Home / Romansa / Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal / Kemenangan yang tertunda

Share

Kemenangan yang tertunda

Author: minipau
last update Last Updated: 2025-01-04 13:33:49

Keheningan malam itu terasa begitu pekat, lebih pekat daripada yang pernah Prasetyo rasakan sebelumnya. Ia berjalan perlahan kembali ke kamar tidurnya, pikirannya berputar-putar dalam kebingungannya. Ia duduk di tepi ranjang, menatap Nathalia yang tertidur dengan tenang. Cahaya rembulan yang masuk melalui jendela menyinari wajahnya, menciptakan bayang-bayang halus di sekitar mereka berdua.

Prasetyo menarik napas panjang, matanya penuh penyesalan. Ia ingin membangunkan Nathalia, berbicara tentang semua yang ada di hatinya. Tetapi ia tahu, tidak ada kata yang cukup untuk memperbaiki segalanya. Semua yang telah ia lakukan, semua yang telah ia sembunyikan dari Nathalia, tampak tak akan bisa diubah dalam semalam.

Dengan hati yang penuh kekhawatiran, Prasetyo memutuskan untuk pergi ke tempat yang seharusnya ia hindari—ke kantor Arman. Sahabatnya itu sudah cukup lama menunjukkan sisi gelapnya. Jika sebelumnya Arman hanya menjadi teman yang selalu ada, kini ia tampak seperti musuh dalam penya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Petir di pagi hari

    Setelah menyelesaikan rutinitas pagi di luar rumah, Prasetyo merasa tubuhnya kelelahan namun lega. Udara pagi yang segar menyentuh kulitnya saat ia berjalan menuju mobil, menghilangkan sedikit rasa penat yang telah menggerogoti dirinya belakangan ini. Namun, meskipun tubuhnya lelah, pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya, dengan Nathalia, dan dengan seluruh hidupnya. Perasaan bersalah semakin berat, apalagi setelah pertemuan dengan Samantha kemarin yang menyisakan keraguan besar dalam dirinya. Ia mencoba untuk tidak memikirkannya, setidaknya untuk hari ini. Tapi perasaan cemas itu selalu ada.Sesampainya di rumah, Prasetyo membuka pintu mobil dan melangkah menuju pintu depan. Ia merasakan sesuatu yang ganjil, ada semacam ketegangan di udara, meskipun tak ada yang berbeda. Pintu depan rumah terbuka sedikit, seolah ada yang menunggu di dalam.Saat melangkah masuk, ia terkejut melihat Samantha berdiri di ruang tamu, mengenakan gaun kasual dengan s

    Last Updated : 2025-01-04
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Air mata penyesalan

    Nathalia berjalan cepat menuju kamar tidur mereka, dengan langkah yang semakin berat seiring dengan kepanikan yang menggerogoti hatinya. Ia merasa seperti dunia runtuh begitu saja di hadapannya, dan setiap langkah menuju pintu kamar adalah sebuah langkah menuju kehancuran hati yang tak terelakkan. Rasanya tidak ada lagi yang bisa ia percaya, terutama setelah mendengar pengakuan Samantha yang begitu memukul.Di dalam kamar, Nathalia menutup pintu dengan keras, meskipun tidak cukup keras untuk mengusir semua perasaan sakit yang memenuhi dadanya. Ia duduk di tepi ranjang, menggenggam bantal dengan erat, seolah itu satu-satunya hal yang bisa memberi sedikit kenyamanan. Namun, kenyamanan itu segera lenyap saat bayangan Prasetyo dan Samantha muncul dalam pikirannya, saling beriringan.Prasetyo, lelaki yang seharusnya menjadi pelindungnya, lelaki yang pernah berjanji untuk selalu ada, ternyata berkhianat begitu saja. Tidak hanya dengan kehadiran Samantha di rumah mereka, tapi juga dengan seg

    Last Updated : 2025-01-04
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Calon nyonya baru

    Hans, kepala pelayan yang telah melayani keluarga Raharjo selama bertahun-tahun, berdiri tegak di dapur setelah Samantha meninggalkan ruang tamu. Meskipun wajahnya tetap tenang dan profesional, perasaan tidak nyaman dan frustrasi yang ia rasakan semakin menguat. Ia tahu bahwa rumah ini, tempat yang telah lama ia anggap sebagai keluarganya, kini sedang berada dalam gejolak yang semakin besar.Samantha, dengan segala cara liciknya, telah menempatkan dirinya sebagai sosok yang sangat berbahaya, dan Hans bisa merasakannya. Namun, meskipun wanita itu mencoba menampilkan kekuasaan, Hans tahu persis bahwa dia bukan tipe orang yang mudah digertak. Ia telah menghadapi banyak situasi sulit dalam kariernya, dan tak pernah sekali pun ia merasa takut kepada orang seperti Samantha.Ketika Samantha muncul dengan sikap angkuh dan mencoba mengancamnya, Hans tidak takut sedikit pun. Ia mengingat betul siapa dirinya—seorang kepala pelayan yang setia kepada keluarga Raharjo. Dia bukanlah seseorang yang m

    Last Updated : 2025-01-04
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Amarah akbar

    Suasana rumah Raharjo yang sepi berubah ketika terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Prasetyo sedang duduk di ruang kerja, menatap berkas-berkas yang berserakan di atas meja. Meski wajahnya terfokus pada pekerjaan, pikirannya jauh dari situasi ini. Ia tidak bisa menenangkan dirinya sejak kejadian dengan Samantha beberapa jam yang lalu. Rasa cemas, rasa bersalah, dan penyesalan yang menggerogoti hatinya semakin dalam.Namun, ketenangan itu segera pecah ketika pintu ruang kerjanya terbuka dengan kasar. Tanpa mengetuk atau meminta izin, Akbar, sepupu Samantha yang juga sahabat dan asisten setianya, masuk dengan wajah penuh amarah. Tubuhnya yang tinggi besar dan kekar tampak lebih mengancam di bawah cahaya redup ruangan."Prasetyo!" teriak Akbar, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Apa yang sudah kamu lakukan?!"Prasetyo terkejut, mengangkat wajahnya dari berkas-berkas yang ada di mejanya. Ia tidak tahu apa yang membuat Akbar begitu marah. Tetapi, saat melihat ekspresi wajah

    Last Updated : 2025-01-04
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Kabar di singapura

    Kareena menatap layar ponselnya dengan ekspresi penuh kecemasan. Panggilan dari putra tunggal mereka, Prasetyo, datang tepat setelah Hans memberi laporan tentang situasi yang semakin buruk. Kejadian-kejadian yang terungkap begitu cepat—kehamilan Samantha, tuntutan Akbar, dan penolakan Prasetyo untuk mengakui anak itu—membuat hati Kareena penuh dengan kemarahan yang belum bisa ia sembunyikan.Rahardian, suaminya yang tenang dan selalu mengedepankan logika, terlihat sangat marah. Mereka memang tidak pernah memiliki hubungan yang dekat dengan Prasetyo. Namun, rasa malu dan frustrasi semakin menggerogoti mereka, apalagi setelah mendengar bahwa anak yang seharusnya membawa kehormatan keluarga malah terjebak dalam skandal yang bisa merusak nama baik mereka.Kareena mengangkat telepon, dengan tatapan tajam pada Rahardian yang kini berdiri di sampingnya. “Prasetyo,” katanya, dengan nada suara yang lebih rendah, namun penuh beban.Di ujung telepon, terdengar napas berat Prasetyo. “Bu, Ayah...”

    Last Updated : 2025-01-04
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Diambang keputusasaan

    Keputusan Rahardian dan Kareena untuk kembali ke Indonesia segera setelah panggilan telepon yang tegang itu mengguncang kediaman Rahardjo. Mereka berdua terbang dalam diam, tidak hanya karena kekhawatiran terhadap keadaan keluarga mereka, tetapi juga karena mereka tahu betul betapa beratnya masalah yang harus dihadapi ketika mereka tiba di Jakarta. Mereka tidak lagi merasa bahwa keluarga ini berjalan dengan baik. Malah, mereka merasa seolah-olah mereka sudah kehilangan kendali atas putra mereka, dan itu membuat Rahardian dan Kareena semakin frustasi.Sesampainya di kediaman Rahardjo, suasana semakin tegang. Rumah yang dulunya selalu dipenuhi tawa dan kebanggaan kini terasa hampa. Setiap sudut tampak terabaikan, bahkan langit-langit yang biasanya dipenuhi dengan cahaya lembut, kini tampak suram. Kehadiran orang tua Prasetyo semakin menambah tekanan yang ada. Rahardian yang terkenal dengan ketegasannya langsung mengumpulkan Prasetyo di ruang tamu, menunggu penjelasan yang ia anggap sang

    Last Updated : 2025-01-04
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Flashback

    Berikut ini adalah versi teks dengan nama kakak Prasetyo diubah menjadi Pradana: Prasetyo terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhnya berlumuran keringat dingin. Kepalanya terasa berat, seakan-akan baru saja dibebani oleh beban dunia yang tak bisa lagi ia hindari. Mata yang terbuka dengan kebingungan memandang sekeliling, dan sejenak ia merasa tidak yakin di mana dirinya berada. Namun, perasaan hampa dan penyesalan yang menggerogoti hatinya kembali datang dengan begitu kuat. Ia teringat kembali dengan jelas—seperti dalam mimpi yang begitu nyata. Mimpi Prasetyo: Prasetyo melihat dirinya dan Pradana, kakaknya, sedang bermain di halaman belakang rumah besar mereka yang dikelilingi pepohonan rindang. Waktu itu mereka berdua masih anak-anak. Pradana, kakak kembarnya, lebih besar, lebih kuat, dan lebih bijaksana. Meski mereka sering kali berada di bawah tekanan yang sama dari orang tua mereka, Pradana selalu ada untuk Prasetyo. Setiap kali Prasetyo merasa tertekan dengan harapan oran

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Dengan atau tanpa dirimu

    Chapter SelanjutnyaNathalia duduk di sudut kamar yang redup, menatap kosong ke arah dinding yang dingin dan hampa. Air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya, membawa serta rasa sakit yang mendalam. Hatinya remuk, seperti kaca yang telah terjatuh dari ketinggian dan pecah berkeping-keping.Beberapa minggu yang lalu, dunia Nathalia telah runtuh saat ia mengalami keguguran. Rasa kehilangan itu begitu menyakitkan, menghancurkan harapan yang telah ia dan suaminya bangun bersama. Ia mencoba kuat, berusaha menerima kenyataan bahwa bayi yang begitu diidamkan kini telah tiada. Namun, luka itu belum sempat sembuh, ketika ia menerima kabar yang jauh lebih memilukan.Suaminya, Prasetyo, telah menghamili perempuan lain.Kabar itu datang seperti petir di siang bolong. Awalnya, Nathalia tidak percaya. Ia berharap itu hanya rumor jahat yang dibuat untuk menghancurkan rumah tangga mereka. Tapi kenyataan tak bisa dipungkiri. Perempuan itu datang sendiri, membawa bukti kehamilan dan cerita yang t

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Final Chapter

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rekonsiliasi

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Fear adn tears

    Di dalam mobil yang melaju cepat, Prasetyo menatap Arman dengan tajam. Napasnya berat, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Kebenaran yang baru saja diucapkan Arman masih menggema di kepalanya.“Aku mengkhianatimu,” ulang Arman, kali ini dengan suara lebih mantap. “Aku yang memberi informasi tentangmu kepada mereka.”Prasetyo mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah pria di sebelahnya. Namun, bukan itu yang paling mengusiknya—melainkan kata ‘mereka’ yang diucapkan Arman.“Siapa ‘mereka’?”Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela, lalu menghela napas. “Orang yang ingin kau lenyap dari garis keturunan Rahardjo. Mereka tidak mau kau kembali dan mengambil hak warismu.”Dira dan Rendra bertukar pandang. Sejak awal, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perebutan harta dalam kasus ini.“Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu, Pras?” tanya Dira.Prasetyo mengangguk. “Aku meninggalkan semuanya bertahun-tahun lalu. Aku tidak peduli

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersatu kembali

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Nathalia duduk di dekat jendela, menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah lebih dari enam jam sejak terakhir kali Prasetyo mengirim pesan. Ia tahu pekerjaan suaminya penuh risiko, sering kali membuatnya terjaga semalaman. Tapi kali ini, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Ponselnya bergetar, membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia meraihnya, berharap ada kabar dari Prasetyo. Namun, pesan yang muncul justru dari nomor tidak dikenal:"Dia dalam bahaya. Jika kau ingin menyelamatkannya, bersiaplah."Nathalia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencari makna tersembunyi di baliknya. Ia ingin mengabaikannya, berpikir mungkin ini hanya trik seseorang yang ingin mempermainkannya. Namun, instingnya berkata lain.Ia mencoba menghubungi Prasetyo, tapi tak ada jawaban. Makin gelisah, Nathalia berdiri dan melangkah ke meja kec

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Genctatan senjata

    Prasetyo, Rendra, dan Dira duduk di dalam ruangan sempit dengan dinding bata yang mulai lapuk. Lampu redup dari ponsel mereka menjadi satu-satunya penerangan. Napas mereka masih tersengal setelah pelarian tadi."Apa yang kita dapatkan?" tanya Prasetyo, mencoba menenangkan diri.Dira menatap layar ponselnya dengan saksama. "File ini... sepertinya bukan hanya dokumen biasa. Ada video dan beberapa catatan transaksi mencurigakan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari yang kita kira."Rendra meremas rambutnya dengan frustrasi. "Sial. Ini bisa berarti kita mengejar sesuatu yang jauh lebih berbahaya."Sebelum mereka bisa membahas lebih lanjut, suara deru mobil mendekat. Prasetyo segera mematikan lampu ponselnya, memberi isyarat pada yang lain untuk diam. Mereka mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai usang.Di luar, sebuah sedan hitam berhenti. Arman keluar dari dalam mobil, tangannya mengepal erat. Matanya menatap lurus ke arah bangunan tempat mereka bersembunyi."Arma

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpang jalan

    Prasetyo dan Rendra berjalan cepat di dalam terowongan sempit yang lembap. Cahaya remang-remang dari ponsel mereka menjadi satu-satunya sumber penerangan. Langkah kaki mereka menggema, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Kita harus keluar dari sini secepatnya," bisik Rendra, suaranya terdengar tegang."Aku tahu. Tapi kita juga harus memastikan Dira bisa lolos," jawab Prasetyo, matanya terus mencari jalan keluar di ujung terowongan.Sementara itu, di dalam gudang, Dira terus mengetik dengan cepat, mencari celah dalam enkripsi flash drive tersebut. Wajahnya menegang saat mendengar suara pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk dengan langkah waspada."Di mana mereka?" bentak pria berkacamata hitam yang memimpin kelompok itu.Dira tetap tenang, meski jantungnya berdebar kencang. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sendirian. Mereka meninggalkan aku begitu saja."Pria berkacamata hitam itu menyipitkan mata, seakan menilai apakah Dira b

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berakhirnya permainan

    Angin malam semakin menusuk saat Prasetyo dan Rendra menyusuri trotoar menuju lokasi yang disebutkan Dira. Jalanan lengang, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, serta suara gemerisik daun yang tertiup angin. Keduanya berjalan dengan waspada, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka tidak diikuti."Tempat biasa itu di mana?" tanya Rendra, suaranya sedikit bergetar."Gudang tua di belakang stasiun. Dira sering pakai tempat itu untuk urusan yang nggak mau dilihat banyak orang," jawab Prasetyo dengan nada rendah."Apa kita nggak masuk perangkap?"Prasetyo terdiam sejenak, tapi kemudian menggeleng. "Dira bukan tipe yang berkhianat. Kalau dia setuju untuk ketemu, berarti dia benar-benar mau membantu."Mereka tiba di sebuah gang sempit yang berujung pada bangunan tua dengan dinding kusam. Cahaya lampu neon di atas pintu berkedip lemah. Prasetyo mengetuk pintu besi tiga kali, lalu hening. Tak lama, suara gerendel terdengar, dan pintu terbuka sedikit."Masuk cepat," suara pe

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berburu

    Hembusan angin malam terasa dingin saat Prasetyo dan Rendra menyusuri gang sempit, napas mereka masih tersengal setelah pelarian mendebarkan dari gudang. Lampu jalan yang temaram hanya memberikan sedikit penerangan, bayangan mereka memanjang di aspal yang basah."Kita harus cari tempat berlindung," ujar Rendra, suaranya rendah namun tegas.Prasetyo mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa pria berkacamata hitam tidak akan menyerah begitu saja. Flash drive yang mereka bawa terlalu berharga, berisi sesuatu yang jelas ingin disembunyikan oleh pihak yang mengejar mereka.Mereka terus berlari, menyelinap di antara gang-gang gelap, sebelum akhirnya tiba di sebuah warung kopi 24 jam yang tampak sepi. Prasetyo mendorong pintu kaca, dan lonceng kecil berdenting pelan. Seorang pria paruh baya di balik meja kasir melirik mereka sekilas sebelum kembali menatap layar ponselnya.Mereka memilih meja di sudut ruangan, tempat di mana mereka bisa mengawasi pintu masuk dan keluar."Kita perlu tahu apa isi f

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   pertarungan

    SUV hitam itu berhenti tanpa suara, tapi Prasetyo dan Rendra tahu bahwa ancaman yang ada di dalamnya lebih berisik daripada yang terlihat. Pintu depan mobil terbuka, dan seorang pria berkacamata hitam melangkah keluar dengan tenang. Dari cara berjalannya, ia jelas bukan orang biasa."Mereka tidak akan menunggu lama sebelum masuk," bisik Rendra sambil merapat ke dinding.Prasetyo mengamati sekeliling, mencari kemungkinan jalan keluar lain. Gudang ini hanya memiliki satu pintu utama dan beberapa jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dilalui dengan cepat. Jika mereka bertahan di sini, pertarungan tak terhindarkan.Suara pintu mobil lain terbuka. Dua pria berbadan besar keluar, masing-masing membawa sesuatu di balik jaket mereka. Prasetyo dan Rendra tidak perlu menunggu untuk tahu bahwa itu bukan sesuatu yang ramah."Kita harus ambil inisiatif duluan," bisik Prasetyo.Rendra mengangguk. "Aku akan ke sisi kiri, buat pengalihan. Begitu mereka masuk, kita buat mereka sibuk."Langkah kaki s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status