Siapa yang masih mau melawan? Sini, maju!Nada bicara Dirga terdengar biasa-biasa saja, tetapi tidak ada yang berani menyahut.Karena mereka bisa merasakan tekanan yang sangat menakutkan dari Dirga. Mereka belum pernah merasa tertekan seperti ini, rasanya mereka jadi sulit bernapas.Romeo dan Komar berlutut di atas tanah. Mereka berusaha menengadah, tetapi tidak berani menatap Dirga. Rasanya mereka nyaris gila. Sikap Dirga berubah 180 derajat! Aura Dirga sudah seperti malaikat pencabut nyawa saja. Romeo dan Komar merasa sangat ketakutan!"Sepertinya, kalian masih nggak rela banget, ya? Oke, kuberi kalian kesempatan. Sana, telepon bawahan kalian!""Utus petarung terbaik kalian untuk ke sini!"Dirga menatap semua orang yang ada di situ. Sekelompok pecundang ini memang tidak bisa mengancamnya, tetapi dia merasa kesal sekali dengan sikap mereka. Dirga bertekad memberi mereka pelajaran malam ini juga.Romeo menggertakkan giginya, tetapi tidak sanggup mengatakan apa-apa. Kartu andalannya ada
Begitu teringat akan Zira, amarah Ariel pun langsung tersulut. Terutama saat mengingat kemesraan Zira dan Dirga, Ariel ingin sekali rasanya membunuh Dirga.Semua mobil itu langsung berputar arah kembali ke Kota Langgara.Keesokan paginya, Dirga membuka matanya. Dia melihat Zira dan Naomi yang bersandar pada masing-masing lengannya sambil tertidur dengan pulas.Tiba-tiba, Dirga merasa lengannya pegal. Barulah saat itu dia menyadari bahwa Naomi dan Zira sedang tertidur sambil meneteskan air liur. Dirga rasanya ingin tertawa dengan geli.Dia ingat bahwa saat dia kembali kemarin malam, Zira sudah tertidur. Dirga pun pergi ke kamar Naomi untuk memberikan terapi akupunktur kepada gadis itu.Setelah itu, Dirga pergi ke kamar lain untuk tidur. Entah sejak kapan dia malah akhirnya tidur bersama dengan Zira dan Naomi.Dirga mendengarkan irama napas Zira dan Naomi yang tertidur pulas dengan saksama. Dia menarik tangannya yang pegal dengan hati-hati, lalu merenggangkannya sejenak, sebelum memeriks
"Cepatlah, kamu ini pria atau bukan?""Aku sudah memberi kode secara terang-terangan begini, tapi kenapa kamu malah diam saja!"Saat melihat Dirga yang hanya berdiri dalam diam, Zira pun menjadi kesal.Dirga pun langsung menenangkan dirinya. Dia bergegas mengambil baju Zira dan memakaikannya ke tubuh Zira sambil bertanya, "Zizi, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku? Jangan bersikap begini.""Nggak ada, kok! Kalau kamu nggak mau gerak duluan, ya aku saja! Sana, berbaring!"Zira dengan kesan mendominasi pun mendorong tubuh Dirga untuk berbaring, lalu duduk menindih tubuh pria itu. Dirga sontak menjadi panik. Akan tetapi, bibir Zira sudah menciumnya. Dirga yang kehabisan akal pun akhirnya mencengkeram bagian belakang leher Zira dengan lembut!Zira langsung pingsan ke atas tubuh Dirga.Dirga refleks menghela napas dengan lega. Nyaris saja dia tidak sanggup menahan hasratnya lagi. Akan tetapi, firasat Dirga mengatakan ada yang salah dengan Zira. Sangat tidak wajar Zira begitu mendom
Dirga sontak merasa sangat malu!Para anggota Pasukan Pengawal Burung Merah juga sontak termangu menatap Zira."Semuanya, cepat balik badan dan lari sana!"Begitu diperintahkan oleh Zira, Pasukan Pengawal Burung Merah pun langsung berlari pergi. Karena aura Zira terasa begitu mematikan, Dirga tidak berani membantah dan langsung mencium tunangannya itu!...Satu menit kemudian, Zira melompat dan mencengkeram tali yang diturunkan dari atas helikopter. Setelah itu, Zira pergi.Awalnya, Dirga ingin menemani Zira untuk berpamitan secara langsung kepada Aisa, tetapi Zira bilang ini sudah terlalu larut. Nanti dia akan berpamitan kepada Aisa lewat telepon saja.Dirga memperhatikan helikopter itu menghilang ke balik kegelapan malam. Dia tidak berani membayangkan risiko misi ini adalah dia kehilangan Zira.Tepat pada saat itu, ponsel Dirga pun berdering. Murid Dirga mengirimkan informasi detail tentang Laut Hantu dan pulau misterius yang tiba-tiba muncul itu.Dirga membaca semua informasi itu se
Mora dan yang lainnya menatap Pil Esensi yang diberikan oleh Dirga sambil mendengarkan usulan lelaki itu. Mereka semua terlihat terkejut, terlebih lagi Mora. Dia bahkan tidak berani membayangkan bisa mencapai Raja Master hanya dalam waktu enam bulan.Akan tetapi, dia percaya betul dengan ucapan Dirga. Sementara itu, semua orang lainnya menatap Pil Esensi yang Dirga bagikan dengan mata yang terbelalak lebar.Dirga menatap semua orang sambil berkata, "Semuanya, satu-satunya hal yang paling kubenci adalah pengkhianatan. Pikirkan baik-baik. Begitu kalian bergabung dengan Perusahaan Kencana, kalian nggak boleh mengkhianatiku selamanya. Aku nggak akan mengampuni siapa pun yang berkhianat!""Apa yang bisa kuberikan kepada kalian hanyalah kekayaan dan pil obat yang nggak ada habisnya. Selain itu, pendukung terbesar kalian bukanlah aku, melainkan Departemen Perang. Aku bisa menarik kembali semua yang telah kuberikan kepada kalian. Bagi kalian, Keluarga Antonio sangat kuat. Aku yakin Ariel nggak
Reno langsung menangis dengan tersedu-sedu.Sean menggelengkan kepalanya, lalu menghela napas dan berkata, "Kakimu sebenarnya nggak terluka parah. Pak Dirga juga sudah memberi satu tusukan jarum. Kakimu pasti sembuh kalau ditusuk sekali lagi, tapi aku nggak berani melakukannya. Pak Dirga sudah bilang kalau hanya dia yang bisa mengobati kakimu, 'kan?"Reno langsung berhenti menangis. Setelah diingat-ingat, memang benar Dirga berkata seperti itu. Reno pun segera mengangguk."Nah, jadi kamu harusnya minta tolong ke Pak Dirga. Kalau aku yang mengobatimu, kamu pasti mati!" kata Sean.Pupus sudah harapan Reno dan ayahnya, mereka justru makin membenci Dirga."Dokter Sean, apa kamu nggak punya solusi lain?" tanya Ariel dengan ekspresi murung.Sean hanya menggelengkan kepalanya. Dia juga sebenarnya merasa sangat kaget. Walaupun dia tahu Dirga yang menyembuhkan luka dalam Zira sebelum Sean datang, waktu itu Sean bertekad untuk adu ilmu medis dengan Dirga.Akan tetapi, waktu itu Sean tidak mendap
Ariel merasa sangat yakin."Sepertinya, kamu yakin sekali si Sean itu akan bersedia bergabung. Aku ikut senang. Tapi, aku kecewa sekali karena kamu kalah dari si Dirga itu!" kata Natsume."Sekarang, akan kuajari kamu teknik rahasia. Begitu kamu mempelajarinya, tingkat kultivasimu akan naik pesat dengan cepat. Setelah itu, aku akan mengajarkan Teknik Satu Pedang Iroki kepadamu!"Lalu, tahan pembunuh bayaran yang kamu sewa itu supaya mereka jangan bergerak dulu. Aku mau bertemu si Dirga. Aku mau lihat rahasia seperti apa yang bocah itu miliki!""Satu lagi, kamu juga harus menyusun pasukan untukku secepatnya di Kota Langgara. Uang dan sumber daya bukan masalah!""Oh, lalu masalah terakhir yang sangat penting. Kamu harus secepatnya mengutus orang untuk mengawasi Naomi dari Grup Sudarsa itu!""Siap, Guru! Tapi, Guru, ada satu hal yang masih belum kupahami!"Natsume menyesap tehnya, lalu bertanya, "Tentang apa?""Guru, kalau Guru mendambakan Naomi, aku bisa menyuruhnya untuk langsung melayan
Itu sebabnya Shinta hendak memilih asisten baru untuk Naomi di antara sekumpulan karyawan baru ini.Setelah serangkaian seleksi dan wawancara yang ketat, Shinta akhirnya memilih Dinar Ananta, seorang mahasiswi internasional yang sudah berpengalaman bekerja di perusahaan besar.Dinar merupakan warga Kota Gindara yang seumuran dengan Shinta dan saat ini sedang menempuh pendidikan di fakultas bisnis universitas Negara Surya!Selain karena kemampuannya, ada alasan lain pula kenapa Shinta memilih Dinar. Salah satu teman baik Shinta di Kota Gindara merekomendasikan Dinar kepadanya, jadi Shinta yakin Dinar memiliki karakter yang bagus.Setelah memeriksa dokumen Dinar sekali lagi, Shinta akhirnya memanggil gadis itu ke ruangannya.Saat ini, Dirga dan Lista sudah menunggu di ruang tunggu milik Naomi. Sebelumnya, Dirga sudah memberi tahu Naomi bahwa dia akan datang untuk mengobati gadis itu dan melarang Naomi bekerja.Namun, begitu Dirga memasuki ruang tunggu, ternyata Naomi sedang sibuk bekerja