Part21
"Hesti ..., Keterlaluan kamu!" hardikku.Kupikir setelah melempar vas bunga Hesti berhenti, nyatanya tidak, ia semakin kesetanan. Diambil nya apapun yang ada di dekatnya, semua di lemparkan ke arahku dan Naomi. "Hesti, Stop!" teriakku panik, karna kali ini, bukan cuma benda ringan dan berat yang melayang. Tapi Hesti sudah memegang pisau, pisau yang sedari tadi ada dinakas samping tempat tidur Ibu. "Kalian mau mati? Selama ini aku diam, aku pendam, karna aku masih berusaha mempertahankan kamu, Mas, mempertahankan rumah tanggaku yang malang," tangisnya pecah, rasa iba dan sakit dihati tiba-tiba menjalar disekujur tubuhku. Kala menatap wanita ini, Hesti, Istriku tersedu- sedu menangis."Heh, J***ng. Akan ku laporkan perbuatan mu ini ke polisi, ini sudah termasuk tindak kriminal, lihatlah wajahku luka akibat ulahmu!" teriak Naomi sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.Hesti menatap nyalang kePart22Pov Naomi.Arghh, kurang ajar, berani sekali Hesti menghajar dan melukai ku, aku tak bisa terima begitu saja penghinaan dan rasa sakit ini.Kuraih gawaiku."Kamu sudah melihat foto yang kukirim?" Tanyaku pada seseorang yang di sebrang telepon."Namanya Hesti, alamatnya di perumahan pondok indah******** segera bereskan, main yang cantik. Aku tidak mau ada masalah apapun," titahku.Kamu melawan orang yang salah, Hesti. Maka bersiap lah duka nestapa dan penderitaan menghampiri mu! Celetukku dalam hati. Aku menyunggingkan senyum dengan segala bayangan dan harapanku terhadap nasib malangnya Hesti.Bahkan wanita tua itu saja, akan ku bereskan. Apalagi kamu, jelas- jelas penghalang kebahagiaan ku. Aku tidak akan gentar apalagi mundur karna ulahmu semalam. Yang jelas aku takkan pernah kalah. Gumamku dalam hati, dengan penuh keyakinan, bahwa aku layak bahagia.Ah, pagi ini aku bangun kesiangan, kulirik d
Part 23Pov Naomi.Aku segera menutup kembali pintu kamar Ibu mas Danu, berlari kecil menuju kamar mas Danu, langsung ku banting pintu kamar dan ku kunci dari dalam, tubuhku rasanya lemas, gemeteran. " Apa yang terjadi pada Ibu? Kenapa seperti orang kemasukan setan?" gumamku dalam hati, sambil mengingat-ingat. Astaga, ternyata malam ini malam jum"at. Berarti aku salah hari, aduh semoga saja tidak terjadi apa-apa.Samar-samarku dengar dari luar, bunyi langkah kaki, yang semakin mendekat ke arah kamarku. "Siapa itu?" teriakku dari dalam. Tapi tidak ada sahutan.Brukkk....Boneka pocong, yang ada gambar Ibu jatuh dari atas nakas. Spontan aku menjerit kaget. Kupandangi boneka itu, berubah merah, dan berdarah.Kenapa ini? Apa yang terjadi, apa jangan-jangan orang tua itu sudah mati? Tapi aku gak berani keluar. Akupun menghubungi mas Danu memintanya segera pulang. Aku takut dirumah sendirian.Tok...tok...to
Part24Pov HestiKe sabaranku sudah hilang, rasa sakit di hatiku makin menjadi-jadi, terlebih saat kedatangan mas Danu dan Naomi, mas Danu terlihat lengket sekali dengan Naomi, seakan aku ini tidak ada artinya sama sekali, padahal, akulah yang berjuang mengurus Ibunya.Bukan ucapan terimakasih yang ku terima, tapi rasa sakit dihati yang terus ku tuai. Aku telah berusaha menyadarkan nya. Tapi mas Danu seakan berubah menjadi orang asing. Aku bahkan rasanya tak mengenali dirinya lagi. Kemana mas Danu ku, yang selalu memperhatikan dan mencintaiku.Puncaknya ketika malam pertama kembali kerumah Ibu, mas Danu memintaku untuk tidur bersama Ibunya, sedangkan ia ingin tidur bersama wanita jahat itu, aku tetap berusaha sabar, saat melihat pemandangan yang menyakiti mata sekaligus hatiku, rasa teriris-iris sembilu, bahkan ini lebih tajam.Mereka bergandengan tangan masuk ke kamar mas Danu, harusnya itu menjadi kamar ku dan mas Danu seperti biasa
Part25Kusodorkan selembar kertas, perihal izin dari Hesti, untuk pernikahan keduaku. Sebab Naomi terus mendesak ingin segera menikah denganku."Hesti, tolong tanda tangani surat persetujuan poligami ini! Karna Naomi gak mau lama-lama menunggu sidang perceraian kita, tapi mas akan tetap urus kok!" ucapku meyakinkannya.Tatapan matanya sendu, Hesti terdiam, ntah kenapa. Melihat dia seperti ini ada rasa sakit didalam hati yang tak bisa aku pahami, mungkin saja ini hanya rasa kasihanku kepadanya."Mas ..., Kamu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya Hesti terbata-bata padaku, suaranya parau nyaris tak begitu terdengar."Yakin 100%, tolong jangan dipersulit, ya. Hesti!" jawabku sekenannya."Baik, mas, tapi bolehkah Hesti minta sesuatu?" mata itu berembun menatapku, suaranya tercekat, parau, napasnya tak beraturan seakan menanggung beban berat dihatinya. Aku merasa iba sekali, tapi keputusanku untuk menikah dengan
Part26Pov Bi Sari.Kesalahan terbesarku, memberikan kepercayaan kepada seorang Danu Bramasta, yang ku pikir akan tulus menyayangi gadisku, gadis yang ku besarkan seorang diri, bahkan aku rela tak menikah lagi. Semenjak di tinggal pergi untuk selama-lamanya oleh mendiang Suamiku.Bukan karna cinta padanya yang begitu besar, hanya aku tak ingin, kasih sayangku kepada Hesti terpecah, jika aku menikah lagi. Aku begitu menyayangi Hesti, apapun demi kebahagiaan nya selalu aku usahakan.Terlebih yang menyayat hati, kedua orang tua nya tak pernah menjenguknya lagi, hingga dia menjadi gadis dewasa, akulah satu-satunya tempatnya berbagi bahagia dan mencurahkan kasih.Sebelum laki-laki itu datang melamarnya, menawarkan ta'aruf padanya, hatiku mendadak pilu dan sedih, aku akan di tinggalkan sendiri, aku akan kesepian, begitulah hatiku terus bergumam, tetapi melihat raut wajah bahagia gadisku, aku tak mungkin jadi penghalang kebahagiaan nya
Part27Tring... Tring... Tringg....Panggilan telepon dari Naomi terpampang di gawai milikku.[ Iya, Naomi, ada apa?][ Mas, kamu ke rumahku, ya. Ada orang tuaku sudah datang ][Oke ] ku matikan sambungan telepon. Lalu aku segera bersiap menuju ke kediaman Naomi, semoga tidak bertemu bi Sari dan Hesti disana, gumamku dalam hati, sebab Naomi masih mengontrak rumah yang bersebelahan dengan rumah Hesti."Bi Jum, Sarah, Saya keluar dulu ya, tolong jaga Ibu dengan baik!" pintaku kepada mereka berdua."Baik, Pak!" jawab mereka bersamaan. Akupun langsung tancap gas bersama mobilku menuju ke rumah Naomi, yang memakan waktu perjalanan dengan mobil selama lima belas menit dari rumah Ibuku.Sesampainya di depan rumah Naomi, ada rasa nyeri di hatiku ini, menatap rumah di sebelah nya. Rumah yang selama setahun itu menjadi tempat di mana aku berangkat kerja dan kembali, kini rumah itu terliha
Part28Pov Hesti"Hesti, ayo makan, Sayang!" Ajak bi Sari padaku, ntah kenapa, sepulang dari Rumah Sakit, aku sering pusing dan mual.Apa karena efek obat dari Dokter, atau karna benturan keras tempo hari di kepalaku, jadi sekarang aku sering mengalami pusing dan mual."Bibi saja lah, ya, Naomi pusing banget, Bi. Mual-mual juga terus. Takut muntah-muntah." jawabku ke Bi Sari ."Mual? Muntah? Kamu tamu bulanannya gimana? Sudah ada datang gak bulan ini?" tanya bi Sari lagi sambil menatapku penasaran."Oh, iya, terakhir bulan tadi aja, Bi. Ini sudah telat 3 minggu, aku juga gak pake kontrasepsi." jawabku polos."Jangan-jangan kamu hamil Sayang, punya testpack gak?""Ada di laci, sisa 1 terakhir." sambil menunjukan ke Bi Sari letak testpack nya.Bi Sari segera membuka laci tersebut dan mengambilnya."Ayo, kekamar mandi, kita cek dulu!" Bi Sari memegang lenganku, membantuku ke ka
Part29°Pov Hesti°Aku memutuskan untuk tidak memberitahu mas Danu tentang kehamilanku, biarkan saja penyesalan datang padanya suatu hari nanti.Mas Danu menepati janjinya, membelikanku perlengkapan isi kamar semua baru, aku senang, tapi aku juga sedih. Ntahlah perasaan ini mendadak hampa. Kuelus perut yang masih rata, aku sangat berharap segera bisa bertemu bayiku. Perasaan di hati mendadak mengebu-gebu.[Terimakasih, Mas sudah memenuhi semua permintaanku! semoga pernikahannya lancar. Maaf aku tidak bisa hadir]Sendt... Kukirim pesan singkat itu ke mas Danu melalui aplikasi berwarna hijau.[Sama-sama, semoga kamu senang, emm..., Pernikahan masih ditunda, sedikit pelik][Kenapa][Gak apa-apa, kamu hadir ya, Mas sudah pilihkan gaun spesial buat kamu]'Aku mengernyitkan dahi, mas Danu, apakah hatimu sudah membeku. Memintakudatang untuk menyaksikan ke bahag