Atiqah ‘meliburkan’ Tommy jualan hingga 3 hari, tak tega Atiqah membiarkan anaknya ini tiap hari jualan. Apalagi dia baru saja dapat rejeki nomplok dari pamannya sendiri, Tommy Harnady, tanpa Dilan sadari.Ditambah lagi Dilan sempat dijahati anak-anak nakal, hingga pipinya membiru. Atiqah pun jadi was-was dengan Dilan.Hari ini si bocil ini kembali jualan, karena kapok kalau-kalau ketemuan lagi dengan 5 anak punk nakal, Dilan jualannya berbeda, dia ambil jurusan lain lagi.Entah karena ikatan batin dan ada hubungan darah, Tuhan Yang Maha Esa lalu ‘menuntun’ anak kecil ini menuju ke sebuah vila yang sangat mewah dengan halaman dan perkebunan teh yang sangat luas hingga ribuan hektar.Dilan tak sadar jualan di dekat di perkebunan yang sangat luas ini, dan di pagar yang tinggi ada tulisan “Harnady House”.Inilah kejeniusan Dilan yang menurun dari Aldi, di usia belia dia sudah pintar membaca.“Jangan-jangan kak Tommy yang baik hati itu tinggal di sini,” batin Dilan, sambil mendekati pagar
“Atiqah Sahroni eh Harnady…!” sahut Dilan cepat, wajah Gibran melongo, Tommy terbelalak.“Siapa nama papa Dilan..?” kembali Gibran bertanya, kini suaranya agak bergetar.“Papa namanya Aldi Harnady, tapi papa jahat Om, sampai kini tak pernah mau jenguk mama dan adik Kimberly!” kata Dilan lagi dengan polosnya.Tiba-tiba Dilan kaget setengah mati, Gibran memeluknya erat dan sayup-sayup dia mendengar Gibran menyebutnya…cucuku.Tommy terlihat pergi dan tak sampai 5 menitan kembali lagi dengan Celica dan Dyani, ibu dan kakaknya.“Astagaaa…jadi ini Dilan Harnady yang dulu hilang di culik, ya Tuhannnn…Dilan, kamu cucuku, ayah kamu itu anak nenek paling tua, ini Dyani bibi kamu dan Tommy paman kamu, bibi kamu satunya namanya Gaby, tapi dia lagi kuliah di Inggris!” ceplos Celica, yang langsung menghambur memeluk Dilan, makin bengonglah anak kecil ini.Tadi si Om ganteng yang meluk, kini seorang wanita jelita.Dilan yang masih bocil ini tentu saja terkaget-kaget, melihat wanita cantik yang ngaku
Dengan langkah kaki lunglai, Atiqah pulang kembali ke rumah nenek Sadiya, yang selama 3 tahunan ini ikhlas menampungnya bersama Dilan dan Kimberly.Airmata wanita yang kini jarang berias, namun kecantikannya tak berkurang ini terus bercucuran memikirkan anak sambungnya tersebut.Satu malaman Atiqah tak bisa tidur, memikirkan kemana Dilan tak pulang-pulang.Di vila mewah itu, Dilan bak pangeran saat ini, apapun yang dia mau langsung dibelikan Celica dan Gibran.Saking ‘ke enakan’ usai di bawa ke mal yang ada di Bogor dan bebas memilih pakaian dan sepatu apapun yang dia suka, termasuk di belikan ponsel mehong. Dilan jadinya lupa pulang.Dia bahkan kecapekan dan tidur di kamar Tommy, usai main game online bersama, tak sadar ibu sambungnya satu malaman meneteskan airmata mengenang dirinya.Paginya Dilan dapat kejutan lagi, Aldi yang baru datang dari Kalteng langsung menghambur memeluk dirinya, saat dia masih keenakan molor di kamar mewah Tommy.Awalnya Dilan merengut saat tahu inilah ayah
Semuanya serempak menatap ke arahnya. Ikutan kaget melihat kondisi Atiqah yang berantakan begini.“Mama…!” sahut Dilan menyongsong Atiqah, yang langsung memeluknya sambil menangis, tapi tangisan lega, melihat Dilan sehat wal’afiat.“Mama kemana saja, kok nangis mah?” tanya Dilan polos, terheran-heran melihat wajah mamanya yang sembab begitu dan terlihat sangat kecapekan.“Mama sejak kemarin hingga kini keliling kampung nyari-nyari kamu sayang. Kamu kemana saja, mama kapok izinin kamu jualan lagi. Mulai hari ini kamu jangan lagi jualan, titik!” cetus Atiqah sambil menciumi pipi Dilan, lupa kelakuannya saat ini jadi tontonan Gibran, Celica, Dyani dan Tommy.Gibran dan Celica sampai saling pandang dan kini mereka melihat sendiri, bagaimana sayangnya Atiqah dengan anak sambungnya.Setelah puas memeluk Aldi, barulah Atiqah sadar, di rumah ini bukan hanya dia dan Dilan, tapi banyak orang.Gibran sampai geleng-geleng kepala melihat ‘menantu’ nya yang berantakan begini, tapi Gibran memuji dal
Atiqah sama sekali tak sadar, Aldi sengaja menjauh saat melihat Atiqah datang dengan kondisi berantakan.Dia trenyuh dan terkaget-kaget, melihat kondisi istrinya yang berjalan sempoyongan dengan pakaian sederhana.Ingin rasanya Aldi menyongsong istrinya ini, tapi dia ingat, Dilan sampai kini masih marah dengannya dan menganggap dia sengaja meninggalkan Atiqah, termasuk Dilan dan adiknya Kimberly.Aldi sengaja begitu, menghindari Dilan ngamuk dengannya, dia berharap Atiqah akan membujuk Dilan dan nanti barulah dia datang.Padahal saat melihat Kimberly, Aldi benar-benar hampir tak kuat hatinya ingin segera memeluk si gemoy ini, apalagi Kimberly begitu menggemaskan dan sangat cantik.Soal ini sudah dia ceritakan ke Celica dan Gibran, sehingga orang tuanya memakluminya.“Ya sebaiknya begitu, biar Atiqah yang jelaskan nanti.” Kata Celica yang justru kasihan melihat anak sambungnya ini.Aldi juga mengikuti dari belakang dengan mobil lain dengan jarak agak jauh, saat Atiqah dan dua anaknya,
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi