Zoya sontak tertawa mendengar jawaban Aland tersebut, entah kenapa apapun yang keluar dari mulut pria ini terdengar seperti bualan di telinganya."Ya ya ya, semua hartamu akan beralih atas nama Zara Audie," kata Zoya, justru meledek ucapan pria tersebut. Seolah pemindahan tentang harta itu hanyalah hal sepele bagi Aland, sementara pikiran yang ada di dalam kepala Zoya sangat kompleks, mama Emma dan kak Prisila tidak akan pernah menyetujui tentang hal itu."Kamu tidak percaya padaku?""Tidak," balas Zoya dengan cepat."Tapi aku akan benar-benar melakukannya, dan saat semuanya sudah beres kamu harus terima untuk jadi istriku lagi." Aland tersenyum dengan lebar, sampai membuat Zoya seketika terdiam, karena mendadak takut jika Aland benar-benar menuruti permintaannya tersebut.Masih duduk dengan jarak yang sangat dekat di sofa itu, Aland pun merogoh ponselnya di dalam saku celana. Dia coba untuk menghubungi sang kakak.Saat panggilan telepon itu terhubung, Aland tidak beranjak dari dudukny
"Aland, ponselmu berdering, mungkin itu panggilan telepon yang penting," ucap Zoya, dia coba mendorong Aland agar bangkit dari atas tubuhnya.Aland yang juga mendengar suara ponsel itu pun dengan segera menuruti ucapan sang istri, tapi meski begitu dia tidak benar-benar melepaskan Zara. Karena di saat mereka kembali duduk Aland tetap memeluk pinggang istrinya lalu mengambil ponsel yang ada di saku celananya.Ternyata panggilan telepon tersebut berasal dari Rama.Aland cukup memahami kenapa pria ini menghubunginya, pasti sebelumnya Rama telah berulang kali menghubungi nomor ponsel Zara tapi tidak mendapatkan jawaban, karena itulah Rama kini menghubungi dia."Ini adalah panggilan telepon dari Rama, aku akan menjawabnya," ucap Aland, meminta izin kepada sang istri untuk menjawab panggilan telepon tersebut.Sedangkan Zoya hanya diam, enggan menjawab. Dia merasa hubungan mereka belum sedekat Itu untuk saling meminta izin satu sama lain, apalagi hanya demi sebuah panggilan telepon."Halo,"
"Ada apa ini?" tanya mama Sofia yang tiba-tiba datang ke rumah Rama siang ini. Dahinya berkerut ketika melihat keramaian di ambang pintu rumah sang anak. Bingung juga saat melihat ada sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumah, mobil yang jelas bukan milik Rama.Dan suara Mama Sofia tersebut akhirnya membuat pelukan antara Aland dan Austin pun terlepas. Austin yang merasa takut pada wanita paruh baya itu langsung memeluk Daddy Aland dengan erat, seolah tak ingin dilepaskan. Austin takut jika tiba-tiba nenek Sofia mengambil dia dan dibawa pergi lalu ditinggalkan seperti kemarin. Kejadian itu membuat bocah kecil tersebut merasa trauma. Aland yang memahami keadaan Austin pun langsung menggendong sang anak, juga memeluknya erat."Aland Floyd?" tanya mama Sofia pula ketika dia sudah berdiri di hadapan semua orang, tatapannya hanya tertuju pada seseorang yang dia sebut namanya. Seperti tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan salah satu anak konglomerat di sini. Bibir Mama Sof
Aland bergerak lebih dulu untuk melerai pelukan mereka bertiga, dia kemudian memanggil dua anak buahnya yang wanita untuk menemani Zara membereskan semua barang-barang sebelum mereka pergi meninggalkan rumah ini. "Kita tunggu mama di sini saja ya?" pinta Aland pada sang anak, dan Austin langsung mengangguk setuju. Dia bahkan langsung memeluk Daddy Aland lagi dengan sangat erat, masih tidak percaya bahwa Daddy Aland adalah ayahnya yang sesungguhnya. "Masuklah, aku akan menunggu di sini," kata Aland pada sang istri. Zoya hanya bisa mendesah pasrah, bersama dua anak buah Aland tersebut mereka pun masuk ke dalam rumah. Langsung bertemu dengan Rama dan mama Sofia di ruang tengah. "Wah wah wah, benar-benar wanita licik. Kamu mendekati anakku, lalu hendak kembali pada mantan suami mu. Astaga! Kenapa ada wanita seperti mu di dunia ini?" kata mama Sofia yang merasa geram, kesal juga saat mengetahui bahwa Zoya dan Austin terhubung dengan keluarga konglomerat tersebut, ada rasa iri di dala
Beberapa pelayan segera membereskan semua barang-barang milik Zoya dan Austin, disusun dalam lemarinya masing-masing dengan sangat rapi.Aland meletakkan semua baju sang anak di kamar yang sama dengan dia dan Zoya, Aland tak ingin mereka sampai berpisah lagi.Sejak datang hingga malam menjelang, Zoya lebih banyak diam. Hanya kadang memperhatikan kebersamaan Austin dan Aland yang begitu dekat.Sehabis makan malam, Aland bahkan masih terus memangku Austin. Mereka bertiga duduk di ruang tengah menonton series kartun kesukaan bocah 6 tahun tersebut.Aland dan Austin bahkan tertawa bersama saat ada adegan yang lucu."Yah iklan," ucap Austin, mengeluh karena tontonannya jadi terjeda."Daddy akan membelikan mu DVD lengkapnya, jadi kita akan menonton tanpa terganggu oleh iklan. Tunggu ya," jelas Aland, dia langsung mengambil ponselnya di atas meja coba untuk menghubungi Erile, namun belum sempat ponsel itu terambil Zoya dengan segera mencegah niatnya."Tidak!" cegah Zoya, "Austin sudah lama
Waktu pun bergulir.Aland melakukan segala cara untuk membuat Zara dan Austin merasa nyaman berada di dekatnya. Tentang Rama sudah coba Aland akhiri sebaik mungkin, bahkan Aland diam-diam menemui pria itu dan mengucapkan terima kasih atas semuanya. Tentang Restoran Zoya ternyata pun yang membelinya adalah Aland. Semua kesungguhannya atas Zoya kini tunjukkan pada semua orang. Sampai akhirnya Rama tak bisa berkata-kata apa dan pilih mundur secara perlahan. Apalagi setelah sang mama menerima sejumlah uang dari Aland membuatnya merasa tak memiliki wajah lagi di hadapan Zoya. Bersama dia justru hanya akan terasa egois yang terasa, karena sampai kapanpun mama Sofia memang tak akan bisa menerima Zoya dan sang anak.Kini Austin juga mulai bersekolah di sekolahnya yang baru. Sekolah pilihan Aland dan Austin sendiri. Mama Emma dan Prisila sebenarnya sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Zoya dan memeluk Austin secara langsung, tapi Aland belum memberikan signal apapun. Masih me
Disaat Aland terus mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan sang istri, Zoya justru semakin berulah dan selalu berusaha membuat Aland marah.Zoya terus menunjukkan sikapnya yang egois, berharap jika dia bersikap seperti itu maka Aland akan melepaskannya dengan mudah."Cukup Al, aku muak mendengarmu terus memanggilku dengan sebutan Zara, Zara dan Zara, aku benci nama itu!" kesal Zoya, mereka sudah tinggal bersama hampir satu bulan, tapi belum juga menemukan kecocokan, tidak, masalahnya adalah Zoya selalu memasang dinding pembatas di antara mereka berdua."Maafkan aku, Zara. Maaf maksud ku Zoya," jawab Aland, dia sampai bingung bagaimana caranya lagi untuk bisa mendapatkan hati sang istri, karena apapun yang dia lakukan selalu saja salah di mata Zara."Aku tidak mau lagi mendengarmu memanggilku dengan sebutan Zara! Kamu paham tidak sih?!" ketus Zoya, mereka beradu argumen di saat Austin tengah terlelap.Aland mengangguk pasrah, "Maafkan aku," katanya sekali lagi, bicara dengan na
Mama Emma benar-benar datang seorang diri ke apartemen Aland, sementara Prisila hanya mengantar sang mama dan kemudian pergi.Wanita paruh baya tersebut tidak hanya datang dengan tangan kosong, tapi dia banyak sekali barang bawaan di kedua tangannya. Ada makanan kesukaan Austin, juga beberapa mainan yang telah cukup lama dia belikan untuk sang cucu, tapi baru kesampaian sekarang untuk memberikannya secara langsung.Bahkan saat hendak menekan bell apartemen tersebut Mama Emma merasa kesusahan. Dia sampai meletakkan beberapa barang bawaannya di lantai baru menekan bell.Tak butuh waktu lama, pintu itu pun terbuka dan nampaklah seorang pelayan yang menyambutnya."Nyonya, silahkan masuk," sambut bibi Mia, dia juga buru-buru membantu sang nyonya untuk membawa semua barang bawaan itu."Ma," sambut Aland pula, dia datang sambil menggendong Austin.Sebuah pemandangan yang membuat hati Mama Emma terenyuh. Kedua matanya sampai berkaca-kaca melihat Aland yang kini sudah berhasil menemukan sang a
Erile benar-benar menepati ucapannya pada Prisila, pagi ini dia datang ke rumah utama keluarga Floyd dan langsung menghadap pada mama Emma, Aland dan juga Zoya. Sementara si kecil Austin sudah pergi ke sekolahnya."Ya Tuhan, jadi kalian memiliki hubungan. Astaga, Mama senang sekali," ucap mama Emma, kedua matanya sampai berkaca-kaca, ingin menangis saling bahagianya. Jika dulu mungkin mama Emma akan menentang hubungan tersebut, apalagi jika mengingat bagaimana latar belakang Erile yang hanya seorang asisten pribadi.Tapi sekarang semuanya telah benar-benar berubah mama Emma lagi melihat kedudukan seseorang untuk jadi pendamping anak-anaknya. Dia telah banyak belajar, bahwa harta bisa dicari, namun kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang. Jadi kini siapapun yang bisa membahagiakan anak-anaknya, maka akan dia dukung dengan sepenuh hati."Umur kalian sudah matang, lebih baik langsung menikah saja," putus wanita paruh baya tersebut.Zoya sudah terkekeh, lucu sendiri melihat sikap ibu mer
"Erile?!""Sstt!!" kata Prisila, buru-buru dia membekap mulut Zoya agar tidak mengeluarkan suara yang lebih tinggi karena keterkejutannya. Sungguh, tentang hubungannya dengan Erile pun hingga kini masih belum dia percaya juga.Semuanya dimulai saat salju pertama turun di kota Servo. Malam itu dingin sekali, tiba-tiba Erile menggenggam tangannya hingga membuat Prisila marah.Dan yang paling membuatnya terkejut adalah Erile menyatakan cinta, lalu bicara takut kehilangan sebab mama Emma sudah berulang kali membicarakan tentang perjodohannya.Sejak saat itu selalu ada saja cara yang membuat mereka bertemu hingga akhirnya kini keduanya sepakat untuk bersama."Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu tentang bagaimana aku dan Erile bisa bersama. Tapi sekarang kami memang sedang menjalin hubungan," jelas Prisila, saat mengatakan itu kedua pipinya sontak berubah jadi merah merona.Selama ini Pricilla adalah wanita yang mandiri dan ketika cinta menyentuh hatinya membuatnya jadi malu sendiri."
Akhir-akhir ini Prisila sangat sibuk, entah sudah berapa lama sejak mama Emma meminta bantuan Zoya untuk menanyakan tentang status anaknya itu. Apakah sekarang Prisila sedang dekat dengan pria atau tidak?Merasa memiliki hutang pada sang mama, jadi malam ini Zoya bertekad untuk bertemu dengan kak Prisila. Jam 9 malam dia hendak keluar dari dalam kamar, padahal sudah hampir 30 menit dia berbaring dengan sang suami. "Aku harus bertemu kak Prisila sekarang Al, besok pagi dia pasti buru-buru pergi ke rumah sakit. Alasanya sedang ada pergantian manajemen," ucap Zoya. "Ya ampun sayang, ini kan sudah malam. Besok saja kita ke rumah sakit kak Prisila, aku akan temani," balas Aland yang tak rela ditinggal sang istri. Padahal mereka masih saling memeluk erat, berbagi kehangatan dari dinginnya cuaca di luar. "Aku mohon sayang, izinkan aku pergi sekarang," mohon Zoya, bahkan menatap penuh permohonan. "Oh my God, kenapa istriku terlihat menggemaskan seperti ini. Aku tidak akan sanggup menolak k
Hari pun bergulir.Dari hari berganti jadi minggu. Tidak disadari oleh semua orang kini hubungan Prisila dan Erile nampak canggung. Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka pulang bersama ketika salju pertama turun di kota Servo.Memasuki musim dingin, Zoya juga dilarang pergi ke luar rumah. Namun kali ini mama Emma memenuhi semua kebutuhannya bahkan melimpahkan semua kasih sayang yang dia punya."Zoya, mama baru saja membuat sup. Ayo makan agar tubuhmu hangat," ajak mama Emma, dia datang dari dapur dan menghampiri sang menantu yang sedang berada di ruang tengah.Saat ini waktu masih menunjukkan jam 10 pagi, Austin masih sekolah, Aland pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, sementara Prisila juga sudah pergi ke rumah sakit. Jadi di rumah hanya ada mama Emma dan Zoya saja."Tapi aku belum lapar, Ma," jawab Zoya, bukan apa-apa, beberapa saat lalu mama Ema sudah memberinya irisan buah."Tidak apa-apa, sedikiiit saja. Mama akan suapi kamu," balas mama Emma, masih kukuh ingin Zoya makan
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E