“Baju tentara…mirip pasukan NATO lambang PBB...?” si penjual senjata gelap kaget mendengar permintaan tak biasa Aldi.Aldi mengangguk. “Soal harga jangan dipikirkan, aku bayar berapapun yang kamu minta, pokoknya bajunya mirip sekali dan jangan KW, baju asli!” desak Aldi.Si penjual senjata api gelap pun minta waktu satu hari, Aldi tak masalah. Tak sulit bagi Aldi mencari kelompok ini, di tengah berkecamuknya perang, bisnis senjata api gelap sangat marak di perbatasan ini.Besoknya, Aldi tersenyum puas, 2 stel pakaian loreng pasukan NATO sudah ditangannnya. Aldi berencana akan menyamar jadi serdadu pasukan itu."Untuk selamatkan Musa, satu-satunya jalan, aku harus menyusup kepasukan musuh!" pikir Aldi.Rambutnya yang panjang pun di pangkas, tapi brewoknya ia biarkan makin lebat. Satu-satunya jalan agar bisa melewati pasukan zionis, Aldi nekat menyamar.Besoknya, Aldi pun mulai masuk ke negeri zionis, melihat pakaiannya begitu, tak satupun serdadu zionis yang menghalanginya.Keberadaan
Bugh…bughh…bahu Aldi langsung kena hantaman popor senapan dari si komandan ini. Tubuh pemuda ini terjengkang, sakitnya bukan main.Bugh…bugh tasss…dua pengawalnya ikut menyiksanya, dengan melakukan tendangan-tendangan keras bertubi-tubi ke tubuhnya.Aldi menahan bibirnya agar jangan berteriak, walaupun di sela-sela bibirnya mulai mengeluarkan darah, tanda dia alami luka dalam.Ia sudah paham konsekwensinya, Aldi pasrah tubuhnya jadi sansak hidup dari 3 serdadu zionis ini.Tendangan dan pukulan bertubi-tubi gunakan popor senapan benar-benar membuat pemuda nekat menderita luar biasa.Sampai-sampai dua orang yang berada di ruangan ini menutup wajahnya. Tak tega melihat Aldi di siksa habis-habisan ketiga orang serdadu zionis tersebut.“Kita cari siapa komandannya, berani betul dia mengancamku,” dengus si Komandan zionis ini melampiaskan kemarahannya.Setelah puas menyiksa Aldi yang kini setengah mampus, merekapun keluar dari tahanan ini dan membiarkan pemuda ini menggeletak antara pingsan
Dengan kasar diiringi tatapan kasian Nasar dan Buya, Aldi dikeluarkan dari tahanan ini, tubuhnya beberapa kali hampir terjerembab.Tapi para serdadu itu tak ada belas kasian, tubuh Aldi malah di seret semakin keras.Aldi kini di bawa ke sebuah ruangan interogasi, yang jaga sangat ketat 25 prajurit dengan senjata terkokang, berjaga-jaga dengan tatapan seperti serigala kelaparan.Si komandan ini menatap bengis wajah pemuda ini.“Sekarang mengakulah, siapa kamu sesungguhnya. Kamu benar-benar nekat merampas pakaian milik Letnan Dua Matt Jackson. Kamu berkulit Asia, Matt Jackson berkulit hitam,” bentak si Komandan yang di dadanya tertulis nama Rabbat berpangkat Letnan Satu.“Apes dah, si Matt ternyata berkulit hitam,” batin Aldi sambil otaknya berputar cari jawaban, nyawanya kini ada ujung di lidahnya.“Jawab cepat bangsat!” kembali Lettu Rabbat membentak, sambil cabut pistolnya dan todongkan ke wajah Aldi.Pemuda ini kaget juga, nyawanya kini benar-benar berada di jari sang komandan zion
Dengan cueknya Aldi permisi dan minta sebatang cerutu, mata Lettu Rabbat sampai mendelik melihat kelakuan anak muda ini, benar-benar santai dan tak kenal takut.Padahal nyawanya ini di matanya hanya seujung upil, tinggal klik pistol di pinggangnya, maka selesailah nyawa Aldi.Tapi harta karun bernilai fantastis membuatnya sabar, padahal Aldi sampai kini jadi manusia paling di cari-cari pasukan negerinya hidup atau mati, setelah bantai 20 rekan mereka.Kepala Aldi juga di hargai tinggi, tapi nilai harta karun dibandingkan hadiah itu, tak ada apa-apanya. Inilah yang bikin jiwa rakus Lettu Rabbat jalan.Aldi bukanlah bodoh, dia paham Lettu Rabbat sangat serakah. Jangankan nyawa 20 serdadu. Ribuan serdadu yang ada di sini tewas, asal dia selamat bawa harta karun tersebut, pasti dilakukannya. Itu diketahui Aldi, saat diam-diam sempat nguping, ketika Rabbat bicara dengan dua serdadu dalam bahasa negerinya, yang agaknya orang kepercayaannya.Mereka lupa, Aldi paham bahasa negeri zionis, jug
“A-apa tuan, gunakan senjata, b-bisa tuan, tapi buat apa tuan?” Anwar malah kebingungan dengan pertanyaan Aldi yang dianggapnya aneh ini.“Ayoo bantu aku ambil senjata-senjata dekat 3 mayat itu, kita angkut di dalam mobil, nanti di jalan aku jelaskan!” tanpa buang waktu Aldi diiringi Anwar bergegas mendekati ke 3 mayat serdadu tersebut.Tapi Aldi kaget, saat Anwar mencopot pakaian Lettu Rabbat. “Maaf tuan, saya mau ganti pakaian saya dengan baju serdadu ini, boleh ya tuan?”Aldi mengangguk, di dalam mobil, Aldi juga ambil jaket milik Rabbat dan kini mereka langsung jalan, tujuan kembali ke markas serdadu zionis ini.Anwar melongo saat Aldi sebutkan tujuannya, sekaligus sebutkan nama serta misinya.“Jadi…kita akan serbu markas pasukan itu, lalu selamatkan para tahanan di sana?”“Benar Anwar, apakah kamu sanggup?” pancing Aldi.“S-sanggup tuan Aldi, dengan senang hati,” sahut Anwar malah bersemangat, wajahnya berbinar-binar.Kini gantian Aldi yang kagum, Anwar tanpa ragu sebutkan bagaim
Kegegeran pun melanda markas ini, ledakan bom waktu yang dipasang Anwar menewaskan 10 serdadu yang berjaga di sana.Dahsyatnya ledakan ini juga langsung kirim 40 an serdadu lainnya terbang ke alam baka.“Mampusssss kaliaannn!” teriak Anwar saking senangnya. Aldi tidak menegur ulah pria kurus ini. Dia memaklumi kemarahan Anwar yang kehilangan seluruh keluarganya akibat ulah serdadu zionis.Anwar justru melongo saat Aldi dengan santuynya keluar dari persembunyian mereka, lalu berjalan menuju ke basement markas ini.Dengan berdarah dingin Aldi tembaki semua serdadu yang panik berlarian saat ledakan ini terjadi, apalagi api mulai berkobar hebat membakar gedung ini.Lalu Aldi dengan entengnya lempar beberapa granat tangan, hingga makin gegerlah markas ini.“Gileee ni orang, kayak punya nyawa rangkap saja,” batin Anwar terkagum-kagum melihat aksi Aldi tersebut.Anwar makin mangap, saat Aldi tertembak dan jatuh terjengkang terguling-guling di tanah berpasir.Hampir saja Anwar berteriak kaget
Musa dengan wajah ceria menatap sahabatnya ini dan dia sejak 2 bulanan yang lalu tak bisa berjalan lagi. Akibat luka-lukanya yang sudah infeksi dan tubuhnya yang sangat kurus, akibat kurang makan.Musa masih sangat lemah, tangannya masih gemetaran karena berhari-hari tak makan.“Aldi…tak kusangka kamulah yang sudah bebaskan aku!” terdengar lirih suara Musa.“Sudahlah…sehatkan tubuh kamu, setelah ini kita akan kembali ke Mesir, orang tua dan adikmu sudah tak sabar menunggu di rumah,” sahut Aldi, sambil bantu menyuapi sahabatnya ini.Tak lama Abu Hanif dan pasukannya datang dan pria ini langsung peluk erat tubuh Aldi, di saksikan ratusan anak buahnya dan para tahanan lainnya.“Tak kusangka ‘The Killer’ kembali beraksi dan mampu bebaskan seluruh sandera. Kamu benar-benar hebat Aldi.” cetus Abu Hanif ceria.Sekaligus buka siapa sosok pemuda yang bikin semua tahanan yang dibebaskan habis kata-kata memuji keberaniannya.Abu Hanif juga cerita, aksi mereka di picu laporan anak buahnya, yang m
“Mikir apa bang…?” seorang gadis cantik berkulit putih, dengan rambut lurus panjang dan hidung mancung kecil sudah berada di sisi pemuda tampan, yang baru saja memangkas brewoknya. Pemuda yang ternyata Aldi adanya dan sedang termenung kaget, di sampingnya sudah ada Larisa, sambil bawakan minuman dingin.“Risa…aku sedang mikir, kapan perang ini akan berakhir, terlalu banyak warga tak berdosa jadi korban,” Aldi pun menceritakan bagaimana mirisnya ia melihat para pengungsi yang jadi korban kebrutalan serdadu zionis.Menatap Larisa, Aldi harus akui, inilah wanita paling cantik yang pernah dia kenal. Sesaat dia lupa dengan Ameena, Athalia dan juga istrinya Bianti di Indonesia.Larisa yang baru saja berultah ke 18 tahun benar-benar gadis yang sempurna, tinggi semampai dengan kulit bak bule, tapi wajah khas Timur Tengah.Aldi langsung ucap istigfhar. “Kacau, dua darah ‘raja wanita’ bikin aku begini,” keluh Aldi pusing sendiri. Larisa terlihat ikutan menghela nafas. “Entahlah Bang, agakny
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam