Share

Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku
Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku
Author: Rias Ardani

Permintaan Ibu

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab1

Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku

Pagi yang indah dan sejuk itu, tidak mampu membuatku merasa tenang dan nyaman. Permintaan Ibu tempo hari, sukses membuatku uring-uringan.

Akankah aku tega, menyakiti dia yang selama ini begitu baik memperlakukanku? Atau kah aku tega menyakiti hati ibuku? Wanita yang berjuang melahirkanku, hingga membesarkanku seperti sekarang ini.

Pagi itupun, kuberanikan diri, untuk mulai mengutarakan niat Ibuku.

"Apa? Mas Danu mau menikah lagi ...." Hesti bertanya kepadaku. Wajah cantiknya nampak begitu syok, ketika aku menjelaskan permintaan Ibu.

Aku meraih tangannya, dan menggenggamnya erat.

"Maafkan mas, Dek. Semua ini permintaan Ibu, kamu tau kan, surga Mas, ada padanya. Nggak mungkin mas nolak permintaan Ibu," jawabku lembut, mencoba menyentuh hatinya.

"Kenapa Ibu ingin mas menikah lagi? Apa karena, Hesti belum hamil, Mas? kita kan sudah berusaha Mas.

Lagi pula pernikahan kita baru berjalan setahun ini," ucap Hesti sambil menghela napas berat, dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Dokter pun bilang, kita tidak ada masalah," lanjutnya, sambil memandang sendu ke arahku. 

"Tapi Mas gak bisa nolak Ibu, Ibu menjodohkan Mas dengan anak temannya, Dek. Orangnya baik kok, kamu pasti bisa akrab dengannya," tuturku, mencoba meyakinkan Hesti, agar mau menerimanya.

"Mas, nggak ada di dunia ini yang mau dimadu, tolong Mas, hargai perasaanku.

Mas yang memilihku, tapi kenapa, Mas tega melakukan ini?" lirihnya. Hesti menatapku dengan tatapan penuh kekecewaan, dan aku dapat mengerti itu.

Namun di lain sisi, aku tidak sanggup membantah kehendak Ibu, yang begitu menginginkan cucu dariku.

"Tidak ada salahnya dicoba dulu, Dek. Mas yakin, kamu pasti akan bisa menjalaninya. Mas hanya ingin berbakti sama Ibu, tolong pahami itu, sayang ...."

Hesti terdiam, tapi air matanya terus mengalir. Aku mendekat dan kupeluk wanita yang membersamaiku selama setahun ini. Kuuraikan pelukan, kemudian mengusap air matanya.

"Sayang, Mas janji akan berlaku adil dan tetap mencintai kamu. Mas gak akan sia-siakan dek Hesti," tuturku padanya, seraya kukecup keningnya, Hesti tersenyum manis sekali.

Hesti masih terdiam, tanpa ada perlawanan lagi.

***********

Dua hari setelah perbincangan itu, aku dan Hesti bersiap menemui Ibu dan calon Istri ke duaku, Naomi namanya.

Naomi ini adalah teman masa kecilku, yang lama terpisah, ia pindah ke kota lain, bersama orang tuanya saat itu.

"Dek, ayo bersiap, kita akan ke rumah Ibu hari ini!" titahku.

Kutatap diri ini di cermin, ada rasa bangga dalam hati, melihat wajah ini yang begitu tampan dan keadaan yang juga mapan.

Secara ekonomi, aku jelas lelaki mampu dalam menafkahi, jadi untuk memiliki dua istri, aku tidak perlu diragukan lagi.

"Iya mas," jawabnya. Hesti pun bergegas bersiap-siap. 

Aku berjalan keluar kamar, menunggunya di ruang keluarga, seraya memainkan ponselku.

Hesti keluar dari kamar, dengan pakaian yang sudah rapi membalut tubuhnya. Riasan make up tipis di wajahnya, membuat ia semakin cantik dan menyejukkan hati.

Sebenarnya, tidak ada kurangnya wanitaku ini. Hanya saja, sebagai seorang anak, aku mencoba menuruti permintaan Ibu, sebagai bentuk baktiku kepadanya.

Pada dasarnya, aku termasuk lelaki beruntung memiliki Hesti. Hesti cantik, baik, lembut dan penyayang. Namun Ibu yang tidak bisa menerima begitu saja. Hal itu membuatku, tidak bisa menolak kemauannya.

Mungkin dengan aku menuruti Ibu, Ibu bisa sayang pada Hesti, itu harapanku.

Terlebih aku dan Hesti belum bisa memberikan keturunan untuk Ibu, hal itu juga membuat Ibu semakin tidak suka pada Hesti.

Perjalanan dua puluh menit, menuju rumah Ibu. Hesti menatap datar, ketika kami, sudah berada di pekarangan rumah. Kemudian berjalan menuju keambang pintu utama rumah Ibu.

Kuketuk pintu dengan pelan, sambil menahan debar di dada, sebab, sebentar lagi, akan bertemu dengan Naomi.

"Eh mas sudah datang," ucap Naomi dengan sumringah. Rupanya wanita ini sudah datang lebih dulu ke rumah Ibuku.

Aku pun tersenyum melihatnya. Naomi dengan berani meraih tanganku, dan menciumnya, kemudian tanpa rasa canggung, Naomi langsung memelukku.

"Rindu sekali rasanya," ungkap Naomi sambil mengurai pelukan. Wanita itu terus tersenyum senang bertemu denganku.

"Ayo masuk," lanjutnya sambil menggandeng lenganku. Seketika aku merasa kaku, dengan segala tindakan agresif yang di lakukan Naomi.

Aku melirik Hesti, yang hanya terdiam, mengekor di belakangku, tanpa bicara sepatah katapun, maupun protes dengan perlakuan Naomi.

Kami berjalan menuju dapur.

Ibu menuang jus mangga ke dalam gelas, kemudian menyusunnya. Melihat kehadiranku di dekat meja makan, wajah Ibu langsung sumringah.

"Ehh, anak Ibu sudah datang," seru Ibu dan langsung memelukku. 

Kemudian Hesti mendekat dan mau bersalaman pada Ibu. Namun Ibu seakan tidak melihatnya, dan membiarkan tangan Hesti menggantung diudara.

"Ayo duduk, Mas." Naomi menarik tanganku dan memintaku duduk di bangku makan.

Pandanganku beralih ke Hesti yang terdiam.

"Sayang, ayo duduk," ajakku pada Hesti, sambil menepuk bangku di samping kananku. Tiba- tiba Naomi langsung duduk begitu saja.

"Hesti duduk dekat Ibu saja," ucap Naomi dengan santainya. Ibu memasang wajah datar.

Hesti pun nampak tidak nyaman, tetapi dia hanya diam dan duduk di samping Ibu, berhadapan dengan Naomi.

"Hesti, ini Naomi, yang akan menjadi calon istrinya Danu," jelas Ibuku tiba- tiba.

Hesti terdiam, sambil menatap datar ke arah Naomi.

"Naomi ini wanita baik, cerdas dan berpendidikan, sangat cocok untuk menjadi pendamping Danu. Ibu yakin, Naomi akan mampu menjadi istri yang luar biasa," ucap Ibu lagi, membanggakan Naomi di depan Hesti.

"Hesti juga baik kok, Bu," timpalku.

"Baik saja tidak cukup, kalau tidak bisa memberikan keturunan, juga tidak berpendidikan. Kerjaannya apa? Tiap hari cuma ongkang- ongkang kaki, menikmati jerih payahmu," cibir Ibu, membuatku menjadi tidak enak pada Hesti.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Restoe Boemi
bakti seorang anak kepada ibu tdk harus dengan menghadirkan madu di biduk rumah tangga yg telah terbina ...
goodnovel comment avatar
Saffanaini
Iya setuju😢 dimadu itu rasanya manjiw banget💔
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Perjanjian yang di tolak

    Bab2 "Bu, tidak perlu sekasar itu," pintaku dengan pelan. Istriku itu hanya diam dan menunduk. Aku tahu, saat ini dia pasti sangat terluka, atas segala ucapan kasar Ibu.Ibu menarik napas, dan mengabaikanku. "Kamu jelas sudah tahukan? Bahwa Danu, akan saya nikahkan lagi." Ibu menarik napas, "Jika kamu tidak ingin sakit hati dan terdzolimi, silahkan ajukan cerai ke anak saya! Tapi jika memilih dimadu, kamu dan Naomi akan tinggal bersama! Kamu melayani segala kebutuhan Naomi disana, karna Ibu nggak mau menantu Ibu Naomi, akan merasa susah tinggal disana." Hesti masih terdiam, mendengar ucapan Ibu. "Bagi Ibu, Naomi sangat berharga, karena dari rahimnya,kelak akan lahir keturunan keluarga Bramasta, setelah menikah dengan Danu. Tidak seperti kamu, sudah setahun menikah. Tapi masih tidak mampu memberikan Ibu cucu," tutur Ibu ke Hesti. Hesti menatap lekat Ibu, kemudian beralih sesaat menatapku. "Kenapa harus saya yang melayani-nya Bu? jika Naomi merasa memiliki hak yang sama, harusnya

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Tamu Malam

    Part3"Ibu benar- benar bingung sama kamu, Nu. Masa kamu lemah begini sama Hesti, dia ini kurang ajar, Nu.""Bu, sudahlah, biarkan aku Hesti bicara lagi nanti, tolong jangan membesar- besarkannya."Ibu mendengkus, melihatku dengan kesal."Danu, kamu terlalu lembek, Nak. Jangan mau kamu diatur- atur dia, dan cuma dijadikan mesin pencetak uang. Kamu itu anak Ibu yang berharga, Ibu nggak mau kamu di peralat dia.""Bu, jangan seperti itu, setahun rumah tangga kami, tidak pernah sedikitpun Hesti meminta uang lebih. Danu selalu memberikan uang bulanan, yang tidak pernah Hesti hambur-hamburkan. Bahkan, untuk membeli barang kesukaannya saja, ia selalu meminta izinku."Ibu melirik sinis ke arah Hesti."Pandai sekali kamu lawan ucapan Ibu, dan selalu membela wanita ini, entah ilmu pelet semacam apa, yang membuat kamu bodoh begini," gumam Ibu.Aku hanya menarik napas berat, beginilah wanita, sulit untuk diberi pengertian. Apalagi ibuku, dia mana mau tahu tentang pemikiran orang lain. "Hesti, say

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   MAKAN MALAM

    Part4"Kan bisa pesan gofood, Naomi.""Mas ...." Terdengar suara Hesti memanggil. Aku menoleh, wanitaku itu sudah siap dengan mukena di pakainya."Ayo mandi, kita solat dulu," ujarnya sambil berdiri di ruang tamu."Naomi, kamu pesan gofood saja lah, ya. Aku mau solat dulu," ujarku."Mas, kok kamu tega sih mengabaikan aku. Kan kita bisa makan malam diluar, temani aku," rengek Naomi lagi."Naomi, kami harus solat dulu! Tolong jangan membuat waktu suamiku habis, karena waktu magrib, sebentar lagi akan lewat ...."Naomi memasang wajah kesal, mendengar ucapan Hesti."Yaudah, Mas. Kamu solat dulu, aku tunggu saja," ujarnya berlalu masuk ke dalam rumah kami, dan duduk disofa tamu.Aku dan Hesti hanya bisa menghela napas berat. Tidak ingin membuang waktu lagi, aku dan Hesti menaiki anak tangga, dan membiarkan Naomi di sana sendiri.Selesai solat, aku memandangi istriku, ketika dia mencium tangan ini, dan kukecup keningnya."Mas, itu si Naomi bagaimana?" tanya Hesti padaku."Mau makan dia, kata

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   POV Hesti

    Part5°pov Hesti°"Mas Danu, dia akan menikah lagi Bu, Pak." Aku berkata dengan terisak, sambil tergugu menatap pilu sebuah foto usang kedua orang tuaku.Hanya foto mereka yang aku miliki.Menurut cerita bi Sari, kedua orang tuaku merantau jauh. Mereka jadi TKW dan TKI, aku sendiri, di titipkan dan di besarkan oleh bi Sari.Bi Sari, wanita hebat itu membesarkan aku seorang diri, karena suaminya telah lama meninggal dunia. Wanita hebat itu, memilih fokus membesarkanku, dari pada menikah lagi, aku menyayanginya.Akulah teman hidupnya satu-satunya, setelah Kakek dan Nenek berpulang.Bapak dan Ibu tidak pernah pulang ke Indonesia lagi. mereka hanya mengirimkan uang pada Bibi, bahkan untuk sekedar menelponku pun tidak pernah sama sekali.Terakhir kabar yang kudengar, Bapak telah menikah lagi. Dan Ibu tidak pernah ada kabar sama sekali.Aku bersekolah hanya sampai SMA saja, setelah itu aku bekerja di sebuah perusahaan retail yang cukup besar di kotaku.Dan aku bekerja di bagian kasirnya. Di

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Luka yang Ibuku Ciptakan

    Part6"Atagfirullah," pekik Hesti.Aku pun turut terkejut, melihat perbuatan Ibu yang begitu saja menghamburkan sarapan pagi kami."Bu, kenapa harus seperti ini," pekikku."Danu! Makanan Hesti tidak enak, Ibu tidak suka. Kamu jangan makan itu lagi, rasanya benar- benar menjijikkan," bentak Ibu padaku."Bu, jangan keterlaluan seperti ini, tolong hargai Danu, Bu. Biar bagaimana pun juga, Hesti adalah istri Danu ....""Mentang- mentang dia istri kamu, jadi kamu nggak apa- apa gitu, makan makanan buruk begitu?""Ya, apapun yang Hesti masak, Danu akan selalu makan. Jika Ibu tidak suka, itu tidak masalah, asal jangan di buang begini semuanya!!""Pandai sekali kamu melawan Ibu. Mau jadi anak durhaka kamu?" Ibu marah dan melotot kepadaku."Semakin kamu berani melawan Ibu, maka Ibu akan semakin membenci Hesti ...."Mendengar penuturannya, membuatku kembali merasa tidak berdaya.Sebagai anak tunggal, aku memang mendapatkan begitu banyak cinta dari Ibu dan Ayah selama ini.Kasih sayang mereka, ku

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Godaan Naomi

    Bab7 Memory lama itu kembali berputar di ingatanku. Dan Ibu benar- benar membawa Naomi ke dalam rumah tangga kami. Naomi, teman masa kecilku, sekaligus tetangga kami dahulu.Semenjak Ayahnya pindah tugas ke kota lain, kami memang tidak pernah bertemu lagi, bahkan berkomunikasi. Tidak kusangka, kami akan bertemu dengan kisah yang berbeda. Jika dulu kami adalah teman baik, kini lain ceritanya. Naomi datang, sebagai calon istri keduaku. "Mas, kenapa sih kamu kaku begini? Lagian aku cuma mau cium kamu ...." suara Naomi seakan menyeretku kembali ke alam sadar, setelah teringat berbagai kejadian- kejadian sebelumnya di hidupku. "Kamu nggak suka sama aku, ya. Kok aku jadi sedih begini. Kalau memang kamu terpaksa sama aku, aku bisa bantu bilang sama Ibu, mungkin dia mau paham," ujar Naomi, yang membuatku menjadi tidak nyaman. "Naomi, kita bukan pasangan halal, aku nggak mau melakukan kontak fisik sama kamu, sebelum kita menjadi pasangan halal, itu bukti aku menghargai kamu." Aku menco

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Keterlaluan

    Bab8Disaat otak ini teracuni oleh napsu, tiba- tiba ponsel dicelanaku bergetar. Aku bergegas menjauhkan kuat Naomi dari tubuhku dan aku pun langsung berdiri, menjauh dari tempat tidur wanita itu.Kuambil ponsel disaku celana, dan kulihat panggilan istriku sayang masuk. Aku menjawab panggilan itu, sembari melangkah lebar, meninggalkan kamar Naomi.Wanita itu terus mendesah, seakan masih berusaha menggodaku. Tapi aku tetap berjalan mantap, meninggalkan rumah Naomi."Aku tidak harus mengikuti kemauan Ibu yang satu ini. Ini tidak benar, dan aku tidak bisa," gumamku dalam hati."Hemm, ada apa sayang?" tanyaku pada Hesti, ketika selesai menjawab salam darinya."Aku melihat mobil kamu, Mas. Kamu dimana?" tanya istriku itu."Nih di depan rumah kita," jawabku cepat, karena memang sekarang aku sudah ada di depan rumah kami. Aku meninggalkan Naomi begitu saja, biarlah."Oh baiklah, aku buka pintunya," ucap Hesti, dan panggilan telepon pun berakhir, dengan mengucapkan salam.Setelah dibuka pintu,

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   MEMBUAT MASALAH

    Bab9 "Aku hanya butuh ketenangan, apakah kalian semua ingin membuat aku malu?" tanyaku pada Naomi dan juga Ibu secara bergantian. Naomi menunduk. "Maafkan perasaan ini, menjadi sulit terkendali. Aku berharap kamu mengerti, Mas. Aku tulus sayang sama kamu, hingga membuatku menjadi orang bodoh seperti ini," lirihnya. "Andai saja perasaan ini tidak ada, aku juga tidak mungkin mau mempermalukan diri ini, bahkan di rendahkan oleh mbak Hesti, hanya karena ingin sekali bertemu sama kamu," lanjutnya mulai terisak. "Hei sayang, Naomi tidak salah. Jangan menangis cantik, Ibu paham perasaan kamu," ujar Ibuku, yang langsung bereaksi ketika Naomi menangis. "Andai saja wanita itu beradab dan berhati nurani, dia tidak mungkin bersikap kurang ajar sama kamu, entah dukun mana yang sudah dia pakai, sampai- sampai menutup mata hati anak Ibu, kamu yang sabar ya, sayang." Ibu memeluk Naomi, sambil memberikan kata semangat yang penuh sindiran kepada kami. "Lebih baik kita batalkan saja rencana pernik

Latest chapter

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Hukuman Danu

    "Danu, antar Ayah ke rumah kita, ya!" Pinta Ayah kepadaku yang masih termenung memikirkan nasibku. Kehilangan Istri terbaik, dan di khianati wanita baru yang menguras habis hartaku.Bahkan rumah ini pun tergadai, hanya untuk membahagiakan wanita jahat itu."Danu, tolong antar Ayah ke rumah lama, Ayah dan Tante mau tinggal di sana saja! Disini sudah tidak ada Hesti, Ayah sedih kalau ingat dia," ucap Ayah dengan wajah sendunya.Bagaimana aku bisa mengantar Ayah, sedangkan rumah itu telah beralih pemilik, bahkan rumah yang sekarang aku tempati pun terancam diambil pihak Bank. Sebab aku belum bisa melunasi tagihan tiap bulannya. Usahaku merosot turun, entah kenapa rasanya rezekiku mulai menjauh."Maaf, Yah. Rumah kita yang lama, sudah Danu berikan kepada Ira, maafkan Danu!" ucapku getir.Plakk ... Tamparan Ayah seakan meremukkan wajahku, sakit dan sangat panas rasanya.Mata Ayah menatapku tajam, dengan rahang yang mengeras ia memakiku. "Dasar lelaki

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Senjata Makan Tuan

    °pov Mama Naomi°"Papah, Ira, keterlaluan sekali kalian ini."Hancur lebur hatiku, melihat pemandangan yang begitu memilukan hati. Suami yang selama bertahun-tahun setia hidup bersamaku, dalam duka maupun suka, kini bergelut penuh cinta di belakangku.Yang paling menyakitkan hati lagi, wanitanya adalah keponakanku sendiri."Sejak kapan ini terjadi?"tanyaku dengan emosi yang terus kutahan, menatap penuh amarah kepada dua makhluk yang bermain cinta diatas dosa ini."Su--dah lama," sahut Ira terbata-bata."Kenapa kamu tega, Ira?" tanyaku lagi dengan nada sebiasa mungkin, agar Ira tidak gugup menjawab pertanyaanku. Sedangkan orang tuanya nampak syock dan terdiam menatap anaknya."Maafkan kami, Mah!"sahut suamiku."Jelaskan!" Lagi-lagi aku ingin fokus tahu, apa penyebab kegilaan mereka ini."Pertama kali Tante membawaku ke rumah, aku dan Om Hendra, sudah mulai melakukan hubungan terlarang

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Penyesalan yang sia-sia

    Part56Aku kembali ke kota cantik, untuk menjemput Ira, aku datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.Kediaman Ira nampak sepi, aku langsung saja masuk, pintu luar tidak terkunci. Terdengar suara cekikikan yang berasal dari dalam kamar Ira, tanpa mengucapkan salam, aku langsung saja berjalan menuju kamar itu.Ku dorong pelan pintu kamarnya."Astaghfirullah ..., Ira." Aku tercengang tak percaya, wanita yang baru beberapa Minggu ini resmi ku nikahi telah berani berbuat curang."Mas, kenapa--- da--tang tanpa memberitahu dahulu?" tanyanya terbata-bata."Sejak kapan?" Aku bertanya dengan tenang, sebisa mungkin ku tahan segala emosi di dalam dada.Ira membenarkan selimut, agar menutupi keseluruhan tubuhnya. Dia tidak menjawab sama sekali pertanyaanku, hanya menunduk."Sejak kapan? Om." Aku bertanya kembali dengan laki-laki di sampingnya.Mereka berdua menatapku sesaat."Pulangl

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Pernikahan

    Part54"Beri Mas waktu, mas akan tebus secepatnya!" pintuku dengan sungguh-sungguh.Padahal aku saat ini bingung, itu memang salahku, yang begitu terbuai akan cinta yang baru dari seorang daun muda yang lagi segar-segarnya. Ia bahkan pandai memuaskan ku dalam segala hal.Hingga aku kalap, selalu memenuhi apapun mau wanita baruku itu. Tentunya tanpa sepengetahuan Hesti Istriku yang sekarang nampak membosankan dan bak bunga layu, tak segar dan tak menggairahkan lagi.Aku jelas tak mungkin bisa memenuhi mau nya Hesti untuk memberikan sertifikat rumahnya kembali, sebab uang hasil sertifikat itu saja sudah ku habiskan untuk bersenang-senang bersama wanita baruku itu.Rumah mendiang Ibuku? Hesti saja tidak tahu, bahwa rumah itu telah ku hadiahkan untuk kekasih tercintaku ini, rumah itu pula tempatku memadu kasih bersamanya."Mas, aku hamil!" ujar Ira, wanita yang kini tengah menjalin hubungan terlarang bersamaku.

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Di Gadaikan

    Part53"Nak, ayo sudah siap belum!" teriak Ibu dari bawah.Aku bergegas keluar kamar, aku dan Ibu berencana berbelanja kebutuhan dapur hari ini, sambil jalan-jalan. Sedangkan Mas Danu, sudah sehari ini dia tak pulang ke rumah, bahkan ponselnya saja tidak ia aktifkan.Aku menghela napas berat, kala harus mengingat tingkah Mas Danu akhir-akhir ini yang sangat mencurigakan."Ayo, Bu!" anakku, setelah sampai dilantai bawah, tempat Ibu menunggu sedari tadi. Kami pergi bertiga, aku, Ibu dan si kecil dalam gendongan. Menaiki taksi online, kami menuju pusat perbelanjaan terbesar, sebab biasanya barang yang menjadi pilihan lebih banyak.Sesampainya di parkiran, kami langsung menuju masuk kedalam.Ibu memilih menggendong anakku, sedangkan aku sibuk menelusuri tempat perbelanjaan dengan mataku, sibuk mencari bahan yang kami perlukan."Ti," Ibu memanggilku yang tengah berjalan kesana kemari mendorong troli belanja.

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Rahasia

    Part52Akhir-akhir ini, mas Danu sering pulang tengah malam, bahkan kadang bisa pagi hari baru pulang. Alasannya banyak kerjaan, tapi ko firasatku berkata lain, ada hal yang ia sembunyikan."Selamat malam," sapa Mas Danu, saat memasuki kamar kami, raut lelah tergambar di wajah gantengnya. Aku tersenyum, lalu mencium takzim punggung tangannya.Mas Danu masuk kekamar mandi yang tersedia didalam kamar kami, ia membersihkan diri, lalu menghempaskan tubuh diatas ranjang.Aku sambil fokus menggendong bayi kami yang lagi menyusu.Bunyi getar handphone terdengar berderit diatas laci nakas samping ranjang, aku mendekat ke arah benda pipih itu terletak.Panggilan seseorang yang disebut Pak Dira. Mungkin panggilan penting, sebab jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi masih ada panggilan telepon.Aku mengangkatnya, sebelum aku bersuara, terdengar suara lebih dahulu dari sebrang telepon dengan nada marah.

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Ayah kembali

    Part51Semenjak Satpam gadungan itu tertangkap, memang keadaan sudah mulai membaik, bahkan rumah tidak mengerikan seperti dahulu, hidup kami sudah mulai membaik lagi.Mas Danu, ia makin sering perhatian pada aku dan anaknya, ia begitu terlihat sangat mencintai kami.Suara ketukan pintu luar menggema, aku yang bersantai diruang keluarga bersama anakku, langsung kuraih laptop yang ada dimeja, sebelum membuka pintu, aku terbiasa ngecek keadaan rumah dari CCTV yang tersambung di laptopku.'Ayah? Apakah ini Ayah dan keluarga nya'gumamku dalam hati."Bi, bukain saja pintunya, suruh tunggu diruang tamu!"titahku, Aku bersiap-siap menyambut mereka, namun, terlebih dahulu ku kirimkan pesan untuk Mas Danu.Pesan singkat dari aplikasi berwarna hijau.[ Mas, Ayah datang kemari bersama keluarga barunya ] sendt ...[ Serius? Ngapain mereka datang?] balasnya.[ Belum tahu, nanti ku kabari

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Kantor Polisi

    Part 50•POV Mamah Naomi•"Apa? Kamu buron?" Aku tersentak kaget."Iya, aku terlalu lama bersembunyi membawa bayi mereka!""Bedebah, kenapa kamu bisa seceroboh itu!" Aku kesal langsung membanting gawaiku ke lantai. Hancur berserakan.Aku benci mendengar kabar itu, aku benci jika harus memikirkan masalah yang akan aku hadapi.Seceroboh itu, aku salah memilih orang untuk bermain.Hesti!!! Aku benci, gara-gara kamu dan Danu, anakku meregang nyawa sia-sia.Aku tidak akan ikhlas dan rela melihat kebahagiaan kalian. Akan ku hancurkan.Aku menghela nafas panjang, mencoba mengendalikan diri, gugup kini menyerang tubuhku, pikiran mulai pusing dengan segala kemelut hidup yang melilit hati. Dendam mendarah daging ditubuh ini kian membara, sebelum hancur aku takkan mundur.Ku pandangi gawaiku yang hancur berserakan, aku mendekat, kuraih gawai itu, aku lemparkan kesana ke

  • Istriku Meninggal Dihari Pernikahan Keduaku   Misteri

    Part 49Polisi akhirnya mulai menyelediki laporanku, aku yakin, penculikan ini pasti ada campur tangan Satpam yang baru sehari bekerja dirumah kami.Mas Danu tergopoh-gopoh berlari menuju ke arah kami semua berdiri."Sayang! Sayang mana bayi kita?" tanya nya dengan nafas memburu, wajah basah keringat dan memerah.Aku menangis sesenggukan kembali, teringat keadaan bayiku yang sudah menghilang selama 5 jam ini."Mas, kamu dapat Satpam dari mana?" tanyaku dengan wajah datar."Satpam, ia rekomendasi dari Mamah nya Naomi," jawabku."Apa? Kenapa Mamah nya Naomi rekomendasi ke Mas Danu tentang Satpam itu. apakah Mas bercerita padanya bahwa Mas nyari Satpam?" tanyaku panjang lebar menatap lekat wajahnya itu."Ada, cuma waktu itu kebetulan Mas sama Mamah Naomi ketemu diluar, Mas ngobrol sebentar lalu mengatakan padanya bahwa Mas nyari petugas keamanan!" jelasku."Mas, apa Mas gak curiga?

DMCA.com Protection Status