Memanfaatkan waktu selama di Pangkalan Bun, Aldi mendatangi kantor PT Harnady Kalimantan. Ia tentu saja di sambut penuh kehormatan seluruh jajaran manajemen perusahaan papa-nya ini.
Aldi juga dijelaskan lahan-lahan perusahaan ini, hingga ia menganggukan kepala, begitu tahu betapa luasnya lahan perusahaan ini dan menjadi tambang uang bagi perusahaan milik papa-nya.
Dia juga lega bukan main, bukan lagi 70 persen tanah peninggalan kakeknya yang sudah berada dibawah perusahaan ini, tapi kini sudah melebihi hingga 30 persen.
Aldi bahkan di ajak naik helikopter dan melihat langsung aktivitas perusahaan ini dari udara.
Aldi juga di tawari berbagai fasilitas waah, namun pemuda ini menolak dan lebih memilih privasi di hotel bersama istrinya.
“Satu pesanku, hati-hatilah dengan Jalak dan Laura, segera lapor polisi kalau melhat dua orang tersebut,” pesan Ald pada sang Manejer Operasional, sekaligus tangan kanan ayahnya di sini, yang selama ini kena
Gibran memandang wajah anaknya, pria ini tak menyangka Aldi memiliki trah keturunan Marlan Darham di Pangkalan Bun.Lebih kaget lagi saat Aldi ceritakan dengan lengkap riwayat kakek dan kakek buyut dari mendiang Renita, ibu kandung anaknya."Ahmad dan Marlan Darham, aku memang pernah dengar nama kakek buyut dan kakekmu itu, saat berada di sana. Namanya seperti legenda si Pitung di Betawi, tak ku sangka, kamulah keturunannya saat ini!" puji Gibran, tak kuasa sebut kekagumannya. Namun Aldi justru sengaja tak menceritakan kalau dia sudah memiliki istri kedua, yang kini ia tinggal di Kalimantan Tengah, sekaligus pesan-pesan Olly Bantano dan Sahroni.Gibran makin terperanjat lagi, saat Aldi izin pamit untuk pergi ke Timteng. Misinya selamatkan sahabat dekatnya.“Iya sudah…papa hanya bisa merestui, kamu sudah dewasa, bisa menjaga diri dan tahu resikonya.” Gibran menghela nafas panjang.Celica yang duduk di sisinya juga hanya bisa mendoakan, agar anak sambungnya ini selamat selama di sana.
“Baju tentara…mirip pasukan NATO lambang PBB...?” si penjual senjata gelap kaget mendengar permintaan tak biasa Aldi.Aldi mengangguk. “Soal harga jangan dipikirkan, aku bayar berapapun yang kamu minta, pokoknya bajunya mirip sekali dan jangan KW, baju asli!” desak Aldi.Si penjual senjata api gelap pun minta waktu satu hari, Aldi tak masalah. Tak sulit bagi Aldi mencari kelompok ini, di tengah berkecamuknya perang, bisnis senjata api gelap sangat marak di perbatasan ini.Besoknya, Aldi tersenyum puas, 2 stel pakaian loreng pasukan NATO sudah ditangannnya. Aldi berencana akan menyamar jadi serdadu pasukan itu."Untuk selamatkan Musa, satu-satunya jalan, aku harus menyusup kepasukan musuh!" pikir Aldi.Rambutnya yang panjang pun di pangkas, tapi brewoknya ia biarkan makin lebat. Satu-satunya jalan agar bisa melewati pasukan zionis, Aldi nekat menyamar.Besoknya, Aldi pun mulai masuk ke negeri zionis, melihat pakaiannya begitu, tak satupun serdadu zionis yang menghalanginya.Keberadaan
Bugh…bughh…bahu Aldi langsung kena hantaman popor senapan dari si komandan ini. Tubuh pemuda ini terjengkang, sakitnya bukan main.Bugh…bugh tasss…dua pengawalnya ikut menyiksanya, dengan melakukan tendangan-tendangan keras bertubi-tubi ke tubuhnya.Aldi menahan bibirnya agar jangan berteriak, walaupun di sela-sela bibirnya mulai mengeluarkan darah, tanda dia alami luka dalam.Ia sudah paham konsekwensinya, Aldi pasrah tubuhnya jadi sansak hidup dari 3 serdadu zionis ini.Tendangan dan pukulan bertubi-tubi gunakan popor senapan benar-benar membuat pemuda nekat menderita luar biasa.Sampai-sampai dua orang yang berada di ruangan ini menutup wajahnya. Tak tega melihat Aldi di siksa habis-habisan ketiga orang serdadu zionis tersebut.“Kita cari siapa komandannya, berani betul dia mengancamku,” dengus si Komandan zionis ini melampiaskan kemarahannya.Setelah puas menyiksa Aldi yang kini setengah mampus, merekapun keluar dari tahanan ini dan membiarkan pemuda ini menggeletak antara pingsan
Dengan kasar diiringi tatapan kasian Nasar dan Buya, Aldi dikeluarkan dari tahanan ini, tubuhnya beberapa kali hampir terjerembab.Tapi para serdadu itu tak ada belas kasian, tubuh Aldi malah di seret semakin keras.Aldi kini di bawa ke sebuah ruangan interogasi, yang jaga sangat ketat 25 prajurit dengan senjata terkokang, berjaga-jaga dengan tatapan seperti serigala kelaparan.Si komandan ini menatap bengis wajah pemuda ini.“Sekarang mengakulah, siapa kamu sesungguhnya. Kamu benar-benar nekat merampas pakaian milik Letnan Dua Matt Jackson. Kamu berkulit Asia, Matt Jackson berkulit hitam,” bentak si Komandan yang di dadanya tertulis nama Rabbat berpangkat Letnan Satu.“Apes dah, si Matt ternyata berkulit hitam,” batin Aldi sambil otaknya berputar cari jawaban, nyawanya kini ada ujung di lidahnya.“Jawab cepat bangsat!” kembali Lettu Rabbat membentak, sambil cabut pistolnya dan todongkan ke wajah Aldi.Pemuda ini kaget juga, nyawanya kini benar-benar berada di jari sang komandan zion
Dengan cueknya Aldi permisi dan minta sebatang cerutu, mata Lettu Rabbat sampai mendelik melihat kelakuan anak muda ini, benar-benar santai dan tak kenal takut.Padahal nyawanya ini di matanya hanya seujung upil, tinggal klik pistol di pinggangnya, maka selesailah nyawa Aldi.Tapi harta karun bernilai fantastis membuatnya sabar, padahal Aldi sampai kini jadi manusia paling di cari-cari pasukan negerinya hidup atau mati, setelah bantai 20 rekan mereka.Kepala Aldi juga di hargai tinggi, tapi nilai harta karun dibandingkan hadiah itu, tak ada apa-apanya. Inilah yang bikin jiwa rakus Lettu Rabbat jalan.Aldi bukanlah bodoh, dia paham Lettu Rabbat sangat serakah. Jangankan nyawa 20 serdadu. Ribuan serdadu yang ada di sini tewas, asal dia selamat bawa harta karun tersebut, pasti dilakukannya. Itu diketahui Aldi, saat diam-diam sempat nguping, ketika Rabbat bicara dengan dua serdadu dalam bahasa negerinya, yang agaknya orang kepercayaannya.Mereka lupa, Aldi paham bahasa negeri zionis, jug
“A-apa tuan, gunakan senjata, b-bisa tuan, tapi buat apa tuan?” Anwar malah kebingungan dengan pertanyaan Aldi yang dianggapnya aneh ini.“Ayoo bantu aku ambil senjata-senjata dekat 3 mayat itu, kita angkut di dalam mobil, nanti di jalan aku jelaskan!” tanpa buang waktu Aldi diiringi Anwar bergegas mendekati ke 3 mayat serdadu tersebut.Tapi Aldi kaget, saat Anwar mencopot pakaian Lettu Rabbat. “Maaf tuan, saya mau ganti pakaian saya dengan baju serdadu ini, boleh ya tuan?”Aldi mengangguk, di dalam mobil, Aldi juga ambil jaket milik Rabbat dan kini mereka langsung jalan, tujuan kembali ke markas serdadu zionis ini.Anwar melongo saat Aldi sebutkan tujuannya, sekaligus sebutkan nama serta misinya.“Jadi…kita akan serbu markas pasukan itu, lalu selamatkan para tahanan di sana?”“Benar Anwar, apakah kamu sanggup?” pancing Aldi.“S-sanggup tuan Aldi, dengan senang hati,” sahut Anwar malah bersemangat, wajahnya berbinar-binar.Kini gantian Aldi yang kagum, Anwar tanpa ragu sebutkan bagaim
Kegegeran pun melanda markas ini, ledakan bom waktu yang dipasang Anwar menewaskan 10 serdadu yang berjaga di sana.Dahsyatnya ledakan ini juga langsung kirim 40 an serdadu lainnya terbang ke alam baka.“Mampusssss kaliaannn!” teriak Anwar saking senangnya. Aldi tidak menegur ulah pria kurus ini. Dia memaklumi kemarahan Anwar yang kehilangan seluruh keluarganya akibat ulah serdadu zionis.Anwar justru melongo saat Aldi dengan santuynya keluar dari persembunyian mereka, lalu berjalan menuju ke basement markas ini.Dengan berdarah dingin Aldi tembaki semua serdadu yang panik berlarian saat ledakan ini terjadi, apalagi api mulai berkobar hebat membakar gedung ini.Lalu Aldi dengan entengnya lempar beberapa granat tangan, hingga makin gegerlah markas ini.“Gileee ni orang, kayak punya nyawa rangkap saja,” batin Anwar terkagum-kagum melihat aksi Aldi tersebut.Anwar makin mangap, saat Aldi tertembak dan jatuh terjengkang terguling-guling di tanah berpasir.Hampir saja Anwar berteriak kaget
Musa dengan wajah ceria menatap sahabatnya ini dan dia sejak 2 bulanan yang lalu tak bisa berjalan lagi. Akibat luka-lukanya yang sudah infeksi dan tubuhnya yang sangat kurus, akibat kurang makan.Musa masih sangat lemah, tangannya masih gemetaran karena berhari-hari tak makan.“Aldi…tak kusangka kamulah yang sudah bebaskan aku!” terdengar lirih suara Musa.“Sudahlah…sehatkan tubuh kamu, setelah ini kita akan kembali ke Mesir, orang tua dan adikmu sudah tak sabar menunggu di rumah,” sahut Aldi, sambil bantu menyuapi sahabatnya ini.Tak lama Abu Hanif dan pasukannya datang dan pria ini langsung peluk erat tubuh Aldi, di saksikan ratusan anak buahnya dan para tahanan lainnya.“Tak kusangka ‘The Killer’ kembali beraksi dan mampu bebaskan seluruh sandera. Kamu benar-benar hebat Aldi.” cetus Abu Hanif ceria.Sekaligus buka siapa sosok pemuda yang bikin semua tahanan yang dibebaskan habis kata-kata memuji keberaniannya.Abu Hanif juga cerita, aksi mereka di picu laporan anak buahnya, yang m