Share

Diambang keputusasaan

Author: minipau
last update Last Updated: 2025-01-04 13:57:09

Keputusan Rahardian dan Kareena untuk kembali ke Indonesia segera setelah panggilan telepon yang tegang itu mengguncang kediaman Rahardjo. Mereka berdua terbang dalam diam, tidak hanya karena kekhawatiran terhadap keadaan keluarga mereka, tetapi juga karena mereka tahu betul betapa beratnya masalah yang harus dihadapi ketika mereka tiba di Jakarta. Mereka tidak lagi merasa bahwa keluarga ini berjalan dengan baik. Malah, mereka merasa seolah-olah mereka sudah kehilangan kendali atas putra mereka, dan itu membuat Rahardian dan Kareena semakin frustasi.

Sesampainya di kediaman Rahardjo, suasana semakin tegang. Rumah yang dulunya selalu dipenuhi tawa dan kebanggaan kini terasa hampa. Setiap sudut tampak terabaikan, bahkan langit-langit yang biasanya dipenuhi dengan cahaya lembut, kini tampak suram. Kehadiran orang tua Prasetyo semakin menambah tekanan yang ada. Rahardian yang terkenal dengan ketegasannya langsung mengumpulkan Prasetyo di ruang tamu, menunggu penjelasan yang ia anggap sang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Flashback

    Berikut ini adalah versi teks dengan nama kakak Prasetyo diubah menjadi Pradana: Prasetyo terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhnya berlumuran keringat dingin. Kepalanya terasa berat, seakan-akan baru saja dibebani oleh beban dunia yang tak bisa lagi ia hindari. Mata yang terbuka dengan kebingungan memandang sekeliling, dan sejenak ia merasa tidak yakin di mana dirinya berada. Namun, perasaan hampa dan penyesalan yang menggerogoti hatinya kembali datang dengan begitu kuat. Ia teringat kembali dengan jelas—seperti dalam mimpi yang begitu nyata. Mimpi Prasetyo: Prasetyo melihat dirinya dan Pradana, kakaknya, sedang bermain di halaman belakang rumah besar mereka yang dikelilingi pepohonan rindang. Waktu itu mereka berdua masih anak-anak. Pradana, kakak kembarnya, lebih besar, lebih kuat, dan lebih bijaksana. Meski mereka sering kali berada di bawah tekanan yang sama dari orang tua mereka, Pradana selalu ada untuk Prasetyo. Setiap kali Prasetyo merasa tertekan dengan harapan oran

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Dengan atau tanpa dirimu

    Chapter SelanjutnyaNathalia duduk di sudut kamar yang redup, menatap kosong ke arah dinding yang dingin dan hampa. Air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya, membawa serta rasa sakit yang mendalam. Hatinya remuk, seperti kaca yang telah terjatuh dari ketinggian dan pecah berkeping-keping.Beberapa minggu yang lalu, dunia Nathalia telah runtuh saat ia mengalami keguguran. Rasa kehilangan itu begitu menyakitkan, menghancurkan harapan yang telah ia dan suaminya bangun bersama. Ia mencoba kuat, berusaha menerima kenyataan bahwa bayi yang begitu diidamkan kini telah tiada. Namun, luka itu belum sempat sembuh, ketika ia menerima kabar yang jauh lebih memilukan.Suaminya, Prasetyo, telah menghamili perempuan lain.Kabar itu datang seperti petir di siang bolong. Awalnya, Nathalia tidak percaya. Ia berharap itu hanya rumor jahat yang dibuat untuk menghancurkan rumah tangga mereka. Tapi kenyataan tak bisa dipungkiri. Perempuan itu datang sendiri, membawa bukti kehamilan dan cerita yang t

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Menghadapi kenyataan

    Chapter SelanjutnyaPagi itu, Prasetyo duduk di ruang kerjanya, mencoba memusatkan perhatian pada berkas-berkas di depannya. Namun, pikirannya terus melayang ke percakapan terakhirnya dengan Nathalia. Rasa bersalah masih menyelimutinya seperti awan gelap yang tak kunjung pergi. Ia tahu, kesalahannya telah merusak segalanya, dan jalan menuju penebusan terasa begitu jauh dan sulit.Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Nama yang muncul di layar membuat dadanya berdegup lebih kencang—Samantha. Mantan tunangannya yang selama ini berusaha ia hindari setelah kejadian yang menghancurkan pernikahannya.Dengan enggan, Prasetyo membuka pesan yang masuk. Sebuah gambar hasil USG menyambutnya, membuat napasnya tercekat. Di bawah gambar itu, terdapat pesan dari Samantha:"Pras, ini anak kita. Kau tidak ingin kehilangan anak lagi, kan? Jangan sampai kau menyesal."Pesan itu terasa seperti pisau yang menusuk tepat di hatinya. Prasetyo merasa pusing, tubuhnya gemetar saat menatap gambar itu. Ia tahu bahwa in

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Tes DNA

    Hari-hari berlalu dengan keheningan yang mencekam. Prasetyo masih tenggelam dalam pikirannya, mencoba memahami jalan keluar dari situasi rumit yang sedang dihadapinya. Pesan dan panggilan dari Samantha terus berdatangan, menambah tekanan yang semakin membuatnya gelisah. Namun, satu keputusan sudah bulat di dalam pikirannya—ia tidak akan mengakui anak itu sebelum melakukan tes DNA. Pagi itu, Prasetyo menghubungi Samantha. Suaranya terdengar tegas, jauh dari nada bersalah atau ragu-ragu yang biasa ia tunjukkan. "Samantha, aku sudah berpikir panjang tentang semua ini," ucap Prasetyo, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang. "Aku tidak akan mengakui anak itu sebelum kita melakukan tes DNA." Di ujung telepon, Samantha terdiam sejenak sebelum tertawa kecil. "Pras, kau meragukan aku? Setelah semua yang kita lalui?" "Aku tidak meragukan apapun, Samantha. Aku hanya ingin memastikan kebenarannya," jawab Prasetyo dengan tegas. "Jika anak itu memang darah dagingku, aku akan bertanggung ja

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Pendekatan

    Hari itu, Nathalia memutuskan untuk menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, mencoba melupakan sejenak masalah yang membebani pikirannya. Ia berjalan dari satu toko ke toko lain, matanya menelusuri rak-rak yang penuh dengan barang-barang. Meskipun tampak sibuk dengan belanjaannya, benaknya terus dipenuhi oleh kecemasan akan hasil tes DNA Prasetyo. Di sudut lain pusat perbelanjaan, seorang pria dengan tatapan tajam mengawasinya dengan saksama. Arman, sahabat lama Prasetyo, mengikuti Nathalia sejak ia memasuki tempat itu. Awalnya, ia berusaha membujuk dirinya sendiri bahwa ia hanya ingin memastikan Nathalia baik-baik saja. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu ada perasaan lain yang mendorongnya untuk terus berada di dekatnya. Arman mempercepat langkahnya saat Nathalia berhenti di depan sebuah kafe kecil. Dengan hati-hati, ia mendekatinya, berpura-pura tidak sengaja bertemu. "Nathalia?" panggil Arman dengan suara terkejut yang dibuat-buat. "Apa kabar? Lama tidak bertemu." Nathal

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Dalam Cengkeraman Kebencian

    Chapter Berikutnya: Dalam Cengkeraman Kebencian Nathalia berdiri di ambang pintu, tubuhnya menegang saat melihat Samantha duduk di ruang tamu. Perempuan itu tampak santai, seolah-olah tidak ada yang salah dengan kunjungannya. Di sebelahnya, Kareena, ibu mertua Nathalia, duduk dengan senyum puas di wajahnya. Keduanya tampak akrab, seperti dua teman lama yang tengah berbagi cerita. "Nathalia," suara Kareena terdengar tajam, meskipun dibalut dengan nada sopan. "Samantha datang untuk berbicara, tidak sopan jika kau tidak menyapanya." Nathalia mengatur napasnya, mencoba menahan amarah yang berkecamuk di dadanya. "Apa yang dia lakukan di sini?" tanyanya dengan nada yang berusaha ia jaga tetap tenang. Samantha tersenyum tipis, meletakkan tangan di perutnya yang mulai membesar. "Aku hanya ingin berkunjung, Nathalia. Lagipula, aku mengandung anak Prasetyo, dan aku pikir keluarga berhak tahu bagaimana keadaanku." Nathalia merasa darahnya mendidih. "Kau pikir ini tempat yang pantas untuk da

    Last Updated : 2025-01-07
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Perayaan Pahit dengan Rahasia Tersembunyi

    Samantha kembali ke rumah Akbar dengan langkah pelan, menyembunyikan kepuasan di balik raut wajah yang tenang. Perasaan kosong masih menggelayuti dirinya meskipun rencananya untuk merusak hubungan Prasetyo dan Nathalia berjalan sesuai harapan. Duduk di sofa, ia menatap kosong pada layar televisi yang menyala tanpa suara, pikirannya sibuk memutar balik kenangan masa lalu. Ponselnya bergetar di atas meja, menampilkan nama Arman. Samantha menghela napas, kemudian tersenyum tipis sebelum menjawab panggilan tersebut. "Arman," sapanya dengan suara lembut namun penuh makna. "Bagaimana semuanya berjalan?" tanya Arman dengan nada antusias. "Aku dengar Kareena dan Nathalia terlibat dalam perdebatan sengit tadi." Samantha menyesap anggur dari gelasnya, mencoba menenangkan pikirannya. "Ya, Kareena benar-benar membuat Nathalia terpojok. Prasetyo mencoba membela istrinya, tetapi aku bisa melihat Nathalia semakin tertekan." Arman tertawa kecil di ujung telepon. "Bagus. Itu berarti rencana kit

    Last Updated : 2025-01-07
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Kecurigaan Akbar

    Chapter SelanjutnyaAkbar berdiri di balik pintu dapur, napasnya tertahan saat mendengar percakapan antara Samantha dan Arman. Ia tidak sengaja mendengar semuanya ketika kembali ke rumah setelah lembur di kantor Prasetyo. Kebingungan dan rasa tidak percaya bercampur dalam pikirannya. Sejak kapan Samantha dekat dengan Arman? pikirnya. Arman selama ini dikenal sebagai sosok penuh intrik, seseorang yang selalu mencari keuntungan di setiap kesempatan. Dan sekarang, Samantha, sepupunya sendiri, tampak terlibat dalam rencana jahat melawan Prasetyo—atasannya sekaligus sahabatnya.Dengan hati-hati, Akbar melangkah mundur, berusaha menghindari suara yang mungkin mengkhianati keberadaannya. Namun, suara tawa Samantha dan Arman membuat tubuhnya seolah membeku. Percakapan itu terus terngiang di telinganya."Kau pikir Prasetyo akan menyerah begitu saja?" tanya Arman dengan nada penuh keyakinan. "Dia pria keras kepala, tapi semua orang punya batasnya. Dan Nathalia... dia terlalu rapuh untuk bertaha

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Final Chapter

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rekonsiliasi

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Fear adn tears

    Di dalam mobil yang melaju cepat, Prasetyo menatap Arman dengan tajam. Napasnya berat, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Kebenaran yang baru saja diucapkan Arman masih menggema di kepalanya.“Aku mengkhianatimu,” ulang Arman, kali ini dengan suara lebih mantap. “Aku yang memberi informasi tentangmu kepada mereka.”Prasetyo mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah pria di sebelahnya. Namun, bukan itu yang paling mengusiknya—melainkan kata ‘mereka’ yang diucapkan Arman.“Siapa ‘mereka’?”Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela, lalu menghela napas. “Orang yang ingin kau lenyap dari garis keturunan Rahardjo. Mereka tidak mau kau kembali dan mengambil hak warismu.”Dira dan Rendra bertukar pandang. Sejak awal, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perebutan harta dalam kasus ini.“Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu, Pras?” tanya Dira.Prasetyo mengangguk. “Aku meninggalkan semuanya bertahun-tahun lalu. Aku tidak peduli

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersatu kembali

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Nathalia duduk di dekat jendela, menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah lebih dari enam jam sejak terakhir kali Prasetyo mengirim pesan. Ia tahu pekerjaan suaminya penuh risiko, sering kali membuatnya terjaga semalaman. Tapi kali ini, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Ponselnya bergetar, membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia meraihnya, berharap ada kabar dari Prasetyo. Namun, pesan yang muncul justru dari nomor tidak dikenal:"Dia dalam bahaya. Jika kau ingin menyelamatkannya, bersiaplah."Nathalia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencari makna tersembunyi di baliknya. Ia ingin mengabaikannya, berpikir mungkin ini hanya trik seseorang yang ingin mempermainkannya. Namun, instingnya berkata lain.Ia mencoba menghubungi Prasetyo, tapi tak ada jawaban. Makin gelisah, Nathalia berdiri dan melangkah ke meja kec

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Genctatan senjata

    Prasetyo, Rendra, dan Dira duduk di dalam ruangan sempit dengan dinding bata yang mulai lapuk. Lampu redup dari ponsel mereka menjadi satu-satunya penerangan. Napas mereka masih tersengal setelah pelarian tadi."Apa yang kita dapatkan?" tanya Prasetyo, mencoba menenangkan diri.Dira menatap layar ponselnya dengan saksama. "File ini... sepertinya bukan hanya dokumen biasa. Ada video dan beberapa catatan transaksi mencurigakan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari yang kita kira."Rendra meremas rambutnya dengan frustrasi. "Sial. Ini bisa berarti kita mengejar sesuatu yang jauh lebih berbahaya."Sebelum mereka bisa membahas lebih lanjut, suara deru mobil mendekat. Prasetyo segera mematikan lampu ponselnya, memberi isyarat pada yang lain untuk diam. Mereka mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai usang.Di luar, sebuah sedan hitam berhenti. Arman keluar dari dalam mobil, tangannya mengepal erat. Matanya menatap lurus ke arah bangunan tempat mereka bersembunyi."Arma

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpang jalan

    Prasetyo dan Rendra berjalan cepat di dalam terowongan sempit yang lembap. Cahaya remang-remang dari ponsel mereka menjadi satu-satunya sumber penerangan. Langkah kaki mereka menggema, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Kita harus keluar dari sini secepatnya," bisik Rendra, suaranya terdengar tegang."Aku tahu. Tapi kita juga harus memastikan Dira bisa lolos," jawab Prasetyo, matanya terus mencari jalan keluar di ujung terowongan.Sementara itu, di dalam gudang, Dira terus mengetik dengan cepat, mencari celah dalam enkripsi flash drive tersebut. Wajahnya menegang saat mendengar suara pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk dengan langkah waspada."Di mana mereka?" bentak pria berkacamata hitam yang memimpin kelompok itu.Dira tetap tenang, meski jantungnya berdebar kencang. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sendirian. Mereka meninggalkan aku begitu saja."Pria berkacamata hitam itu menyipitkan mata, seakan menilai apakah Dira b

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berakhirnya permainan

    Angin malam semakin menusuk saat Prasetyo dan Rendra menyusuri trotoar menuju lokasi yang disebutkan Dira. Jalanan lengang, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, serta suara gemerisik daun yang tertiup angin. Keduanya berjalan dengan waspada, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka tidak diikuti."Tempat biasa itu di mana?" tanya Rendra, suaranya sedikit bergetar."Gudang tua di belakang stasiun. Dira sering pakai tempat itu untuk urusan yang nggak mau dilihat banyak orang," jawab Prasetyo dengan nada rendah."Apa kita nggak masuk perangkap?"Prasetyo terdiam sejenak, tapi kemudian menggeleng. "Dira bukan tipe yang berkhianat. Kalau dia setuju untuk ketemu, berarti dia benar-benar mau membantu."Mereka tiba di sebuah gang sempit yang berujung pada bangunan tua dengan dinding kusam. Cahaya lampu neon di atas pintu berkedip lemah. Prasetyo mengetuk pintu besi tiga kali, lalu hening. Tak lama, suara gerendel terdengar, dan pintu terbuka sedikit."Masuk cepat," suara pe

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berburu

    Hembusan angin malam terasa dingin saat Prasetyo dan Rendra menyusuri gang sempit, napas mereka masih tersengal setelah pelarian mendebarkan dari gudang. Lampu jalan yang temaram hanya memberikan sedikit penerangan, bayangan mereka memanjang di aspal yang basah."Kita harus cari tempat berlindung," ujar Rendra, suaranya rendah namun tegas.Prasetyo mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa pria berkacamata hitam tidak akan menyerah begitu saja. Flash drive yang mereka bawa terlalu berharga, berisi sesuatu yang jelas ingin disembunyikan oleh pihak yang mengejar mereka.Mereka terus berlari, menyelinap di antara gang-gang gelap, sebelum akhirnya tiba di sebuah warung kopi 24 jam yang tampak sepi. Prasetyo mendorong pintu kaca, dan lonceng kecil berdenting pelan. Seorang pria paruh baya di balik meja kasir melirik mereka sekilas sebelum kembali menatap layar ponselnya.Mereka memilih meja di sudut ruangan, tempat di mana mereka bisa mengawasi pintu masuk dan keluar."Kita perlu tahu apa isi f

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   pertarungan

    SUV hitam itu berhenti tanpa suara, tapi Prasetyo dan Rendra tahu bahwa ancaman yang ada di dalamnya lebih berisik daripada yang terlihat. Pintu depan mobil terbuka, dan seorang pria berkacamata hitam melangkah keluar dengan tenang. Dari cara berjalannya, ia jelas bukan orang biasa."Mereka tidak akan menunggu lama sebelum masuk," bisik Rendra sambil merapat ke dinding.Prasetyo mengamati sekeliling, mencari kemungkinan jalan keluar lain. Gudang ini hanya memiliki satu pintu utama dan beberapa jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dilalui dengan cepat. Jika mereka bertahan di sini, pertarungan tak terhindarkan.Suara pintu mobil lain terbuka. Dua pria berbadan besar keluar, masing-masing membawa sesuatu di balik jaket mereka. Prasetyo dan Rendra tidak perlu menunggu untuk tahu bahwa itu bukan sesuatu yang ramah."Kita harus ambil inisiatif duluan," bisik Prasetyo.Rendra mengangguk. "Aku akan ke sisi kiri, buat pengalihan. Begitu mereka masuk, kita buat mereka sibuk."Langkah kaki s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status