Seno tahu kisah Mimi dan Arfi. Namun, perkataan yang tadi diucapkan adalah sebuah jebakan dan juga iseng belaka. Dia sudah mengatakan kepada Alvi jika apapun yang dilakukan tidak untuk disebarluaskan kepada Mimi. Dia tahu, dibalik kesuksesan Mimi ada peran Arfi di sana."Nggak usah bahas si Arfi di sini, nanti ada yang kangen," celetuk Seno tiba tiba."Siapa yang kangen," sahut Mimi."Ya mana aku tahu, kamu mungkin. Soalnya aku juga nggak nyebut nama diantara kalian berdua kan? Ya kali aku kangen sama si Arfi, masa pisang makan pisang," jawan Seno."Iya sih, Mas Seno. Si Mimi ini kayaknya kangen deh, soalnya kan dia seperjuangan sama Pak Arfi katanya. Kan?""Sotoy kamu, Nis. Kalau Bu Santi tahu kamu suka gibah gini, habis kamu kena sp.""Mana berani, aku kan masih saudara Santi. Enak aja," kilah Nisa.Hal yang membuat Mimi tidak suka terlalu dekat dengan Nisa adalah sikap seenaknya. Dia menganggap jika Santi adalah bagian dari keluarganya dan tidak mungkin akan memecat dirinya jika me
"Nggak kerja, Mas?" tanya Mely.Selepas sah menjadi duda, Melly dan Ardhan memutuskan untuk menikah. Sekarang usaha AC mereka kerjakan bersama tetapi sikap Ardan mulai terlihat malas di depan Mely, sedangkan kebutuhan mereka sedang banyak-banyaknya karena Melly yang sedang mengandung anak pertamanya dari Ardan."Hari ini belum ada pesanan. Lagian ini juga hari Minggu, Mas harus dipaksa kerja juga?" tanya Ardhan.Hari-harinya selalu sibuk dengan pekerjaan hingga membuat dia lupa dengan dirinya sendiri. Dia selalu menuruti keinginan Melly agar terhindar dari repetan mulutnya yang seperti petasan jika tidak dituruti."Memangnya kamu pegawai apa? Nggak ada hari libur untuk orang biasa seperti kita. Bentar lagi ada acara 7 bulanan anak kita. Kamu harus siapkan dana untuk syukuran itu. Gak boleh males dong kalau memang kamu berniat untuk menjadi suami yang baik dan ayah terbaik."Ardhan mendengkus kesal. Padahal Melly berubah menjadi wanita yang sangat cerewet dan pemalas setelah menikah de
"Kamu yakin?" tanya Irah tak percaya."Ya. Saya yakin, Bu. Saya berusaha untuk memperbaiki diri agar kehidupan rumah tangga saya kali ini bisa lebih baik. Mungkin ini teguran bagi saya karena selama ini zalim terhadap anak ibu. Namun, jujur sejujur saya sedih jika harus dihadapkan pada kenyataan pernikahan saya menyebabkan anak saya harus kehilangan sosok Ayah. Semoga mimi tidak melarang saya untuk selalu datang menjenguk Laila."Irah tersenyum. Dia bukan sosok mertua yang kejam dengan memisahkan cucunya bertemu dengan ayahnya. Namun, dia melakukan ini karena memang Mimi masih meyakini bahwa suaminya itu adalah lelaki yang sangat arogan dan pemarah."Ibu tidak masalah jika kamu ingin berkunjung dan melihat kondisi Laila. Yang terpenting adalah kamu jangan sampai merusak kebahagiaan Mimi ataupun kamu mengorbankan rumah tanggamu yang sekarang demi bisa bertemu dengan kami. Ibu tahu, istri kamu itu pasti akan marah jika tahu kamu datang ke sini untuk melihat kondisi kamu, kan?"Ardan di
Tentu kaget melihat lelaki yang sudah lama tidak dia lihat itu mendadak ada di acara ini. Tak ada alasan lain selain pekerjaan tentunya karena Mimi tahu, Arfi masih menjadi penyumbang dana dan saham di perusahaan ini.“Apa kabar?” Arfi mengulurkan tangan pada Mimi setelah Laila mengajaknya mendekat pada Mimi.“Ba-ik.”Sejenak terpaku, apakah ini mimpi ini benar atau tidak jika dia melihat Arfi kembali setelah sekuat tenaga dia lupakan.“Mama, Om Arfi ternyata masih ada. Nggak ilang kayak ucapan Mama,” ucap Laila.Arfi tersenyum. Dia melihat bagaimana Laila selama ini mencarinya. Dia sengaja pergi untuk mengurus hal terkait Dayana dan keluarga. Dia juga menepi untuk meyakinkan dirinya, apa dia masih pantas memiliki pendamping atau memang lelaki payah seperti yang Dayana ucapkan.“Ka-pan kamu datang?” tanya Mimi grogi, gugup dan salah tingkah saat ditatap Arfi begitu intens.“Maunya kapan? Aku akan siap datang ke rumahmu kapan saja,” kekeh Arfi.Berbeda dengan Arfi yang dulunya dingin,
“Chat siapa?” tanya Arfi tiba tiba mengagetkan Mimi. Mimi melihat arti yang langsung mengambil posisi duduk di sampingnya.“Oh, Ibu. Takutnya khawatir dan nunggu aku pulang. Soalnya, aku hanya izin lembur malam ini.”“Emang harus izin sih, apalagi nginapnya di rumah aku. Pasti Ibumu mikir yang macam macam,” kekeh Arfi sambil memberikan minumnya pada Mimi.“Makasih. Tapi aku nggak akan ngomong Kalau nginep di rumah kamu. Nanti juga Layla akan bilang kalau sudah sampai di rumah. Setelah itu aku harus siap-siap diceramahin Ibu karena sudah berani menginap di rumah lelaki yang belum jadi muhrim.""Besok aku jelaskan jika Ibu salah paham. Jika perlu ibumu aku bawa ke sini," ucap ArfiMimi meneguk teh hangat yang dibuatkan Arfi, lalu menatap langit yang sekaan sedang menertawakannya. Dia tahu, tak mudah bagi Mimi untuk menetralkan debaran jantungnya yang sekaan mengajaknya berdisko di samping Arfi.“Katanya mau jelasin kenapa nggak ada kabar. Gak jadi?” tanya Mimi saat Arfi justru lebih la
Laila kaget saat dia terbangun, dia berada di ruangan yang sangat indah. Dia langsung berteriak dan memanggil ibunya. Mimi yang sedang mandi gegas keluar kamar mandinya dengan hanya memakai handuk saja."Ya Allah, Laila. Kenapa kamu teriak-teriak begitu? Ibu Sampai kaget," tanya Mimi."Kita di mana Bu? Apa kita sudah di surga? Kok, kita tidur di kamar yang bagus? " cecar Laila.Mimi terkekeh. Dia langsung berjalan menghampiri anaknya dan mengecup kepalanya."Surga, surganya Laila di dunia. Ini kita nginap di rumah orang. Soalnya mama harus kerja pagi ini lebih awal, jadi nggak pulang.""Ohya? Kita nginep di rumah siapa Bu ini? Bagus banget," tanya Laila Yang sepertinya tidak puas dengan jawaban ini mengenai mereka sekarang mereka berada."Rumah Om Arfi. Laila mandi ya? Mama pake baju dulu. Bisa mandi sendiri?""Bisa, Ma."Laila sangat senang. Dia bahkan terkejut dengan kamar mandi yang ada di kamarnya. Kamar mandi dengan bathtub yang lebar dan bisa digunakan untuk berenang olehnya."M
"Cie, kayaknya ada yang kepanasan nih, tapi bukan api," kekeh Dea saat melihat Arfi duduk di samping Monalisa.“Apaan? Nggak ada. Bagian konsumsi udah keluar semua?” tanya Mimi mengalihkan pertanyaan Dea.“Kalau dipikir-pikir, kayaknya si Arfi dari tadi cari kamu sih. Cuma dia ada di bagian tamu undangan, sama kayak si Lampir itu. Jadi, kasihan juga ya kalian,” ledek Dea.“Hm, mulai deh mengompori. Kamu itu terlalu fokus sama kita, jadi nggak fokus ama kerjaan. Ya kan?”“Heh, mana ada? Aku liat semua, cin. Kamu dan Arfi udah cocok. Tapi gengsi aja kan? Tuh, si Laela aja nyaman banget sama Arfi. Mana dia kayak papa sungguhan gitu. Ah, jadi gemes dah.”Mimi melirik pada Laila yang sejak tadi memang sangat dekat dengan Arfi. Bahkan Laila yang diantar oleh ART Arfi dari rumah karena memintanya menyusul itu langsung mencari Arfi, bukan dirinya.“Itu namanya anak anak, De. Dia tahu, Arfi udah berbaik hati kasih tumpangan menginap semalam,” ceplos Mimi.“What, seriusan?” Dea nampak kaget
Hadiah mobil yang dia dapatkan dari perusahaan tidak dia bawa pulang. Dia juga tidak mengatakan pada siapapun dan meminta Laila juga tak berbicara pada siapapun. Hanya pada Ibunya saja Laila bercerita dan Ibunya turut bersyukur mendengar hal ini.“Ibu senang kamu bisa menata hidupmu selepas bercerai, Mi. Ibu hanya berharap, kamu bisa mendapatkan keberkahan hidup.”“Doakan saja yang terbaik, Bu. Bu, Mimi mau tanya mengenai Mas Ardhan. Mumpung Laila udah tidur, boleh?”Irah mengangguk dan tersenyum. Jelas Mimi mendengarnya dari Laila karena selama ini Ardan datang hanya ingin menemui Laila."Ardhan yang datang ke sini seminggu sekali karena ibu yang menyarankan. Terjadinya dia sering datang tanpa waktu yang tepat. Ibu sarankan dia untuk datang di hari libur atau weekend untuk sekedar mengajak Laila jalan-jalan atau mengobrol di depan rumah. Maaf karena Ibu tidak meminta saran dari kamu. Hubungan yang pernah retak membuat ibu takut kamu melarang akan datang karena rasa trauma. Jadi ibu p
"Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc
"Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi
"Sudah pulang rupanya anaknya itu, kau antarkan jam berapa?" Tanya Melly saat dia bangun dan melihat Laila sudah tidak ada di kamarnya."Barusan.""Tumben kamu peka?" "Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu memang bukan sosok ibu tiri yang baik untuk anakku. Makanya aku pikir lebih baik aku mengembalikan saja kepada ibunya yang jelas-jelas lebih peduli kepadanya. Apalah arti Ayah ini jika dibawa ke sini hanya membawa dia terluka dan sedih mendengar kata-kata ibu tirinya," jawab Adnan yang tidak mau berdebat apapun dengan Melly."Baguslah kalau dia sadar diri. Sebagai anak memang dia harus tahu posisi kalau ayahnya ini tidak sekaya ibu nya yang menikahi bujang kaya."Jika dilanjutkan maka perdebatan ini akan kemana-mana dan bahkan membahas tentang nafkah yang tidak sesuai dengan permintaan Melly. Hal itulah yang membuat Adnan memilih untuk diam dan tidak banyak mendapat apapun tentang hal yang Melly ucapkan.Adnan pergi bekerja seperti biasanya Dan Dia mencoba untuk ikhlas menjalani ke
Laila menutup telinganya saat dia mendengar suara melengking dari luar kamarnya. Dia berpura-pura memejamkan mata saat Adnan sedang membacakan dongeng untuknya tadi. Dia tahu ayahnya itu sangat sayang kepadanya saat ini tetapi melihat kedatangannya ke rumah sang ayah kandung, Mely marah besar. dia tidak begitu disenangi oleh ibu tirinya membuat Laila merasa sendiri bahwa ayahnya sengaja mengajaknya untuk tidur lebih awal agar bisa menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah ini."Kenapa kamu nggak minta izin sama aku buat ngajak anakmu itu tinggal di rumah ini? Kamu kan tahu sendiri kalau aku tidak suka anak kamu itu tinggal di rumah ini. Kamu saja masih numpang dan belum bisa memberikan aku nafkah yang baik dan juga menyenangkan anak-anakku. Sok-sokan Mau mengajak anggota keluarga baru dalam keluarga kita. Besok kamu harus antarkan dia dan biarkan saja Mimi yang merawatnya karena dia sekarang sudah lebih kaya karena menggaet laki-laki kaya. Kamu ini mikir nggak sih Mas? Untuk mencukupi
"Aku rasa Laila Sudah cukup tahu bagaimana cara untuk menepati janjinya. Dia bilang akan jalan-jalan bersama Adnan dan akan tetap kembali ke rumah ini. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sang Papa bermain dengannya dan tidak akan menyakiti perasaan ibunya ini jika tidak kembali ke rumah ini. Dia sendiri yang menginginkan itu dan aku tidak berhak untuk melarangnya karena Adnan juga ayah kandung Laila."Mimi merasa sedih mendengarnya dan dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang bisa berbuat adil kepada anaknya. Dia tahu pasti Laila sedih karena kasih sayangnya harus terbagi dengan adik-adik barunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan keputusan Arfi yang membiarkan kepergian Layla karena keputusan itu pasti sudah dia pikirkan dengan baik."Kamu tidak usah terlalu sedih memikirkan anakmu karena aku yakin dia pasti bisa menyenangkan hati orang tuanya. Kita lihat saja Apakah anakmu itu akan kembali malam ini atau akan menginap di rumah Adnan. Jika memang Laila itu akan menginap di sana p
"Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol
Anak-anak Mimi sudah boleh dibawa pulang setelah 1 minggu menjalani perawatan di NICU. Mimi sudah mulai menyusui sejak 3 hari dirawat dan setelah 1 minggu dia sudah diperbolehkan untuk pulang. "Akhirnya baby Army sama Alma bisa pulang ke rumah. Senangnya cucu Oma sama Uti bisa menempati kamar yang baru," ucap Tiara saat dia menggendong salah satu anak Mimi dan Arfi."Rasanya tidak menyangka langsung diberikan cucu 2, jadinya bisa satu-satu menggendongnya.""Tuhan tahu kalau kita Mungkin saja akan berebut untuk menggendongnya jika hanya satu saja," kekeh Tiara.Alma dan Army digendong oleh Tiara dan Irah sedangkan Laila digandeng oleh Arfi untuk masuk ke dalam rumah."Anak Papa mau makan apa sore ini? Apa mau pesan makanan enak di restoran buat syukuran kepulangan kita," tanya Arfi."Papa mau beli?""Iya. Laila mau makan apa?""Hm, gak deh. Laila pengen ikut aja beli makanan sama papa.""Baiklah. Sekarang mandi dulu lalu Nanti Papa panggil buat ikut sama Om Adrian.""Yeew….."Laila sa
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang