Seorang wanita muda sedang aseek menyabit rumput untuk ternaknya, aseek menyabit rumput, tak menyadari dia dekat dengan sosok tubuh yang tertelungkup, tak jauh dari rumput yang di potong.“Astagaa….ini mayatkahhhhh…!” saking kagetnya wanita ini sampai terlonjak dari tempatnya.Tapi wanita desa yang masih muda ini agaknya bukan tipikal orang penakut, dia dengan pelan-pelan mendekat lagi.Lalu dengan ujung ranting menowel-nowel tubuh yang tertelungkup itu dengan pakaian sobek-sobek tersebut.Saat itu dia makin terperanjat, tubuh ini terlihat masih bergerak, terutama dadanya, tanda orang ini masih hidup tapi dalam kondisi pingsan.Dia lalu setengah berlari sambil memanggil pertolongan. Tak lama dia balik lagi dengan seorang pria tua dan seorang anak kecil laki-laki berusia 6-7 tahunan.“Hmm…siapa orang ini, dia agaknya pingsan, lengan dan kakinya patah, sebentar aku ikat dulu dengan ranting, baru kita gotong pelan-pelan ke rumah!” si kakek tua ini ternyata tangkas dan kuat, dia memotong
Gibran sempat bertanya apakah saat menemukannya, ada melihat ponsel, dompet…serta senjatanya. Baik Norah ataupun Kakek Telo bilang tak menemukan itu, entah di mana tercecernya.“Baju kamu sobek-sobek, juga celanamu, mungkn tercecer entah di mana, kami hanya menemukan arloji yang masih bertahan di lenganmu, senjata? Apakah kamu ini aparat Gibran?” kakek Telo memandang Gibran curiga.Gibran langsung menggeleng. “Itu senjata berizin kek, bukan senjata ilegal…nanti kalau aku sembuh, aku akan coba cari kelak di mana aku ditemukan Norah pertamakali. Moga nggak jauh tercecernya!”“Nanti aku bantu mencarinya tuan Gibran,” sahut Norah, Gibran pun mengangguk dan kembali ucapkan terima kasihnya.Hari-hari pun di lalui Gibran untuk sembuhkan luka-lukanya. Dia hanya mengaku seorang pengusaha biasa, yang punya musuh terkait bisnisnya.Gibran tentu tak mengaku secara spesifik siapa dia sesungguhnya.Setelah 5 hari, barulah Gibran tahu, kalau Norah ini sebenarnya seorang janda muda tanpa anak. Suamin
Badan Norah yang hanya sedada Gibran cukup gesit jalan di hutan, kadang dia tersenyum melihat Gibran sering tertinggal dan terpaksa menunggu.Barulah Gibran sadar, si janda mungil ini sangat cantik dan manis kalau sudah senyum begitu, walaupun pakaian yang dikenakannya sederhana, tanpa riasan make up apapun. Penampilan Norah apa adanya dan itulah daya tariknya.Bibir Norah merah alami, kulitnya juga putih bersih, biarpun kukunya tak lentik, karena selalu dipotong pendek.Tapi tangannya bersih dan kokoh, terbiasa kerja keras di kebun dan di hutan menyabit rumput untuk mencari makanan sapi dan kambing peliharaannya.Gibran pun berpakaian sederhana, pinjaman dari kakek Telo. Walaupun agak sesak, tapi lumayan sebagai pelindung ditubuhnya.Pakaiannnya sebelumnya sobek dan tak bisa dipakai lagi, juga jaskulnya. Gibran seolah petani berbadan kokoh, dengan pakaian begitu.Wajahnya yang dulu bengkak-bengkak kini sudah mulus dan kembali ke wujud aslinya. Diam-diam Norah kagum juga melihat ketam
Gibran tersenyum, dia menarik wajah Norah dan mengecup bibir janda manis ini, Norah awalnya kaget, tapi dia membiarkan saja ulah pemuda yang dia kagumi ini.Norah bukanlah wanita nakal, dia justru wanita yang tak terbiasa dengan perlakuan laki-laki, apalagi laki-laki ganjen.Tapi saat ini dia bukan di goda lelaki iseng, justru seorang pria yang sejak awal sadar dan berbincang, sudah bikin hatinya tertarik.Ditambah lagi tubuh tinggi kokoh Gibran, idaman banget bagi seorang Norah yang bertubuh mungil.Dari kecupan berubah jadi saling melumat, Norah juga tak sadar, saat tangan Gibran menelusup di balik pakaian tipisnya dan meremas pelan kedua bukitnya yang membusung.Kalau tadi Norah gugup karena menemukan tulang belulang manusia, kini rasa gugupnya beda lagi.Sekian lama tak berdekatan dengan pria membuat jantungnya bergemuruh, antara menolak dan menikmati lumatan yang kini berubah jadi nafsu.Norah makin kaget, ada sesuatu yang keras di antara pantatnya, dia menggeser tubuhnya dan ki
Kakek Telo menganggukan-anggukan kepala mendengar kisah Gibran, yang menemukan tulang belulang manusia sekaligus berhasil menemukan dompet dan ponsel-nya.“Saya yakin itu salah satu orang yang mencoba membunuhku, rupanya dia sempat hidup setelah terjatuh, lalu ambil dompet dan ponselku. Tapi mungkin karena luka berat dan tak ada yang menolong, dia tewas!” cerita Gibran.“Apa sekarang rencana kamu Gibran?” pancing Kakek Telo.“Saya hari ini akan ke kota kabupaten, mau neg-cas ponsel ini dan kontak keluarga di Jakarta, agar mereka tak terlalu khawatir.”“Iya bagus, segera kamu lakukan, kurasa kesehatan kamu juga sudah pulih, waktu 3 bulanan ini sudah cukup!” saran Kakek Telo.Tak buang waktu Gibran pun besoknya naik kapal sungai menuju ke kota kabupaten yang berjarak hampir 4 jam perjalanan, karena hanya itu akses transportasi menuju ke kota kabupaten.Belum ada jalan darat, kecuali jalan kecil yang jarak tempuhnya malah bisa lebih lama.Awalnya dia ingin ajak Norah, namun Gibran beruba
Gibran ucapkan terima kasih dan bilang dia tak sembarangan gunakan senjata api standar milik anggota polri ini.“Tenang saja pa Kapolsek, senjata ini hanya buat jaga-jaga, aku tak sembarangan nembak orang,” janji Gibran.Andai bukan si jenderal bintang 3 yang memerintahkannya, pasti si Kapolsek ini sampai mati pun tak bakal beri pinjam pistolnya pada pemuda ini.Si Kapolsek ini justru kagum, saat Gibran praktekan memasukan peluru di pistol ini, dia yang selalu gunakan pistol ini sampai keheranan, melihat Gibran sangat mahir memasukan peluru dan kini menyimpannya di balik pinggangnya.Bahkan lebih mahir dari dia sendiri dan anak buahnya di Mapolsek ini. Gibran diam saja, tak menggubris keheranan Ipda Drajat.“Jangan-jangan mas Gibran ini anggota BIN,” batinnya sekaligus lega. Setidaknya senjatanya berada di tangan orang yang tepat.Sebab kalau pistolnya diberikan pada sembarangan orang, jabatannya bisa di copot sekaligus karir polisinya selesai.Berdasarkan petunjuk Ipda Drajat, Gibran
Sonya ternyata tak menolak ikut mobil yang disewa Gibran. “Kamu tinggal di mana Sonya?” pancing Gibran sambil pegang setiran.“Tuan Dyan sendiri nginap di hotel mana..?” Sonya malah balik bertanya. Sambil wajah pemuda ini.“Aku di hotel Soppeng Indah,” sahut Gibran apa adanya, karena dia memang nginap di salah satu hotel termewah berbintang 4 di kota ini.“Kalau tuan Dyan tak keberatan, boleh nggak aku ikut mampir ke hotel tuan?” pancing Sonya, sambil menoleh ke arah Gibran yang kini konsen ke jalanan.“Boleh…!” Gibran cepat, dia pun membelokan mobilnya dan kini menuju ke hotel tempatnya nginap. Inilah yang sebenarnya dia ingginkan.“Awal yang baik,” pikir Gibran, yang berencana akan korek keterangan tentang pria yang bernama Alex itu melalui Sonya ini.Setelah ambil kunci di resepsionest, Sonya tanpa ragu ikuti Gibran ke kamar hotel pemuda ini.Sonya kagum juga, Gibran ternyata nginap di kamar yang bertipe Presiden Suite, atau kamar termahal di hotel ini.Kali ini Sonya mulai yakin.
“Hmm…benaran nih mau kasih aku bonus…kalau Abang mau, aku bisa arahkan ke sebuah perusahaan yang benar-benar menambang emas.""Perusahaan mereka ini legal dan aku yakin kalau kelak mereka dapat investor, pasti akan menguntungkan. Kalau Abang ragu, bisa nanti Abang cek ke pemerintah daerah terkait, soal perusahaan itu, aku nggak bohong..?”Sonya menawarkan sebuah perusahaan tambang emas di daerah ini. Kali ini Gibran mulai tertarik.Gibran pun mengangguk. Lalu dia minta Sonya sebutkan nama perusahaan itu, Sonya pun menyebutkan dan Gibran cek melalui ponselnya, ternyata perusahaan yang Sonya sebut memang benar ada, legal alias resmi lagi.“Sonya…kalau kamu emank benar mau berhenti dari tuan Alex, aku akan angkat kamu sebagai staf penghubung perusahaanku dengan perusahaan ini, aku akan gaji kamu 5X lipat lebih besar dari gajimu sekarang,” janji Gibran.“Oh yaa…benarkah…kalau Abang serius, berani nggak Abang beri aku gaji di muka sekarang juga?” tantang Sonya dengan wajah berbinar.Tanpa
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam