"Sudahlah, tidak usah lagi bicarakan tentang mereka. Terserah mereka mau melakukan apa, itu bukan urusan kita," ucap Zoya, yang tidak ingin pembicaraan ini jadi menjalar ke mana-mana.Kebenaran tentang Aland sudah dia kubur dalam-dalam, Zoya tidak ada niat sedikitpun untuk mengungkapkannya. Apalagi berbagi pada orang lain, termasuk Rama."Kamu benar, itu bukan urusan kita," balas Rama, bibirnya tersenyum saat mengucapkan kalimat tersebut. Tadi memang begitu antusias untuk membahas tentang keluarga Floyd tersebut, tapi setelah mendengar ucapan Zoya, kini rasa penasarannya pun seketika menghilang.Rama kemudian mengambil gelas minumnya berisi teh hangat, dia seduh itu untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa dingin. "Kamu juga harus minum," kata Rama, dia memberikan gelasnya untuk Zoya karena tadi Zoya tidak membuat minum untuknya sendiri.Kata Zoya dia tak suka minuman hangat, tapi sekarang Rama justru memaksanya."Aku tidak mau," tolak Zoya."Sedikit saja," balas Rama.Zoya mendengus,
"Cukup Ma," kata Aland."Percaya pada mama Al, tiap kali Zara memasak makanan seafood pasti seperti ini rasanya," tagas mama Emma, bicaranya pelan namun penuh dengan penekanan. Sungguh, dia ingin kali ini Aland mendengarkan apa yang dia utarakan.Rasa makanan ini tak bisa mereka abaikan begitu saja, pasti ada hubungannya dengan Zara.Sementara Aland justru menghembuskan nafasnya kasar, sebuah tanggapan yang justru seolah kecewa, tanggapan yang seolah justru meminta mama Emma diam."Pelayan!" panggil mama Emma, kini tak ada yang bisa menghentikan dia. Karena mama Emma memiliki keyakinannya sendiri."Iya Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu ketika dia sudah berdiri di hadapan dua pelanggan."Siapa yang memasak makanan ini? rasanya sangat enak," tanya mama Emma."Yang memasak adalah koki restoran ini Nyonya, tapi resepnya dari Nyonya Zoya, pemilik restoran ini," jelas sang pelayan apa adanya.Membuat mama Emma mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham. "Baiklah, terima
Zoya sontak tertawa hambar saat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Mama Emma. Meski dalam hatinya bergemuruh merasa takut. Dengan gamblangnya mama Emma mempertanyakan tentang Austin.Sedangkan Aland sudah menatap sang mama dengan mata yang mendelik."Kenapa Oma bertanya seperti itu pada mamaku?" tanya Austin, suaranya yang kecil mampu menggetarkan hati semua orang dewasa di sana. Zoya bahkan langsung berjongkok untuk memeluk sang anak.Tapi belum sempat Zoya bicara sepatah katapun, Aland sudah lebih dulu berucap. "Maaf Austin, Oma Emma tidak bermaksud apapun menanyakan tentang hal itu. dia hanya salah bicara," ucap Aland. Mama Emma sendiri mulai menyadari bahwa dia salah, ego di dalam hatinya membuat dia menyakiti perasaan Austin."Maafkan aku Zoya, aku tidak bermaksud seperti itu," kilah mama Emma, tapi kini Zoya bukanlah wanita yang mudah untuk diajak bernegosiasi. Dengan menggendong sang anak, Zoya kembali bangkit berdiri. Dia sedikitpun tidak menatap ke arah mama Emma, nam
Aland masih berdiri di posisi yang sama sampai Zoya tak terlihat lagi di matanya. Sebenarnya Aland pun seringkali menebak apakah Zoya adalah Zara, berulang kali dia temukan kesamaan di antara mereka berdua.Tapi wajah yang berbeda dan identitas yang tak sama membuatnya sulit untuk mengidentifikasi. Aland masih butuh waktu untuk mengurai semua teka-teki ini. Dan kedatangan Mama Emma membuat rencananya jadi buyar."Pak Aland, ayo masuk!" teriak seorang guru dari arah dalam sekolah. Aland pun sontak menoleh dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban iya.Jam 7 lewat 15 menit, pintu gerbang telah di tutup. Anak-anak sudah dipastikan datang semua. Sekolah taman kanak-kanak ini tidak terlalu besar, mereka bahkan hanya mampu menerima murid sebanyak 30 murid saja.Sebenarnya jasa guru juga tidak banyak, Aland diterima karena dia tidak dibayar sedikitpun dari sekolah. Hanya sebagai pembantu pengajar. Itulah kenapa Aland diberi keleluasaan, boleh masuk atau tidak.Kegiatan belajar mengajar pun
"Permisi Tuan, aku harus menjawab panggilan ini.""Ya ya ya, pergilah," balas Peter, dia masih saja tersenyum melihat Aland. Diantara dia dan Aland hanya selisih umur 5 tahun, Aland lebih muda darinya. Aland seusia dengan sang istri- Ressa.Peter lihat dengan jelas saat Aland berlari masuk ke dalam rumah, dia geleng-geleng kepala sendiri. "Sepertinya itu panggilan telepon dari kekasihnya," gumam Peter, sok tau.Tiba di dalam kamarnya, Aland langsung menjawab panggilan telepon dari Erile. "Bagaimana? kamu sudah mendapatkan data pria itu?" tanya Aland bertubi, bicara menggebu tidak sabar."Sudah Tuan, tidak ada pria bernama Roland Lewis. Seluruh keluarga Lewis pun tak memiliki keturunan bernama Roland. Sepertinya nyonya Zoya hanya mengarang saja," jelas Erile, telah banyak orang yang dia pekerjakan untuk mencari data tersebut. Erile yakin 100 persen dengan laporannya ini.Dan mendengar laporan itu bibir Aland pun tersenyum, entah rahasia apa yang menunggunya di depan sana. Tapi tiap keb
Pulang sekolah Aland mendekati Austin yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah, dia bahkan langsung mengelus puncak kepala anak itu dengan lembut. Austin yang sedikit terkejut langsung menoleh ke atas, lalu tersenyum lebar ketika melihat Daddy barunya yang datang. "Daddy, siang nanti datang ke restoran tidak?" bisik Austin, panggilan Daddy memang masih rahasia untuk mereka berdua saja. "Hem, Daddy akan datang untuk bertemu dengan mu."Austin sontak berjingkrak kegirangan. Mereka terus berjalan bersama hingga tiba di luar sekolah."Austin!" panggil om Rama di ujung sana. Senyum Aland jadi surut saat melihat pria itu, ada sedikit rasa tidak terima ketika melihat pria itu memiliki hubungan yang dekat dengan Austin."Daddy, aku pulang dulu ya? itu adalah Om Rama," kata Austin pula. Aland mengangguk, nanti saat dia datang ke restoran Aland akan meminta penjelasan tentang hal ini. sebenarnya Apa hubungan Austin dan Zoya dengan pria itu. Setelah melihat sang Daddy mengangguk, Au
"Austin, apa kamu tau om Rama dan mama Zoya sebenarnya memiliki hubungan seperti apa?" tanya Aland.Dia lihat dengan jelas di ujung sana Rama dan Zoya yang saling memeluk erat, Aland melihat sekilas dan langsung bertanya seperti itu kepada Austin."Om Rama adalah temannya Mama," jawab Austin sesuai yang dia tau."Apa mereka sering peluk-pelukan seperti itu?""Iya, sering, aku sampai tidak bisa menghitung berapa kali.""Apa kalau teman boleh saling memeluk?""Boleh, aku dan Elea juga sering berpelukan.""Berarti Daddy dan mama boleh berpelukan juga?""Iya, boleh," jawab Austin.Aland lantas tertawa sendiri, entah apa yang sebenarnya dia bicarakan dengan sang anak. Namun kini saat Aland kembali melihat ke arah Zoya, wanita itu sudah melepaskan pelukannya.Tidak mungkin Jika mereka hanya berteman. Batin Aland.Aland kemudian menatap lagi ke arah Austin, "Apa Austin juga pernah memanggil Daddy pada om Rama?" tanya Aland.Seketika dia merasa cemburu tentang hal itu. Rasanya tidak terima
"Kamu serius?" tanya Rama dengan bibir yang mulai tersenyum. Meski sebenarnya dalam hati bertanya-tanya kenapa Zoya cepat sekali berubah pikirannya. Beberapa saat lalu Zoya begitu ragu, namun sekarang Zoya sudah mengambil keputusan.Tapi rasa bahagia yang ada di dalam hatinya menepis semua pertanyaan itu, dia pilih untuk menyambutnya dengan senang.Sementara Zoya hanya mampu tersenyum hambar, lalu mengangguk. Entah apa yang akan dia hadapi di depan setelah mengambil keputusan seperti ini. Tapi yang jelas sekarang dia harus menjauh dulu dari Aland.Pria itu begitu bahaya untuknya."Apa maksudnya pembicaraan mama dan om Rama? apa aku dan mama akan pergi ke kota?" tanya Austin, sedikit-sedikit dia mendengar pula pembicaraan kedua orang dewasa itu."Ayo kita pulang dulu," jawab Rama kemudian. Mereka bisa membicarakan tentang hal ini di rumah nanti.Zoya mengangguk, sedangkan Austin hanya bisa mengikuti keputusan semua orang.Saat keluar dari ruangan tersebut, Zoya sudah tidak melihat Ala
Erile benar-benar menepati ucapannya pada Prisila, pagi ini dia datang ke rumah utama keluarga Floyd dan langsung menghadap pada mama Emma, Aland dan juga Zoya. Sementara si kecil Austin sudah pergi ke sekolahnya."Ya Tuhan, jadi kalian memiliki hubungan. Astaga, Mama senang sekali," ucap mama Emma, kedua matanya sampai berkaca-kaca, ingin menangis saling bahagianya. Jika dulu mungkin mama Emma akan menentang hubungan tersebut, apalagi jika mengingat bagaimana latar belakang Erile yang hanya seorang asisten pribadi.Tapi sekarang semuanya telah benar-benar berubah mama Emma lagi melihat kedudukan seseorang untuk jadi pendamping anak-anaknya. Dia telah banyak belajar, bahwa harta bisa dicari, namun kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang. Jadi kini siapapun yang bisa membahagiakan anak-anaknya, maka akan dia dukung dengan sepenuh hati."Umur kalian sudah matang, lebih baik langsung menikah saja," putus wanita paruh baya tersebut.Zoya sudah terkekeh, lucu sendiri melihat sikap ibu mer
"Erile?!""Sstt!!" kata Prisila, buru-buru dia membekap mulut Zoya agar tidak mengeluarkan suara yang lebih tinggi karena keterkejutannya. Sungguh, tentang hubungannya dengan Erile pun hingga kini masih belum dia percaya juga.Semuanya dimulai saat salju pertama turun di kota Servo. Malam itu dingin sekali, tiba-tiba Erile menggenggam tangannya hingga membuat Prisila marah.Dan yang paling membuatnya terkejut adalah Erile menyatakan cinta, lalu bicara takut kehilangan sebab mama Emma sudah berulang kali membicarakan tentang perjodohannya.Sejak saat itu selalu ada saja cara yang membuat mereka bertemu hingga akhirnya kini keduanya sepakat untuk bersama."Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu tentang bagaimana aku dan Erile bisa bersama. Tapi sekarang kami memang sedang menjalin hubungan," jelas Prisila, saat mengatakan itu kedua pipinya sontak berubah jadi merah merona.Selama ini Pricilla adalah wanita yang mandiri dan ketika cinta menyentuh hatinya membuatnya jadi malu sendiri."
Akhir-akhir ini Prisila sangat sibuk, entah sudah berapa lama sejak mama Emma meminta bantuan Zoya untuk menanyakan tentang status anaknya itu. Apakah sekarang Prisila sedang dekat dengan pria atau tidak?Merasa memiliki hutang pada sang mama, jadi malam ini Zoya bertekad untuk bertemu dengan kak Prisila. Jam 9 malam dia hendak keluar dari dalam kamar, padahal sudah hampir 30 menit dia berbaring dengan sang suami. "Aku harus bertemu kak Prisila sekarang Al, besok pagi dia pasti buru-buru pergi ke rumah sakit. Alasanya sedang ada pergantian manajemen," ucap Zoya. "Ya ampun sayang, ini kan sudah malam. Besok saja kita ke rumah sakit kak Prisila, aku akan temani," balas Aland yang tak rela ditinggal sang istri. Padahal mereka masih saling memeluk erat, berbagi kehangatan dari dinginnya cuaca di luar. "Aku mohon sayang, izinkan aku pergi sekarang," mohon Zoya, bahkan menatap penuh permohonan. "Oh my God, kenapa istriku terlihat menggemaskan seperti ini. Aku tidak akan sanggup menolak k
Hari pun bergulir.Dari hari berganti jadi minggu. Tidak disadari oleh semua orang kini hubungan Prisila dan Erile nampak canggung. Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka pulang bersama ketika salju pertama turun di kota Servo.Memasuki musim dingin, Zoya juga dilarang pergi ke luar rumah. Namun kali ini mama Emma memenuhi semua kebutuhannya bahkan melimpahkan semua kasih sayang yang dia punya."Zoya, mama baru saja membuat sup. Ayo makan agar tubuhmu hangat," ajak mama Emma, dia datang dari dapur dan menghampiri sang menantu yang sedang berada di ruang tengah.Saat ini waktu masih menunjukkan jam 10 pagi, Austin masih sekolah, Aland pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, sementara Prisila juga sudah pergi ke rumah sakit. Jadi di rumah hanya ada mama Emma dan Zoya saja."Tapi aku belum lapar, Ma," jawab Zoya, bukan apa-apa, beberapa saat lalu mama Ema sudah memberinya irisan buah."Tidak apa-apa, sedikiiit saja. Mama akan suapi kamu," balas mama Emma, masih kukuh ingin Zoya makan
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E