“Aku tahu. Lepas tanganmu, ini berbahaya buat kita.” Akhirnya, pria itu bersuara setelah beberapa detik mencoba menenangkan degup jantungnya sendiri.Rachel refleks menarik mundur tangannya, dan meminta maaf. Seperti Tommy, dia pun tidak menyadari tindakannya barusan. Dan ketika dia sadar telah menyentuh lengan kekar pria itu, Rachel merasa ada kupu-kupu di perutnya yang menggelitik.“Tolong, antar aku ke hotel.”Sisa perjalanan itu akhirnya dihabiskan dengan keterdiaman mereka. Tommy dan Rachel sama-sama sibuk pada pikiran mereka masing-masing.Sesampainya di hotel, Rachel bermaksud langsung keluar dari mobil sport mewah itu usai mengucapkan terima kasih. Tapi lengan kanannya di tahan Tommy.“Rachel, mengenai tawaranku padamu–” “Maaf Om… Rachel belum ada niat menikah.”“Aku bisa menunggumu. Hanya saja, jangan terlalu lama.” Tommy bukan pria yang mudah menyerah. Hanya saja, tentu dengan perbedaan usia mereka yang cukup jauh … waktu adalah penghalang terberat mereka. Semakin lama Ra
“Heiii Rachel, kamu kenapa sih, aku lagi tanya kamunya malah termenung.” Tegur Gita sedikit sebel dengan sahabat dekatnya ini. Padahal otak Rachel justu kepikiran ke papa sahabatnya tersebut.“Ahh nggak kok, aku hanya mikiran kita nggak bisa lama ngobrol. Soalnya aku ada janji untuk pemotretan sebentar lagi!” Rachel langsung bikin alibi.“Oh yaa…waah kamu balik lagi jadi model yaaa…?” Gita masih ingat Rachel dulu pernah jadi model, tapi sayangnya nggak lanjut.Tak ingin bohongi sahabatnya, Rachel pun jujur kalau dia kini jadi brand ambassador perusahaan skin care milik Tante Willy.“Hmm…Tante Willy, orangnya cantik, putih kayak kamu, tinggi dan jalan suka angkat dagu dikit, bak model, itukah orangnya Rachel?”Rachel pun mengangguk. Gita tertawa kecil.“He-he…perusahaan dia itu bentar lagi akan jadi milik Harnady Group. Tadi papa nge-chat ke aku dan bilang borong semua saham perusahaan itu. Ahh si papa ini, perusahan mantan pacar di suruh borong. Moga ajah nggak CLBK, males banget puny
Bu Sumi heran sepulang dari wahana permainan di mal mewah, Rachel sering melamun. Tapi wanita setengah baya ini sungkan bertanya apa sebabnya.Rachel juga selalu menghindar setiap kali Tommy Harnady datang ke apartemen. Kalaupun datang, dia sengaja tak mau menemuinya, dengan alasan capek habis kerja.Hingga Tommy terpaksa hanya bermain dengan Gibran, sampai Tommy pulang lagi. Rachel tetap bersekeras tak mau menemui pria tampan ini.Hal ini terbawa pada pekerjaannya saat ini.Tak sekali dua kali pemotretan harus di take berulang-ulang, gara-gara Rachel sering salah dan tidak sesuai dengan keinginan sang fashion stylist -penata gaya.“Kamu kenapa sih, tak biasanya?” si fashion stylist bertanya.“Maaf mas, mungkin aku perlu rehat dulu, sehari dua hari, boleh yaa?”“Nggak bisa Rachel, dalam waktu dua hari ini foto-foto terbaru ini harus seger kelar, ntar Tante Willy marah, apalagi perusahaaan ini sudah go publik dan milik sebuah group perusahaan besar!”Rachel langsung terdiam. “Tolong, b
Tante Willy kaget, Rachel menolak perpanjangan kontrak 2 tahun ke depan. Padahal, nilai kontraknya justru dinaikan hingga 100 persen.“Apa alasan kamu Rachel, apakah kamu sudah jalin kontrak dengan perusahaan lain?” selidik dan pandangan curiga Tante Willy menusuk mata Rachel.“Tidak tante, aku hanya ingin istirahat saja.” Ini sebenarnya ucapan jujur Rachel.Walaupun tawaran berdatangan, yang di kelola asistennya. Tapi semua tawaran itu di tolaknya mentah-mentah, dengan alasan menghormati kontrak dari Tante Willy, padahal nilai tawaran kontraknya besar.Mata elang Tante Willy menelusuri tubuh Rachel, setahun yang lalu dan saat ini Rachel sudah berubah 180 derajat.Kulit Rachel makin halus, tubuhnya makin proporsional dan sikapnya pun makin anggun, dulu Rachel bak anak dari desa turun ke kota, fashionnya pun ala kadarnya. Kini…Rachel menjelma bak selebritas papan atas.‘Pantes Om Olly sampai kini penasaran dengan si Rachel ini, makin lama anak ini makin jelita saja’ pikir Tante Willy.
Di sebuah hotel bintang 5…!Senyum tersungging dari bibir Tommy itu. Tak bosan-bosannya Rachel menatap tubuh kokoh suaminya.“Teruslah begini, Rachel senang lihatnya.” bisik Rachel sambil mengecup bibir Tommy dan melumatnya sepuasnya, sampai Tommy gelagapan.“Buat kamu ya…! Tapi yang lain, aku tak janji..!” Tommy menarik tubuh menggiurkan Rachel.Rachel menggeliat manja. “Sayang…kita sarapan dulu, masa bercinta mulu,” Rachel merengut manja.Tapi mulut berkata begitu, Rachel malah duluan menarik tubuh kokoh suaminya dan kembali menyodorkan perabotannya yang terawat rapi agar dilumat Tommy sepuasnya.Rachel bak kuda betina yang lepas dari sangkar, Tommy sampai kaget melihat istrinya begitu ‘ganas’ melayaninya.Kerinduannya selama bertahun-tahun Rachel tumpahkan malam ini.Rachel tidak ada puasnya menciumi aroma tubuh Tommy yang harum lembut dan tak pernah dia lupakan sampai detik ini.Ucapan apa adanya Rachel membuat Tommy menyalahkan istrinya ini. Kenapa tak ngaku dari dulu kalau juga
Tiga hari kemudian Tommy datang dengan wajah kuyu, nampak sekali ada beban berat di wajahnya. Rachel menatap wajah suaminya.Dia membatin pasti terjadi pertengkaran hebat antara Tommy dengan Gita, semua ini gara-gara dirinya.“Papa, apakah Gita masih marah…?” Rachel memeluk suaminya untuk menguatkan batin Tommy.“Iya sayang, Gita sangat murka dan dia minggat dari rumah, memutuskan tinggal di apartemennya. Juga Isabella, entah di mana anak manja itu sekarang, mana katanya hamil diluar nikah lagi…!” suara Tommy mirip keluhan.Degg...lagi-lagi jantung Rachel bergoyang. Ingat nasibnya dulu. Tapi dia tetap bersikap tenang, menahan deburan jantungnya.Baru pertama kali Rachel melihat seorang Tommy yang di kenalnya sebagai pria kuat dan dingin, hari ini hancur mentalnya, keangkuhannya saat ini seakan hilang tak berbekas.Rachel pun menguatkan semampunya semangat Tommy yang turun ke titik terendah. Tommy sampai memeluk erat istrinya yang hamil besar ini, seakan butuh sandaran dari Rachel saat
Ingatan Tommy pun melambung jauh ke masa lalu, saat dia sebagai anak muda yang sangat nakal dan fuckboy.Orang tuanya seorang milyader dan ia merupakan anak tunggal dari Purnomo Harnady, seorang pengusaha tambang, kapal kargo serta saham di mana-mana.Purnomo dulunya pernah kerja di sebuah perusahaan tambang, lalu keluar dan mencoba buka usaha, ternyata tangan dinginnya mampu lahirkan sebuah perusahaan yang makin lama makin besar.“Inilah kalau punya anak satu-satunya, laki-laki pula, nakalnya kelewat dosis!” sungut Tante Reni, mama nya Tommy setiap kali melihat kelakuan anak tunggalnya ini.“Biarlah, kalau nakal ke wanita tak apa-apa, tapi kalau sudah narkoba, tiada ampun!” sahut Purnomo Harnady tertawa kecil, tak pusing menanggapi kebengalan Tommy.Bagi Purnomo yang super sibuk, kenakalan anaknya ini tak perlu di pikirin berlebihan. "Kelak kalau bosan pasti sadar sendiri," pikir Purnomo.Kenakalan Tommy terhenti saat kenal dengan seorang wanita lembut dan jelita, bernama Devina.Tom
Devina yang dewasa malah menunjukan hal-hal yang membuat Tommy mulai berpikir, kalau apa yang dia buat selama ini salah.Sejak saat itulah, Tommy memperhatikan keseharian kakak angkatnya ini.Pandangannya mulai berubah pelan-pelan saat melihat Devina yang anggun bak artis Dina Lorenza, dengan tinggi tubuh semampai dan kulit putih bersih.Biasanya setelah sadar, Tommy tak sungkan curhat ke Devina, saking terbukanya, Tommy tak segan menceritakan hal-hal detil tentang wanita yang dia kencani.Devina bukannya risih, malah tertawa kecil dan bilang hati-hati kalau kena penyakit, karena sering gonta-ganti wanita.“Awas loh, kenapa penyakit!” hanya begitu Devina bilang sambil tersenyum maklum dan kadang menjewer kuping Tommy.Tibalah Tommy wisuda, ia kaget sekaligus jealous saat Devina yang ia minta mendampingi datang, tapi Devina justru membawa seorang pria muda sederhana dan ganteng.Padahal saat itu, Tommy juga di dampingi seorang wanita cantik yang diakuinya pacarnya pada Devina.“Kenapa