Devina yang dewasa malah menunjukan hal-hal yang membuat Tommy mulai berpikir, kalau apa yang dia buat selama ini salah.Sejak saat itulah, Tommy memperhatikan keseharian kakak angkatnya ini.Pandangannya mulai berubah pelan-pelan saat melihat Devina yang anggun bak artis Dina Lorenza, dengan tinggi tubuh semampai dan kulit putih bersih.Biasanya setelah sadar, Tommy tak sungkan curhat ke Devina, saking terbukanya, Tommy tak segan menceritakan hal-hal detil tentang wanita yang dia kencani.Devina bukannya risih, malah tertawa kecil dan bilang hati-hati kalau kena penyakit, karena sering gonta-ganti wanita.“Awas loh, kenapa penyakit!” hanya begitu Devina bilang sambil tersenyum maklum dan kadang menjewer kuping Tommy.Tibalah Tommy wisuda, ia kaget sekaligus jealous saat Devina yang ia minta mendampingi datang, tapi Devina justru membawa seorang pria muda sederhana dan ganteng.Padahal saat itu, Tommy juga di dampingi seorang wanita cantik yang diakuinya pacarnya pada Devina.“Kenapa
“Tak apa Tommy, ini sudah takdir…kamu kemana saja, aku khawatir dengan kamu? Tubuhmu juga kurusan…emm…bau rokok juga, kamu nge-rokok lagi yaa..?”Inilah Devina, bukannya ingat nasibnya, tapi justru dia mengkhawatirkan kondisi Tommy yang juga kurusan dan seperti tak terawat.Tommy tersenyum, dia menghapus dua titik bening di pipi Devina. “Mulai hari ini, aku akan ada buat kamu Devina. Aku janji tak merokok dan minum lagi, juga berhenti jadi fuckboy. Aku akan selalu pulang ke rumah usai ngantor!”Devina tersenyum dan mengangguk.“Badan kamu bau, ayoo aku mandiin!” Devina sampai saat ini ternyata masih anggap Tommy adik kecil kesayaangannya.“Boleh…eh bentar, aku bukan anak kecil lagi Devina, aku pria dewasa!” Devina tak menggubris protes Tommy.Tommy pun tak menolak dan dia di ajak ke kamar mandi dan Devina benar-benar memandikan Tommy seolah anak kecil yang nakal habis main lumpur.Sejak hari itulah Tommy buktikan omongannya, pulang ngantor dia pulang, malamnya mereka jalan-jalan berdu
Tommy begitu terpukul dengan kematian Devina, berbulan-bulan dia sulit sembuhkan hatinya yang sedih tak ketulungan.Tanpa bisa di cegah lagi, penyakit lama Tommy yang sudah lebih 12 tahun dia tinggalkan kumat lagi. Yakni mabuk dan wanita.“Kenapa kamu begitu cepat pergi Devina, kalau kamu ada, aku tak bakal begini,” keluh Tommy, yang sejak kematian istrinya ini berubah jadi pribadi dingin, angkuh dan tak bisa di bantah ucapannya.Hanya pada ke 3 anaknya dan orangtua serta mantan mertuanya Tommy bersikap hangat. Pada orang lain jangan harap.Pegawainya yang berani bantah ucapannya apalagi berbuat salah, siap terima resiko! Gaji di tambah 6 bulan, tapi hari ini juga di pecat tanpa ampun!Tapi Tommy juga terkenal royal, bagi yang berprestasi, gelontoran bonus tak segan dia berikan. Inilah yang membuat perusahaannya stabil dan makin menanjak.Tapi di sisi lain, sifat playboy Tommy makin menjadi. Gita yang sudah beranjak remaja tahu kelakuan papanya.“Biarlah…siapa tahu kelak papa akan tem
Setelah 5 hari di rawat, Rachel buktikan janjinya, jemput Isabella dengan bayi cacatnya. Rachel sama kagetnya, tak menyangka bayi malang ini tak memiliki kedua kakinya.Terbuktilah Rachel bak ‘ibu’ bagi Isabella yang syok, Rachel terus-terusan menghibur Isabella yang malah ingin buang anaknya ini.“Apa yang harus aku lakukan sekarang ka Rachel, tolong buang saja bayi sialan itu?” Isabella menangis sesengukan di bahu Rachel sepanjang jalan menuju ke rumah.“Jangan begitu Bella, dia darah dagingmu, walaupun dia catat dan bekas kekasihmu tak mau tanggung jawab, tapi dia bayi tak berdosa.” Rachel terus-terusan membujuk.Begitu masuk pekarangan luas dan mewah, Rachel terlebih Isabella kaget bukan kepalang, saat melihat seorang pria tampan dengan dengan wajah kusut sudah berada di sana.Dialah Tommy, begitu melihat Isabella turun dari mobil bersama Rachel, dan di belakangnya ada bayi yang di bawa babysiter, wajah Tommy sudah perlihatkan ekspresi kemarahan.“Bella..bagus sekali kelakuanmu ya
Isabella memeluk erat tubuh Rachel dan ucapan terima kasihnya sudah membela dia dari kemurkaan papa-nya.“Ka Rachel, mulai hari ini Bella restui kaka dengan papa, tolong jangan tinggalkan papa, apalagi kini papa sedang hancur begini. Papa sudah syok dan rusak gara-gara kematian mama. Kaka juga sama persis seperti mama yang lembut, juga wajah kaka mirip sekali…!”Bella meneteskan airmata mengisahkan betapa hancurnya dia, juga kedua kakaknya, termasuk papanya semenjak ibu mereka meninggal karena sakit.“Iya Bella, aku tak akan pernah tinggalkan papamu, dia adalah suami kaka selamanya,” janji Rachel. Bella kembali memeluk Rachel dan ucapkan terima kasihnya.“Bang Dyan jadi tak terkendali nakalnya hingga berujung salah pergaulan, juga aku…untung saja ka Gita lebih kuat mentalnya.” Bella kembali lanjutkan kisahnya.Semenjak hari itu, Bella tak lagi sebut Rachel kaka, tapi bunda.Setiap hari Rachel membujuk anak sambungnya ini sampai Bella mau menerima kenyataan, dan mau menyusui bayi cacat
“Tapi pah, Rachel tak punya pengalaman, pengalaman hanya pernah jadi beauty influencer!”Rachel terkaget-kaget sekaligus tak menyangka, Purnomo meminta dirinya segera ambil alih perusahaan yang dulu pernah Tommy berikan dan ber aset besar.“Bunda, terimalah ini, kalau kakek sudah beri kepercayaan, itu artinya insting kakek tepat.”Bella malah mendukung niat kakeknya.“Kamu sarjana, itu sudah cukup. Nanti aku panggil orang yang akan membimbing kamu. Tunggu sebentar aku telpon.” Purnomo lalu menelpon seseorang.Tak sampai 30 menitan, datang pria setengah tua yang penampilannya mirip Purnomo, kebapakan dan selalu tersenyum.Rachel kaget, inilah Notaris yang dulu jadi saksi nikahnya dengan Tommy dan menyerahkan asset perusahaan bernilai 5 triliun padanya.Setelah memberi hormat pada Tante Reni dan Purnomo, pria ini berpaling dan tersenyum pada Rachel dan Bella.“Apa kabar Bella, Rachel…!” sapanya ramah.“Kabar baik Om Sanjaya, eh udah kenal bunda Rachel ya Om?”“Iya Bella, karena Om lah y
Di lobby teras perusahaan mewah ini sudah menunggu Notaris Sanjaya, seluruh pegawai menatap bengong seorang wanita cantik jelita, dengan langkah anggun berjalan di sisi sang notaris ini. Rambut panjang berombak, baju blouse kerja yang mencetak body aduhainya di padu rok sebatas lutut dan heel setinggi 5 centemeteran, menambah menjulang tubuhnya. Seluruh staf dari manajer hingga kepala bagian berkumpul di ruang rapat ini. Hari ini ada pengumuman penting. Sanjaya menatap 25 orang staf penting perusahaan ini. Tapi dia sadar, semua nemplok menatap wanita jelita yang duduk di sebelahnya dengan gaya anggun dan bersikap acuh tak acuh. Wanita ini meletakan tas kecilnya di samping, tangannya di lipat ke dada dan menatap datar saja ke 25 orang yang semuanya menatap kagum padanya, terutama para pegawai pria. Sedangkan pegawai wanitanya menaksir-naksir berapa harga 'properti' yang dikenakan wanita jelita ini. “Saudara-saudara sekalian, saya sebagai notaris PT Harnady Industries, hari ini me
Di kantor Rachel pribadi yang tak kalah angkuhnya dari Tommy. Tapi Rachel buktikan di rumah dia tetap tak berubah, Begitu bertemu Bella, Gibran, dan adiknya Masri Harnady, serta si bocah tampan tanpa kaki Dyan, juga Sumi ibunya, Rachel tetap hangat, keibuan.Tak pernah sekalipun memarahi mereka dan tak berubah rasa hormatnya pada bu Sumi.Bella pun sampai takjub melihat ibu sambungnya yang dikatakannya lebih ‘ngeri’ di bandingkan papanya.“Papa wajahnya datar gitu, kalau bunda beda, ceria! Tapi saat ngantor menakutkan,” cetus Bella, saat melihat ibu sambungnya ini bersiap ngantor.Bella tentu saja tahu sepak terjang Rachel yang diam-diam dijuluki 'wanita bertangan besi'. Rachel hanya tertawa kecil dan membelai Bella yang tak segan bermanja-manja dengannya.“Kalian tak tahu, betapa sulitnya aku begini, jiwa angkuhku bertentangan dengan hatiku sendiri,” batin Rachel.Seperti biasa, sesampainya di kantor Tito dengan wajah lucunya sudah menyambut sang Presdir jelitanya ini.Tapi Rachel