mereka saling jatuh cinta?"Haha, tidak mungkin Direktur Nova jatuh cinta pada Sekretaris Vita yang lebih seperti perempuan jalang?""Tentu saja tidak cocok. Sekretaris Vita tidak punya harga diri.""Ngomong-ngomong rumor tentang pertengkaran Direktur Nova dengan Direktur Evan karena masalah wanita.""Hah? Kudengar, memperebutkan posisi pekerjaan?""Tidak. Jangan mau ditipu. Siapa lagi selain pelaku dari masalah Sekretaris wanita jalang itu." Tanpa rasa takut, sekretaris menunjuk Liana yang sedang duduk di kursi kerja Liana.Mendengarkan kata-kata mereka Liana langsung menggebrak meja karena tak tahan lagi dihina
Rapatnya sudah selesai.Liana menyapa Nova, dan Evan menanyakan bagaimana pertemuannya. "Bagaimana? Apakah pertemuannya menyenangkan dan berjalan dengan baik?" Tanya Liana bersemangat."Jangan tanya ke Nova, mungkin Nova tidak tahu, karena dia tidur," jawab Evan.Nova baru saja menguap."Direktur, kenapa Anda tidur saat rapat?" Liana bertanya bagaimana Nova bisa tidur dalam pertemuan sepenting itu."Semua karena kamu," kata Nova kesal. "Kamu membuatku tidak bisa tidur sepanjang malam!" Nova menjawab dengan jujur.Presdir Dika keluar dan ikut memarahi Liana. "Itu benar? Kamu membuat Nova tidak tidur tadi malam? Kamu sebagai sekretaris harus tegas dengan Nova! Kalau kamu bisa memukul bocah nakal itu."Liana tidak menjawab. Dia kesal karena dia disalahkan. Ada apa dengan dia? Dia membuat Nova tidak bisa tidur? Ah ... Presdir bercanda dengan Liana? Liana tidak tahu apa